AKUNTANSI
SOSIAL DAN LINGKUNGAN
“INDIKATOR KINERJA EKONOMI”
KELAS: V D
KELOMPOK 4
NI KADEK DWI ARIASTINI (1417051037)
NI LUH JUNIA PURNAMI (1417051041)
MADE WAHYU PRAMITA (1417051144)
KETUT ARI WARSADI (1417051145)
JURUSAN
AKUNTANSI PROGRAM S1
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2016
I.
PENGUNGKAPAN CSR BERDASARKAN
INDIKATOR GRI
Pengungkapan didefenisikan sebagai suatu usaha perusahaan
untuk menyeimbangkan komitmen-komitmennya terhadap kelompok dan individual
dalam lingkungan perusahaan (Ebert dan Griffin dalam Saputri, 2011).
Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan bukan menjadi hal yang bersifat
sukarela tetapi sudah menjadi kegiatan yang wajib dinyatakan dalam laporan
tahunan. Semakin besar perusahaan maka semakin diwajibkan perusahaan tersebut
untuk mengungkapkan kegiatan sosialmya. Pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan yang dinyatakan dalam laporan tahunan untuk memberikan informasi
kepada pengguna laporan keuangan tahunan dan kegiatan sosial yang dilakukan
untuk mengurangi dampak negatif yang dialami perusahaan seperti kemungkinan
terjadinya kesenjangan sosial atau kerusakan lingkungan.
Ada dua pendekatan yang secara signifikan berbeda dalam
melakukan penelitian tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Pertama, pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan mungkin diperlakukan
sebagai suatu suplemen dari aktivitas akuntansi konvensional. Pendekatan ini
secara umum akan menganggap masyarakat keuangan sebagai pemakai utama
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan cenderung membatasi persepsi
tentang tanggung jawab sosial yang dilaporkan. Pendekatan alternatif kedua
dengan meletakkan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada suatu
pengujian peran informasi dalam hubungan masyarakat dan organisasi. Pandangan
yang lebih luas ini telah menjadi sumber utama kemajuan dalam pemahaman tentang
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan sekaligus merupakan sumber
kritik yang utama terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
(Ririn, 2011).
Model pengukuran kinerja CSR lain yang
sering digunakan oleh perusahaan adalah dengan menggunakan GRI. GRI (Global Reporting Intiative)
merupakan sebuah jaringan berbasis organisasi yang telah mempelopori
perkembangan dunia, paling banyak menggunakan kerangka laporan keberlanjutan
dan berkomitmen untuk terus-menerus melakukan perbaikan dan penerapan di
seluruh dunia.
Tiga fokus pengungkapan GRI, antara lain:
1. Indikator Kinerja Ekonomi (economic
performance indicator), terdiri dari 9 item.
2. Indikator Kinerja Lingkungan (environment
performance indicator), 30 item
3. Indikator Kinerja Sosial (social
performance indicator) 40 item, terdiri dari:
·
Tenaga
Kerja (labor practices and decent work)
·
Hak
Asasi Manusia (human rights performance )
·
Sosial
(Society)
·
Tanggung
jawab Produk (product responsibility performance)
Dari
ketiga indikator yang ada, indikator-indikator tersebut memiliki beberapa
persamaan topik yang dibahas dalam CSR. Seperti antara ISO 26000 dan GRI kedua
indikator tersebut sama-sama mengungkapkan masalah sosial yang berhubungan
dengan HAM, tenaga kerja, tanggung jawab produksi dan masyarakat, masalah
ekonomi, dan masalah lingkungan. PROPER sendiri juga membahas mengenai tanggung
jawab atas dampak lingkungan yang disebabkan oleh perusahaan. Melalui PROPER
kinerja lingkungan sebuah perusahaan diukur dengan menggunakan warna, mulai
dari yang terbaik emas, hijau, biru, merah hingga yang terburuk hitam.
Model pengukuran kinerja SRG GRI diwujudkan dalam
bentuk kerangka pelaporan yang harus dilakukan oleh perusahaan. Dalam kerangka
pelaporan SRG GRI diberikan panduan bagaimana cara mengungkapkan standarisasi
pelaporan yang didalamnya mencakup pengungkapan strategi, profil organisasi,
tata kelola organisasi dan manajemen serta indikator kinerja yang terdiri dari
enam kriteria indikator kinerja yaitu kinerja ekonomi, kinerja lingkungan,
kinerja praktek tenaga kerja, kinerja masyarakat, kinerja tanggungjawab produk,
dan kinerja hak asasi manusia. Indikator-indikator kinerja yang ada tersebut
berfungsi sebagai perbandingan informasi atau pengungkapan informasi mengenai
kinerja organisasi dalam hal ekonomi, lingkungan, dan sosial (GRI, 2002).
