RESUME ANALISIS PERBANDINGAN

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
ANALISIS PERBANDINGAN





Oleh kelompok :
NI LUH JUNIA PURNAMI                           NIM   : 1417051041
NI KADEK DWI ARIASTINI                       NIM   : 1417051037
I GUSTI AYU MURNIATI                            NIM   : 1417051230
PANDE MADE  MITA SARTIKA P.           NIM   : 1417051218
NI KADEK NIA DAMAYANTI          NIM   : 1417051221


UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
FAKULTAS EKONOMI
SINGARAJA
2016
ANALISIS PERBANDINGAN

A.    ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BAGI KEPENTINGAN BERBAGAI PIHAK
Analisis laporan keuangan meliputi penelaahan tentang hubungan dan kecenderungan atau tren untuk mengetahui apakah keadaan keuangan, hasil usaha, dan kemajuan keuangan perusahaan memuaskan atau tidak memuaskan.
Klasifikasi dari unsur-unsur laporan keuangan dari perusahaan yang satu dibanding perusahaan yang lain menunjukkan adanya variasi. Variasi ini timbul karena pengaruh berbagai faktor, seperti :
1.      Tujuan manajemen menyusun laporan keuangan;
2.      Kegunaan lebih jauh daripada laporan keuangan;
3.      Pendapat dari pihak-pihak yang menyusun laporan keuangan;
4.      Pengetahuan dan pengalaman dari akuntan;
5.      Ketidakberhasilan dalam menerangkan konsep-konsep akuntansi yang telah lazim diterima umum.
            Hasil analisis laporan kauangan suatu perusahaan akan tergantung pada kedudukan dan kepentingan masing-masing pihak terhadap perusahaan yang bersangkutan.
·         Dari sudut pandangan manajemen yang penting adalah laba yang dicapai cukup tinggi, cara kerja cukup efisien, aktiva aman dan terjaga baik, struktur permodalan sehat, dan perusahaan mempunyai rencana yang baik mengenai hari depan, baik di bidang keuangan maupun di bidang usaha atau operasi.
·         Bagi pemegang saham, menilai keberhasilan manajemen dalam memimpin perusahaan, perhatian terutama ditujukan pada kemampuan perusahaan membayar dividen dan bunga yang dihasilkan dari investasi dan pada kemungkinan-kemungkinan yang dapat dicapai perusahaan pada waktu yang akan datang.
·         Dari sudut pandangan kreditur jangka pendek, seperti bank-bank dan pedagang-pedagang besar, yang penting adalah menilai kemampuan perusahaan dalam membayar utang-utang jangka pendeknya (likuiditas perusahaan). Bagi kreditur jangka panjang yang penting adalah bagaimana tingkat pendapatan perusahaan akan dapat dinilai, bagaimana kemampuan perusahaan dalam membayar bunga dan angsuran pinjaman secara teratur.
·         Pihak pemerintah dan karyawan perusahaan, kepentingannya berhubungan dengan soal kesempatan kerja, peningkatan hasil produksi, penarikan pajak-pajak sebagai salah satu sumber anggaran belanja Negara, pelaksanaan kebijaksanaan ekonomi dari pemerintah. Bagi karyawan adalah soal gaji atau upah dan isentif lainnya.
B.     METODE DAN TEKNIK ANALISIS
Metode dan teknik analisis laporan keuangan itu antara lain seperti di bawah ini.
1.      Analisis perbandingan neraca, laporan laba rugi, dan laporan laba yang ditahan dengan menunjukkan :
a.       Data absolute (jumlah dalam rupiah)
b.      Kenaikan dan penurunan dalam jumlah rupiah;
c.       Kenaikan dan penurunan dalam persen;
d.      Perbandingan yang dinyatakan dalam rasio;
e.       Persentase dari total.
2.      Analisis perubahan modal kerja.
3.      Analisis trend an rasio unsur-unsur neraca dan data operasi yang ada kaitannya.
4.      Analisis persentase per komponen dari neraca dan laporan laba rugi.
5.      Analisis rasio yang memperlihatkan hubungan beberapa unsur neraca.
6.      Analisis perbandingan dengan rasio industri.
7.      Analisis perubahan pendapatan neto atau analisis perubahan laba bruto.
8.      Analisis titik impas atau analisis break-even point.
C.    JENIS ANALISIS
Pada dasarnya ada beberapa jenis analisis yang dpat dilakukan yakni :
a.       Analisis internal : untuk mengukur efisiensi usaha dan menjelaskan perubahan yang terjadi dalam kondisi keuangan.
b.      Analisis eksternal : dilakukan oleh bank, para kreditur, pemegang saham, calon pemegang saham, dan lain-lain seperti hal mengukur tingkat likuiditas dan profitabilitas.
c.       Analisis horizontal (analisis dinamis) : untuk mengetahui kekuatan atau kelemahan keuangan perusahaan yang bersangkutan.
d.      Analisis vertikal (analisis statis) : analisis laporan keuangan yang terbatas hanya pada satu periode akuntansi saja, misalnya berupa analisis rasio.
D.    LAPORAN KEUANGAN YANG DIPERBANDINGKAN
Membandingkan data neraca dua periode atau lebih bertujuan untuk mengetahui adanya kenaikan atau penurunan jumlah absolute (dalam rupiah) dan dalam persentase. Apabila kita akan menganalisis laporan keuangan untuk sederetan tahun terdapat dua dasar perbandingan yang dapat digunakan berikut ini.
1.      Perbandingan dapat dibuat dengan menggunakan data pada tahun pertama sebagai dasar perbandingan.
2.      Perbandingan dapat dibuat dengan menggunakan data satu tahun di muka sebagai dasar perbandingan.
Nama Rekening
Tahun
Kenaikan (Penurunan*) selama 2001
2000
2001
Jumlah
% Perubahan