Pada dasarnya, kriteria kinerja SRG GRI yang
dijadikan dasar dalam mengukur kinerja CSR perusahaan terletak pada kriteria
kinerja praktek tenaga kerja, kinerja masyarakat, kinerja tanggungjawab produk,
dan kinerja hak asasi manusia (Suharto, 2008). Namun, kriteria-kriteria tersebut
hanya terbatas pada empat stakeholder yaitu: karyawan, konsumen, supplier, dan
masyarakat. Dalam perusahaan, stakeholders yang ada tidak hanya terbatas
pada keempat stakeholders tersebut. Selain itu dalam merumuskan kegiatan
CSR yang berdasarkan SRG GRI, hanya didasari pada keinginan dan kebutuhan stakeholder
(stakeholder want and need). Sedangkan dari sisi keinginan dan
kebutuhan perusahaan (stakeholder contribution) belum menjadi landasan
ukuran keberhasilan kinerja CSR perusahaan.
Pengukuran kinerja CSR yang baik tidak hanya perlu
mengakomodasikan kebutuhan stakeholder (stakeholer want and need),
tetapi juga harus mengakomodasikan apa yang harus diberikan oleh stakeholder
kepada perusahaan (stakeholder contribution). Karena GRI belum
mengakomodasikan kebutuhan tersebut, maka perlu dilakukan penggunaan
model/konsep lain dari pengukuran kinerja yang mengakomodasikan tidak hanya
keinginan pemangku kepentingan tetapi juga kontribusi pemangku kepentingan.
II.
Indikator Kinerja Ekonomi
INDIKATOR
KINERJA EKONOMI
|
|
Aspek Kinerja Ekonomi
|
|
EC 1
|
Nilai ekonomi yang dihasilkan dan didistribusikan
secara langsung, termasuk pendapatan, biaya operator, kompensasi kepada
karyawan, donasi dan investasi ke masyarakat, laba ditahan serta pembayaran
ke peyedia modal pemerintah
|
EC 2
|
Implikasi keuangan dan berbagai risiko dan peluang
untuk segala aktivitas perusahaan dalam menghadapi perubahan iklim.
|
EC 3
|
Daftar cukupan kewajiban perusahaan dalam
perencanaan benefit yang sudah ditetapkan.
|
EC 4
|
Bantuan keuangan finansial signifikan yang diperoleh
dari pemerintah
|
Aspek Keberadaan Pasar
|
|
EC 5
|
Parameter standar upah karyawan dijenjang awal
dibandingkan dengan upah karyawan minimum yang berlaku pada lokasi operasi
tertentu.
|
EC 6
|
Kebijakan, penerapan dan pembagian pembelanjaan pada
subkontraktor (mitra kerja) setempat yang ada di berbagai lokasi operasi.
|
EC 7
|
Prosedur penerimaan tenaga kerja lokal dan beberapa
orang dilevel manajemen senior yang diambil dari komunikasi setempat di
beberapa lokasi operasi.
|
Aspek Dampak Ekonomi Tidak Langsung
|
|
EC 8
|
Pengembangan dan dambak dari investasi infrastruktur
dan pelayanan yang disediakan terutama bagi kepentingan publik melalui
perdagangan, jasa dan pelayanan ataupun yang sifatnya pro bono.
|
EC 9
|
Pemahaman dan penjelasan atas dampak ekonomi secara
tidak langsung termasuk luasan dampak.
|
III.
Kelebihan
dan Kelemahan Model Pengukuran Kinerja GRI
MODEL PENGUKURAN KINERJA
|
KELEBIHAN
|
KELEMAHAN
|
GRI
|
GRI merupakan standar internasional yang dapat
memberikan panduan/ pedoman mengukur kinerja CSR
|
Indikator kinerja CSR GRI hanya dapat melakukan
identifikasi terhadap keinginan dan kebutuhan stakeholder
|
Indikator kinerja CSR GRI hanya dapat
mengidentifikasi stakeholder secara
lengkap
|
||
Indikator kinerja CSR GRI tidak dapat melakukan
identifikasi kontribusi stakeholder
|
IV.
Cara Mengukur Kinerja Ekonomi
Kembali ke proses content
analysis, pengukuran kinerja CSR yang dilakukan melalui laporan tahunan
memerlukan acuan informasi (information guideline). Acuan informasi laporan CSR
yang saat ini mendominasi adalah Sustainability Reporting Guidelines (SRG),
yang dikeluarkan oleh Global Reporting Initiative (GRI), walaupun ada acuan
lain yang dikembangkan oleh beberapa akademisi melalui kajian literatur. Dalam
SRG, terdapat 79 item yang tersebar pada 6 indikator kinerja. Dengan SRG inilah
pengungkapan informasi CSR pada laporan tahunan perusahaan diukur melalui
pemberian skor.
Cara yang paling sederhana
dalam memberikan skor adalah mencantumkan angka ‘1’ pada item di SRG untuk
informasi yang diungkapkan. Atau, memberikan skor ’0’ untuk informasi yang
tidak diungkapkan. Cara pemberian skor ini dikenal dengan dichotomous (angka 1
untuk menandai ’ya’ dan 0 untuk ’tidak’), walaupun ada cara lain pemberian skor
yang lebih kompleks. Dengan menjumlahkan semua angka 1, maka didapatkan jumlah
angka yang merupakan total informasi CSR yang dilaporkan pada laporan tahunan.
Setelah total angka diperoleh,
variabel lain dapat di tambahkan. Beberapa variabel yang cukup sering ditemukan
positif berhubungan dengan banyaknya informasi CSR dalam laporan tahunan adalah
total aset, total penjualan, profitabilitas, kapitalisasi, return on asset
(ROA), return on equity (ROE), earning pershare (EPS), serta tipe dan usia
perusahaan. Disinilah uji statistik berperan untuk melihat apakah informasi CSR
yang ada dalam laporan tahunan mempunyai hubungan yang signifikan dengan
variabel tersebut. Atau, apakah variabel ini mempengaruhi banyaknya informasi
CSR yang diungkapkan. Atau, apakah sebuah perusahaan yang mempunyai besaran
aset lebih tinggi akan memberikan informasi CSR yang lebih banyak.
CONTOH RISET/ KASUS
1.
Kinerja Ekonomi Berkelanjutan PT. Bukit Asam (Persero)
Tbk pada tahun 2015
Pada 2015, rata-rata harga
batubara di Indonesia tercatat US$ 60,13/ton, lebih rendah dibanding tahun
2014, yang mencapai US$ 72,62/ton. Dalam kondisi seperti, laba PTBA mencapai
Rp2,04 triliun, tumbuh 9% apabila dibandingkan tahun sebelumnya. Sejalan dengan
pencapaian itu, PTBA terus meningkatkan investasi, termasuk untuk keperluan
infrastruktur, guna mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah daerah di sekitar tempat Perseroan
beroperasi.
a.
Aspek Kinerja Ekonomi
·
Indikator EC1─ Nilai Ekonomi Langsung Yang Dihasilkan
Dan Didistribusikan
Untuk mempertahankan margin
keuntungan di tengah merosotnya harga batubara, PTBA berupaya meningkatkan
produksi dan penjualan dibanding tahun sebelumnya, Upaya itu berhasil
diwujudkan.
Laba Tahun Berjalan pada 2015
tercatat sebesar Rp2,04 triliun, naik 9% apabila dibandingkan tahun 2014, yang
mencapai Rp1,86 triliun, Sedangkan Beban Operasional (beban umum dan
administrasi; beban penjualan dan pemasaran; (beban)/pendapatan lainnya,
bersih) sebesar Rp1,73 triliun, atau naik 1,2% dibanding tahun 2014, yang tercatat
sebesar Rp1,71 triliun.
·
Indikator EC2─ Implikasi Finansial, Risiko Dan Peluang
Akibat Perubahan Iklim
Bukan perkara mudah untuk
meraih pertumbuhan usaha di bidang batubara di tengah merosotnya harga
komoditas tersebut, Apalagi, ditambah dengan melemahnya perekonomian di
Indonesia dan perekonomian global, Menurut data Badan Pusat Statistik,
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2015 sebesar 4,79%, jauh dari asumsi dasar
ekonomi makro dalam APBN 2015 yang mematok pertumbuhan ekonomi sebesar 5,8%,
Pencapaian itu juga lebih kecil bila dibanding dengan tahun 2014, yang mencapai
5,1%, Adapun rerata harga batubara pada 2015 adalah US$ 60,13/ton, lebih rendah
bila dibandingkan dengan tahun 2014, yang tercatat US$ 72,62/ton.