Rp
Rp
Rp

-
Kas
1000*
500
1.500
Investasi jangka panjang
0
15.000
15.000
-
Wesel Bayar
10.000
0
10.000*
100*
Rugi usaha
1.000
4.000
3.000
-
Pendapatan bersih (rugi bersih +)
500
1.500+
2.000
-

  1. JUMLAH KOMULATIF DAN RATA-RATA
      Analisis perbandingan dapat diperluas dengan menunjukkan jumlah komulatif dan angka rata-rata tahunan. Selanjutnya akan dapat dianalisis apakah data yang ada menyimpang dari angka rata-rata tahunan tersebut. Apabila terjadi penyimpangan, kemudian dapat dicari faktor-faktor penyebabnya, dan dapat disimpulkan apakah penyimpangan tersebut menguntungkan atau merugikan.

  1. INTERPRETASI LAPORAN KEUANGAN YANG DIPERBANDINGKAN
      Dari laporan keuangan yang diperbandingkan, dengan menunjukkan perubahannya secara absolut (dalam jumlah rupiah) dan perubahan secara relatif (dalam persen), analisis dapat dilakukan dengan melihat perubahan masing-masing unsur secara individual dan melihat gabungan beberapa unsur yang ada kaitannya. Perbedaan-perbedaan yang terjadi dicari faktor-faktor penyebabnya dan dapat dinilai apakah perubahan-perubahan ini bersifat menguntungkan. Misalnya persediaan barang dagangan telah meningkat sebanyak 20% selama setahun itu, kenaikan ini mungkin diakibatkan oleh perubahan kuantitas atau perubahan harga atau perubahan kedua-duanya, kenaikan kuantitas mungkin disebabkan adanya volume penjualan yang lebih besar.
      Suatu kenaikan dalam piutang dagang mungkin diakibatkan adanya volume penjualan yang meningkat, perubahan jangka waktu pembayaran oleh langganan, atau kerja bagian penagihan piutang yang kurang atau tidak efisien.