PTBA telah mencermati kecenderungan penurunan
harga batubara dan terus melakukan berbagai upaya antisipatif dan proaktif
terhadap kondisi tersebut. Oleh karena kondisinya secara umum masih sama dengan
tahun 2014, maka strategi utama Perseroan pada 2015 tak berbeda, yakni
pengendalian biaya produksi, efisiensi operasional penambangan, dan
meningkatkan produksi dan penjualan batubara kalori tinggi untuk memperoleh
harga penjualan yang lebih tinggi.
·
Indikator EC3─Kewajiban Perusahaan Atas Program
Imbalan Pasti
Perseroan telah melaksanakan
program “Jaminan Hari Tua” (JHT), Dana Pensiun Bukit Asam, Program Pensiun
“Tabungan Hari Tua” dan Program Pensiun Iuran Pasti bekerja sama dengan lembaga
yang kompeten sebagai bagian dari pemenuhan kesejahteraan pegawai. Perseroan
juga menyediakan jaminan layanan kesehatan melalui Rumah Sakit Bukit Asam
(RSBA) dan program Asuransi Kesehatan Inhealth untuk pegawai dan pensiunan pegawai.
·
Indikator EC4─ Bantuan Finansial Yang Diterima dari
Pemerintah
Setelah kekuasaan kolonial Belanda
berakhir pada 1950, Pemerintah RI mengesahkan pembentukan Perusahaan Negara
Tambang Arang Bukit Asam (PN TABA). Selanjutnya, pada 1981, PN TABA berubah
status menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Tambang Batubara Bukit Asam
(Persero) Tbk, yang selanjutnya disebut Perseroan. Pada 23 Desember 2002,
Perseroan mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia
dengan kode “PTBA”.
Sesuai Anggaran Dasar Perseroan
Pasal 3, Perseroan berusaha dalam bidang pengembangan bahan bahan galian,
terutama pertambangan batubara sesuai dengan ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan
Terbatas, Perseroan tidak mendapat bantuan finansial dari pemerintah.
b.
Aspek Keberadaan Pasar
·
Indikator EC5─ Rasio Standar Upah Pegawai Baru Dengan
Upah Minimum
Dalam hal upah kerja, Perseroan
telah memenuhi Upah Minimum Propinsi/Kota yang ditentukan oleh Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. Selain telah memenuhi
ketentuan Upah Minimum Provinsi/Kota, Perusahaan juga memberi perhatian kepada
kesejahteraan karyawannya. Perusahaan menyediakan fasilitas-fasilitas berikut
guna meningkatkan motivasi serta produktivitas kerja, antara lain yaitu:
Jaminan kesehatan pegawai dan
keluarganya
1)
Jaminan
sosial tenaga kerja (Jamsostek)
2)
Tunjangan
Hari Raya (THR)
3)
Program
bantuan perumahan
4)
Penghargaan
kinerja tahunan dengan nama Bonus atau Tunjangan
Prestasi
5)
Tunjangan
cuti tahunan
6)
Program
pensiun
7)
Fasilitas
kacamata/melahirkan
8)
Beasiswa
Pendidikan S2
Strategi Remunerasi
Untuk
strategi Remunerasi, Perseroan telah menerapkan standar penggajian berdasarkan
pemeringkatan pegawai dan jenjang jabatan. Untuk memberikan remunerasi yang kompetitif,
Perseroan mengikuti sistem remunerasi pada industri sejenis dengan
memperhatikan dan mematuhi undang-undang ketenagakerjaan dan peraturan upah minimum
provinsi (UMP). G4-EC5 Standardisasi sistem kompensasi dan imbal jasa Perseroan
bertujuan untuk meningkatkan motivasi pegawai dalam meningkatkan kompetensi dan
kinerjanya. Tidak ada kebijakan remunerasi yang membedakan perlakuan terhadap
karyawan laki-laki dan perempuan di seluruh level jabatan.
Sistem Remunerasi Perseroan dibangun
dengan mempertimbangkan prinsip 3P, yaitu Performance, Position dan Person
sebagaimana digambarkan pada diagram berikut:
·
Indikator EC6─Prosedur penerimaan tenaga kerja lokal
Rekrutmen Karyawan
Dalam melaksanakan proses
bisnisnya, Perseroan membutuhkan karyawan yang memiliki kemampuan dan
karakteristik sesuai dengan spesifikasi pekerjaannya. Hal tersebut dapat
dicapai dengan melaksanakan Rekrutmen dan Seleksi Karyawan.
Dalam rekrutmen dan seleksi,
PTBA memperlakukan semua calon karyawan secara sama, tidak ada diskriminasi
atau perbedaan perlakuan berdasar suku, agama, ras dan antar golongan (SARA).
Dalam hal ini, Perseroan menghargai bahwa bekerja di PTBA merupakan hak asasi:
siapapun berhak masuk dan diterima menjadi karyawan asal memenuhi kualifikasi
yang dibutuhkan. Perseroan juga membuka peluang yang sama untuk penduduk lokal
mengisi berbagai posisi yang dibutuhkan, termasuk di level manajer senior.
c.
Aspek Dampak Ekonomi Tidak Langsung
·
Indikator EC7─Pembangunan dan dampak dari investasi
infrastruktur dan jasa yang diberikan
Perseroan melaksanakan kegiatan
usaha sebagai berikut:
1.
Mengusahakan
pertambangan yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, eksploitasi,
pengolahan, pemurnian, pengangkutan dan perdagangan bahanbahan galian, terutama
batubara.
2.
Mengusahakan
pengolahan lebih lanjut atas hasil produksi bahan-bahan galian, terutama
batubara.
3.
Memperdagangkan
hasil produksi sehubungan dengan usaha di atas, baik hasil sendiri maupun hasil
produksi pihak lain, baik di dalam maupun luar negeri.
4.
Mengusahakan dan
mengoperasikan pelabuhan dan dermaga khusus batubara baik untuk keperluan
sendiri maupun keperluan pihak lain.
5.
Mengusahakan dan
mengoperasikan pembangkit listrik tenaga uap, baik untuk keperluan sendiri
maupun untuk keperluan pihak lain.
6.
Memberikan
jasa-jasa konsultasi dan rekayasa dalam bidang yang terkait dengan pertambangan
batubara beserta hasil-hasil olahannya.
·
Indikator EC8─Dampak Ekonomi Tidak Langsung Yang
Signifikan
Adanya peningkatan pembayaran
pajak dan royalti, otomatis kian menggerakkan ekonomi lokal, terutama di
wilayah operasi utama Perseroan, yakni di Kabupaten Muara Enim, Propinsi
Sumatera Selatan, Kegiatan ekonomi di daerah juga tumbuh oleh investasi yang
dilakukan Perseroan di daerahdaerah operasi, termasuk untuk keperluan
infrastruktur, perumahan karyawan, Rumah Sakit PTBA, dan fasilitas sosial dan
umum bagi karyawan PTBA.
·
Indikator EC9─Perbandingan Pembelian Dari Pemasok
Lokal Di Lokasi Operasional Yang Signifikan
Selama 2015, PTBA sebagai mitra
usaha masyarakat telah menggunakan produk dan jasa masyarakat yang merupakan Mitra
Binaan PTBA, yaitu jasaboga, pembelian suku cadang dan manufaktur.
Selain itu, PTBA juga terus
mengembangkan pemasok di sekitar wilayah operasi dengan pembentukan
sentra-sentra industri kecil yang mampu mendukung pemenuhan bahanbahan penolong
kegiatan operasional sehari-hari. Inisiatif itu dilaksanakan dalam kerangka CSR
dalam program Klaster Industri di Tanjung Enim.
2.
Kinerja Ekonomi Berkelanjutan PT Perusahaan Gas Negara
(Persero) TBk pada tahun 2015
·
Distribusi
Nilai Ekonomi [G4-EC1]
Perekonomian
nasional diprediksi akan kembali mencatatkan pertumbuhan positif pada 2015. Hal
ini pun memengaruhi pada peningkatan permintaan gas bumi sehingga berimbas pada
peningkatan pendapatan PGN serta peningkatan pendapatan PGN serta meningkatnya
volume gas melalui jaringan transmisi maupun distribusi milik PGN.