  1. GRAFIK PERUBAHAN DATA KEUANGAN
      Hasil perbandingan bagian-bagian penting dari laporan keuangan dapat juga digambarkan secara grafis. Gambaran perubahan secara visual mungkin lebih mudah ditangkap dalam pikiran penganalisis daripada gambaran perubahan dalam jumlah rupiah.
Nama Rekening
Tahun
Kenaikan (penurunan*)
Selama 2001
2000
(ribuan)
2001
(ribuan)
Jumlah
(ribuan)
% perubahan
Aktiva lancar
Utang jangka pendek
Total utang
Total modal sendiri
Total aktiva
335.000
110.000
170.000
305.000
475.000
290.000
  90.000
135.000
345.000
480.000
45.000
20.000
35.000
40.000
  5.000
13,4%
18,2%
20,6%
13,1%
  1,1%

      Dalam tabel terlihat bahwa aktiva lancar utang jangka pendek kedua-duanya berkurang, tetapi persentase penurunan utang jangka pendek lebih besar, ini berarti keuangan jangka pendek selama tahun 2001 mengalami perbaikan. Grafik tersebut juga menunjukkan bahwa total utang menurun sedang total modal sendiri meningkat. Kecenderungan ini menguntungkan karena ketergantungan dana pihak kreditur berkurang. Tingkat keamanan (margin of safety) bagi kreditur membaik. Juga terlihat bahwa proporsi total utang dari total utang plus total modal sendiri lebih kecil dalam tahun 2001, ini berarti posisi keuangan perusahaan dalam tahun 2001 lebih kuat, yakni sebagian besar dari aktiva dibelanjai dana bersumber dari modal sendiri.

  1. TREN DALAM PERSENTASE
      Laporan keuangan dari tahun ke tahun dapat dianalisis dengan mempelajari arah trennya. Tren dalam persentase dihitung dengan memilih tahun pertama sebagai dasar perbandingan atau sebagai tahun dasarnya. Tren dalam persentase, yang pada dasarnya merupakan angka indeks, menunjukkan perubahan relatif dari kata keuangan sepanjang kurun waktu tertentu.
      Laporan yang dijadikan dasar perbandingan, jumlah dari masing-masing unsurnya dinyatakan dengan “100%”. Jumlah unsur dari laporan keuangan periode berikutnya, apabila lebih rendah daripada data dasar, dinyatakan dengan “kurang dari 100%” sebaliknya bila lebih besar daripada data dasar akan dinyatakan dengan “lebih dari 100%”. Tren dalam rasio diperoleh dengan jalan membagi jumlah suatu tahun dengan jumlah tahun dasar untuk unsur yang sama . di dalam menentukan tren persentase hasil baginya dapat dibulatkan. Dengan cara yang sama dapat dihitung untuk pos-pos yang lain.