Dengan meningkatnya pendapatan PGN, perseroan akan
mampu meningkatkan kontribusi khususnya terhadap penerimaan negara baik melalui
pajak maupun dividen. PGN juga turut berkontribusi terhadap peningkatan
kesejahteraan masyarakat baik melalui realisasi kegiatan pengembangan komunitas
maupun Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Secara umum, kondisi ini
juga akan meningkatkan nilai ekonomi yang dapat dinikmati oleh pemangku
kepentingan (stakeholder).
NILAI
EKONOMI YANG DITERIMA DAN DIDISTRIBUSIKAN
|
||
(USD
|
2013
(Disajikan Kembali)
|
2014
|
NILAI
EKONOMI YANG DIPEROLEH
Pendapatan
Pendapatan
bunga
Pendapatan
selisih kurs valuta asing
Pendapatan
penjualan aset
Pendapatan
dari investasi mata uang asing
Pendapatan
lain
Jumlah
|
3.001.516.630
26.910.239
-
-
83.899.215
57.139.294
3.169.465.378
|
3.408.590.061
26.032.902
-
-
47.452.904
73.123.091
3.555.198.958
|
NILAI
EKONOMI YANG DIDISTRIBUSIKAN
Biaya
Operasional
Gaji
Karyawan dan Benefit Lain
-
Departemen operasional
-
Departemen administrasi
Jumlah
gaji dan imbal jasa lainnya
Pembayaran
kepada penyandang dana
-
Pembayaran dividen
-
Pembayaran bunga
Jumlah
pembayaran kepada penyandang dana
Pengeluaran
untuk pemerintah
Pengeluaran
untuk masyarakat
Jumlah
Nilai
ekonomi ditahan sebelum dividen
Nilai
ekonomi ditahan setelah dividen
|
1.956.971.704
38.391.494
83.715.450
122.106.944
510.620.916
21.863.585
532.484.502
359.360.597
8.023.231
2.978.946.977
190.518.401
|
2.327.253.644
37.162.605
87.161.223
124.323.828
454.456.178
75.575.385
530.031.563
257.108.917
11.644.571
3.250.362.523
304.836.435
|
·
Kontribusi Kepada Negara [G4-EC1]
Dalam menjaga keberlanjutan bangsa dan negara, PGN
senantiasa memberikan kontribusi kepada Negara dalam bentuk dividen tunai yang
disisihkan laba operasional tahun berjalan dan ditetapkan melalui Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS), sesuai dengan persentase kepemilikan negara. Dalam
beberapa tahun terakhir, pay-out
ratio atas dividen yang dibagikan berkisar 50%-60% dari laba bersih tahun
berjalan.
Sesuai dengan keputusan RUPS tahun 2014, total
dividen yang dibayarkan kepada negara selaku pemegang saham utama sebesar
Rp2,91 triliun, meningkat dibanding tahun 2013 yakni sebesar Rp2,8 triliun.
Selain dividen, PGN juga memberikan beberapa bentuk kontribusi keuangan kepada
negara secara langsung, yakni pembayaran pajak dan iuran Badan Pengatur Hilir
Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas). Kontribusi kepada negara berupa pembayaran
pajak untuk tahun 2014 sebesar Rp3,02 triliun, menurun dibanding tahun 2013
sebesar Rp3,75 triliun. Sementara jumlah iuran BPH Migas pada 2014 sebesar Rp67
miliar dan tahun 2013 sebesar Rp79 miliar.
Dengan demikian, total kontribusi PGN kepada negara
selama tahun 2014 sebesar Rp5,9triliun, meningkat jika dibandingkan tahun 2013
yakni Rp6,6 triliun. Seperti tahun-tahun sebelumnya, PGN tidak pernah menerima
bantuan langsung dari negara dalam merealisasikan seluruh kegiatan
operasionalnya. Bantuan hanya terbatas pada pengurangan pajak bea masuk atas
barang-barang modal tertentu untuk merealisasikan program pengembangan usaha.
·
Kontribusi Kepada Pertumbuhan
Ekonomi Daerah[G4-DMA][G4-Ec8]
PGN menyadari bahwa kehadiran PGN tidak hanya
memberikan kontribusi langsung kepada negara, tetapi juga pada pertumbuhan
ekonomi daerah. Khususnya kepada daerah-daerah yang menjadi lokasi kantor
operasional dan kantor pendukung di sekitar jaringan pipa transmisi dan/atau
distribusi gas bumi milik perseroan.
Pasokan gas bumi di suatu daerah dapat menarik minat
investor untuk menanamkan modal dalam bentuk pendirian kawasan-kawasan industri
baru. Pada akhirnya, daerah tersebut berkembang seiring munculnya perumahan,
pusat perbelanjaan, hotel, dan sektor riil lainnya. Daerah tempat PGN
beroperasi pun menjadi sebuah kawasan ekonomi baru. Hal ini memberikan manfaat
positif karena daerah tersebut mampu menyerap tenaga kerja, mendapatkan
penghasilan dari pemanfaatan sumber daya alam, hingga peningkatan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) dari retribusi, pajak daerah, pajak iklan reklame, dan
sebagainya. Keseluruhan kegiatan tersebut memberikan gambaran bahwa PGN turut
berkontribusi terhadap keberlanjutan dan pertumbuhan ekonomi di daerah.
PGN tidak hanya memberikan dampak ekonomi tidak
langsung dari kegiatan operasional, tapi juga merancang dan merealisasikan
kegiatan yang langsung ditujukan untuk menstimulus tumbuh dan berkembangnya
kegiatan ekonomi. Kegiatan tersebut antara lain pelaksanaan program dalam
bentukpengembangan masyarakat maupun kegiatan PKBL. Kegiatan-kegiatan itu pada
akhirnya berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar
area operasi.
3.
Kinerja Ekonomi Berkelanjutan PT. Semen
Indonesia(Persero) Tbk pada tahun 2015
a.
Aspek Kinerja Ekonomi
·
Nilai Ekonomi Langsung di dapat dan di Distribusikan
[G4-EC1] [G4-EC4]
Uraian
|
Periode Pelaporan dan Besaran Nilai (Juta IDR)
|
||
2015
|
2014
|
2013
|
|
NILAI
EKONOMI LANGSUNG DIHASILKAN
|
|
|
|
Pendapatan
|
26,948,004
|
26,987,035
|
24,501,241
|
Ditambah (+/+)
|
|
|
|
Ø Penerimaan
bunga bank
|
241,075
|
286,070
|
163,033
|
Ø Penerimaan
investasi pada anak perusahaan
|
24,320
|
31,946
|
34,541
|
Ø Pendapatan
Operasi lainnya (Penjualan aset, denda dan klaim, laba rugi selisih kurs dan
lainnya)
|
46,157
|
195,060
|
97,790
|
Total
Nilai Ekonomi Langsung dihasilkan
|
27,269,556
|
27,500,111
|
24,789,422
|
NILAI
EKONOMI DIDISTRIBUSIKAN
|
|
|
|
1.
Beban Pokok Pendapatan, Penjualan, Umum dan
Administrasi Lainnya
|
24,789,422
|
15,408,157
|
24,789,422
|
2.
Biaya Pegawai
|
2,441,072
|
2,379,058
|
2,441,072
|
3.
Biaya Keuangan atas pinjaman jangka pendek
|
370,004
|
382,919
|
370,004
|
4.
Pengeluaran untuk pemerintah
|
1,325,482
|
1,509,616
|
1,325,482
|
5.
Pengeluaran untuk masyarakat
|
136,395
|
180,170
|
136,395
|
Total
Nilai Ekonomi Didistribusikan
|
20,574,961
|
19,679,750
|
20,574,961
|
NILAI
EKONOMI DITAHAN
|
|
|
|
Laba
Bersih Tahun Berjalan
|
4,525,441
|
5,567,659
|
5,361,480
|
Pembayaran dividen
|
2,236,296
|
2,426,542
|
2,211,365
|
Total
Nilai Ekonomi Yang Ditahan
|
2,289,145
|
3,141,117
|
3,150,115
|
·
Efisiensi
Biaya [G4-EC2]
Faktor
lain yang turut mempengaruhi pertumbuhan Semen Indonesia adalah kemampuan
melakukan efisiensi biaya Rp300 miliar setiap tahunnya. Efisiensi ini diperoleh
dari upaya :
Ø Pemakaian
biomassa CAF untuk substitusi batubara
Ø Pemakaian
limbah untuk substitusi bahan baku
Ø Penggunaan
teknologi hemat energi
Ø Pengurangan
pemakaian klinker melalui semen campuran
Ø Pembangunan
WHRPG untuk mengurangi konsumsi energi listrik dari PLN.
Pemakaian
biomassa untuk substitusi batu bara merupakan bagian dari program CDM sebagai
upaya berkontribusi terhadap pengurangan dampak perubahan iklim. Program ini
juga diharapkan dapat memberikan manfaat ekonomi bagi Semen Indonesia atas
perolehan Certified Emission Reduction (CER).