  1. PENILAIAN TREN DALAM PERSENTASE
      Perhitungan rasio pada umumnya tidak untuk semua unsur yang ada pada laporan keuangan, apabila unsur-unsur yang mempunyai hubungan logis satu sama lain. Tren meningkat dari persediaan barang, wesel tagih, dan piutang dagang, yang disertai tren menurun dari penjualan, mencerminkan adanya kelebihan investasi dalam persediaan barang dan piutang yang mungkin sebagai akibat dari kebijaksanaan yang tidak tepat dan cara kerja bagian penagihan yang tidak efektif. Tren yang menurun dari penjualan dari tahun ke tahun yang disertai dengan kenaikan investasi dalam dalam pabrik, dimana tambahan investasi tersebut dibelanjai dengan mengeluarkan obligasi yang mempunyai beban tetap, keadaan ini menunjukkan adanya perkembangan keuangan yang tidak sehat tren yang meningkat dari aktiva lancer yang disertai tren menurun dari utang jangka pendek dapat dipandang menguntungkan karena perubahan itu mencerminkan adanya perbaikan tingkat likuidasi perusahaan.
            Tren yang meningkat dari modal sendiri dapat dipandang menguntungkan apabila diikuti tren yang menurun dari total utang atau walaupun meningkat tetapi dengan persentase yang lebih rendah. Kondisi yang demikian mencerminkan semakin kuatnya perkembangan keuangan perusahan dan membaiknya margin of safety bagi kreditur.
      Tren rasio tidak dapat dibandingkan apabila prinsip-prinsip akuntansi yang telah dipergunakan tidak diikuti secara konsisten dalam kurun waktu yang sedang diamati, dan apabila terjadi perubahan nilai uang yang secara materiil amat berpengaruh.
      Dalam analisis tren persentase penting untuk melihat hubungan angka persentase dalam tren dengan data absolute (jumlah rupiah) yang dipakai sebagai dasar perbandingan, karena adanya kemungkinan-kemungkinan yang menyesatkan sebagai berikut :
1.      Tahun dasar yang dipilih mungkin tidak representative untuk beberapa unsur dalam laporan keuangan.
2.      Suatu unsur mungkin telah meningkat dari Rp 5.000,00 menjadi Rp 10.000,00 sedang unsur lainnya meningkat dari Rp 10.000,00 menjadi Rp 20.000,00. Masing-masing unsur menunjukkan kenaikan 100%, walaupun untuk unsur-unsur yang pertama kenaikannya tidak berarti.
3.      Biasanya perubahan sebanyak 100% lebih mendapat perhatian dari perubahan sebanyak 10%.
4.      Tendensi yang tidak diinginkan mungkin dicerminkan oleh tren rasio, pada hal sebenarnya tidak demikian bila dilihat data rupiahnya.
  1. PENAFSIRAN TREN DALAM PERSENTASE
Berdasarkan data pada ilustrasi 4.8 dan ilustrasi 4.9 dapatlah dilakukan penafsiran sebagai berikut:
1.      Kondisi keuangan jangka pendek dari perusahaan itu menunnjukkan perbaikan
2.      Pabrik dan peralatan (neto) telah meningkat, ini mungkin merupakan pembelian atau pembangunan baru.
3.      Terjadi tren menurun untuk total utang dan tren meningkat untuk modal sendiri.
4.      Terlihat bahwa tren untuk penjualan, harga pokok penjualan, dan biaya usaha meningkat dengan persentase yang hampir sama.
5.      Tendensi yang kurang menguntungkan juga tercermin dengan adanya peningkatan kerugian insidentil seperti terlihat pada laporan laba yang ditahan.

  1. LAPORAN DENGAN PERSENTASE PER KOMPONEN
Dalam analisis tren dalam persentase seperti telah diuraikan sebelumnya, penganalisis tidak dapat membandingkan atau tidak dapat memperoleh gambaran tentang perubahan dalam masing-masing unsur dari tahun ke tahun dalam hubungannya dengan total aktiva, total utang dan modal sendiri, dan jumlah atau nilai penjualan neto.
Kelemahan tersebut timbul apabila perbandingan akan dibuat untuk dua perusahaan atau lebih, atau antara suatu perusahaan dengan industry. Disini tidak ada suatu dasar umum sebagai dasar pembanding apabila dihubungkan dengan data absolut. Untuk itu perlu dibuat laporan dengan persentase per komponen guna memperoleh suatu dasar atau ukuran umum yang dapat digunakan sebagai pembanding.
Persentase per komponen adalah persentase dari masing-masing unsur pasiva terhadap aktiva terhadap total aktivanya, masing-masing unsur pasiva terhadap total pasivanya, dan masing-masing unsur laba rugi terhadap jumlah penjualan netonya. Laporan yang demikian disebut common-size statement.

  1. PERHITUNGAN DAN PENILAIAN
Commonsize statement juga disebut “persentase per komponen” atau “laporan 100 persen” karena untuk setiap total diganti dengan angka 100, dan masing-masing unsurnya diubah menjadi angka persen dari total 100.
Analisis persentase per komponen ini sebenarnya juga merupakan analisis rasio (perbandingan) atau semacam proporsi, karena jumlah rupiah dari masing-masing unsur laporan keuangan dinyatakan dalam persen dari total.
Metode mengubah jumlah rupiah dari masing-masing unsur laporan keuangan menjadi angka persen dari total, dilakukan sebagai berikut:
1.      Nyatakan total aktiva, total aktiva (total utang plus modal sendiri), dan jumlah penjualan neto dengan 100%.
2.      Hitunglah rasio dari masing-masing unsur laporan keuangan dengan totalnya, dengan cara membagi jumlah rupiah masing-masing unsur laporan keuangan itu dengan totalnya.
Laporan dengan persentase per komponen sangat bermanfaat bagi penganalisis yang sedang mempelajari keadaan keuangan jangka pendek dan hasil usaha perusahan, khususnya dalam membuat perbandingan diantara perusahaan sejenis dan perbandingan dengan rasio industri.

  1. EVALUASI PERSENTASE PER KOMPONEN DARI NERACA
Aktiva yang terdapat dalam neraca merupakan bentuk penanaman modal dalam perusahaan. Common-size statement menunjukkan persentase dari masing-masing unsur aktiva dari total aktivanya dan persentase dari masing-masing unsur pasivanya. Dengan membandingkan laporan persentase per komponen dari perusahaan lain yang menjadi pesaingnya atau industri, akan dapat diketahui bagaimana kedudukan unsur-unsur aktiva dari perusahaan sendiri, apakah terletak diatasnya atau dibawahnya. Penganalisis juga dapat mempelajari bagaimana tingkat perputaran piutang dan persediaan dalam kaitannya dengan penjualan.
Commonsize statement juga dapat menunjukkan distribusi dari utang dan modal sendiri (yang merupakan sumber modal yang ditanamkan dalam berbagai bentuk aktiva). Dari distribusi tersebut misalnya dapat diketahui apakah persentase total utang terlalu besar sehingga menimbulkan beban berat bagi perusahaan dan rendahnya margin of safety bagi kreditur.
Tren dari persentase investasi jangka panjang terhadap total aktivanya berbeda dengan tren dari data absolutnya karena total aktiva telah berubah melebihi perubahan investasi jangka panjang.
Naik turunnya posisi keuangan (data rupiah) dari tahun ke tahun tidak dapat diperiksa pada commonsize statement. Dari laporan persentase per komponen hanya dapat ditentukan perubahan relative dari masing-masing unsur terhadap total-totalnya pada tanggal atau periode tertentu.
Suatu unsur yang dalam jumlah rupiah meningkat, dalam persentase dari total dapat terjadi sebaliknya, yakni apabila totalnya telah meningkat dengan kecepatan yang lebih tinggi daripada peningkatan unsur tersebut. Sebaliknya suatu unsur telah menurun dalam jumlah rupiah, dalam persentase dari total mungkin malah meningkat, yakni apabila totalnya telah menurun dengan kecepatan lebih tinggi daripada penurunan unsur tersebut. Dalam laporan persentase per komponen dapat juga dihitung persentase dari masing-masing unsur terhadap subtotalnya
  1. EVALUASI PERSENTASE PER KOMPONEN DARI LAPORAN LABA RUGI
            Persentase per komponen  dari laba rugi menunjukkan besarnya persentase masing-masing unsur laba rugi dari  nilai penjualan netonya. Persentase tersebut menunjukkan bagian dari nilai penjualan neto dari yang telah terserap oleh unsur-unsur seperti harga pokok penjualan, berbagai biaya usaha, biaya nonoperating, pajak perseroan, dan pendapatan bersih sebagai sisanya.
      Persentase harga pokok penjualan yang semakin menurun dan persentase gross margin yang semakin meningkat, menunjukkan bahwa perusahaan telah berhasil dalam: (1) memperbaiki kebijaksanaan mark-up, (2) meningkatkan volume penjualan jenis barang yang memberikan profit tinggi, (3) menciptakan strategi pemasaran yang lebih efektif dan menguntungkan. Dari perbandingan tahun kw tahun dapat diketahui apakah proporsi harga pokok penjualan , biaya usaha, pendapatan bersih dari penjualan neto naik atau turun. Perlu diketahui bahwa angka proporsi atau persentase itu akan dipengaruhi oleh variasi harga jual, variasi harga pokok barang yang dibeli, atau oleh variasi kedua-duanya.
      Analisis persentase per komponen laporan laba rugi banyak dipergunakan dalam analisis laporan keuangan dibanding analisis persentase per komponen neraca karena analisis persentase per komponen laporan laba rugi menunjukkan adanya hubungan yang erat antar penjualan,harga pokok penjualan, dan biaya usaha.
Ilustrasi 4.17
Ringkasan Pos-Pos Utama dalam Rupiah dan
Persentase Neraca PT Kenceng
Pada 31 Desember 1996 dan 2000
Keterangan
Jutaan
Rp
%
Jutaan
Rp
%
    Aktiva
Aktiva Lancar
Tanah, Bangunan, dan Peralatan
 (neto)
Aktiva Tidak Lancar Lainnya

1.133,8

867,0
43,2

55,5

42,4
2,1

1.408,0

1.430,2


44,6

45,3
10,1
Total Aktiva
2.044,0
100,0
3.157,0
100,0
     Utang dan  modal sendiri
Utang Jangka Pendek
Utang Jangka Panjang
Modal Sendiri

526,8
300,0
1.217,2

25,8
14,7
59,5

495,6
457,8
2.203,6

15,7
14,5
69,8
     Total Utang dan Modal Sendiri
2.044,0
100,0
3.157,0
100,0

      Dengan membandingkan data tahun 2000 (31 Desember) dengan tahun 1996 (31 Desember), terlihat bahwa dana atau modal perusahaan secara relatif banyak ditanamkan dalam bentuk aktiva lancar dibandingkan dengan aktiva lancar. Apabila semula perbandingannya 44,5% dengan 55,5%  tahun 2000 berubah menjadi 55,4% dibanding 44,6%. Dengan melihat data persentase dari modal sendiri (termasuk bagian laba yang ditahan) merupakan sumber modal yang relatif lebih penting bila dibandingkan keadaan 31 Desember 1996 yakni 69,8 dibanding 59,5.
      Lebih besarnya proporsi modal sendiri dibanding dengan proporsi modal pinjaman (utang) akan meningkatkan margin of safety bagi kreditur dan menguatkan posisi keuangan perusahaan. Utang jangka pendek dan utang jangka panjang relatif rendah, sedang modal sendiri relatif tinggi.
      Perusahaan akan lebih berhasil apabila dapat mengatur harga pokok penjualan dan biaya usaha yakni mengusahakan perubahan harga pokok penjualan dan perubahan biaya usaha yang sebanding (proporsional) dengan perubahan volume penjualan.Situasi yang todak menguntungkan timbul apabila volume penjualan tetap sama tingkatnya sedang harga pokok penjualan, khususnya biaya penjualan, meningkat,atau ketika volume penjualan menurun tetapi tidak di ikuti turunnya harga pokok penjualan dan biaya usaha secara proporsional. Banyak biaya yang relatif tetap dan tidak menurun secara proporsional dengan penurunan volume penjualan.


DAFTAR PUSTAKA

Jumingan. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Surakarta: Bumi Aksara


Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "RESUME ANALISIS PERBANDINGAN"

Postingan Populer