Pada 6 Mei 2015, Semen Indonesia dengan Swedia (melalui Swedish Energy Agency) melakukan penandatanganan Emission Reduction Purchase Agreement
(ERPA) persetujuan jual beli CER yang disepakati antara kedua belah pihak
adalah sebesar 3,75 EUR/CER. Verifikasi eksternal CER tahap pertama akan
dilakukan pada 17 Mei 2016.
·
Program
Pensiun [G4-EC3]
Untuk
menjamin masa depan para karyawan, Perseroan menyelenggarakan program pensiun
dan tunjangan hari tua, serta program pembekalan ketika pegawai memasuki masa
persiapan pensiun. Persentase gaji karyawan yang dikontribusikan sebesar 5%
dari penghasilan dasar pensiun dan kontribusi Perseroan yang dihitung secara
aktuaria. Program ini dikelola oleh Dana Pensiun Lembaga Keuangan PT Bank
Negara Indonesia (Persero) Tbk (DPLK BNI) dan DPLK Allianz-Indonesia.
·
Rest Area Ronggolawe [G4-EC7]
Rest Area Ronggolawe
adalah pusat industri kecil dan kreatif terintegrasi yang memasarkan
produk-produk mitra binaan Semen Indonesia agar dapat menggapai pasar lebih
luas, terkonsolidasi, dan terdokumentasi dengan baik. Renovasi bangunan bekas
terminal ini merupakan hasil kerjasama Semen Indonesia dengan para UMKM mitra
binaan dan Dinas Perekonomian dan Pariwisata Kabupaten Tuban.
Hingga
akhir 2015, jumlah mitra binaan di rest
area sebanyak 40 UMKM. Adapun anggaran pengembangan rest area pada 2015 sebesar Rp872 juta. Keberadaan rest area di lokasi strategis jalan RE
Martadinata Kota Tuban ini diharapkan kinerja UMKM akan semakin meningkat.
·
Biomassa
dan Pemberdayaan Masyarakat [G4-EC8]
Selain
meningkatkan efisiensi energi dan mereduksi emisi, pemanfaatan biomassa dapat
memberikan stimulus bagi perekonomian masyarakat lokal. Pabrik Tuban (PT Semen
Gresik) menerapkan pole pemenuhan suplai biomassa dari pemasok lokal. Pola ini
memberikan dampak positif antara lain :
Ø Menumbuhkan
11 pemasok lokal di daerah sekitar operasional pabrik.
Ø Setiap
pemasok lokal mampu menyerap tenaga kerja 15-20 orang.
Ø Omzet
setiap pemasok lokal sekitar Rp250 juta per bulan.
Ø Memberikan
penghasilan tambahan bagi petani, pemilik penggilingan sekam padi dan tempat
penggergajian kayu.
·
Program
WHRPG [G4-EC8]
Semen Indonesia memanfaatkan gas
buang dari proses pembakaran sebagai pembangkit tenaga listrik melalui program Waste Heat Recovery Power Generator (WHRPG).
Proyek WHRPG diterapkan di Pabrik Indarung Padang, Sumatera Barat (PT Semen
Padang) dan Pabrik Tuban, Jawa Timur (PT Semen Gresik).
Pengoperasian WHRPG di areal
produksi Semen Padang mampu mengurangi biaya listrik dari PLN. Manfaat lainnya
adalah mendapatkan sertifikasi CER dari reduksi emisi gas CO2
sebesar 43.000 ton per tahun yang berpotensi untuk dijadikan sumber pendapatan
tambahan.
Adapun estimasi efisiensi penerapan
WHRPG di Tuban dapat menghemat biaya listrik hingga Rp120 miliar per tahun dan
mengurangi penggunaan listrik PLN sebesar 152 juta KWh per tahun. Pemanfaatan
gas buang pabrik Tuban I-IV akan menekan emisi CO2 sebesar 122.000
ton per tahun.
·
Pendamping
Usaha Kecil [G4-EC8]
Program Kemitraan Perseroan
difokuskan pada upaya pengembangan pola pendampingan usaha kecil, baik terkait
atau tidak dengan bisnis Semen Indonesia. Perseroan menyalurkan dana dan
membina usaha kecil secara berkesinambungan dengan mengedepankan aspek
pemerataan, kemandirian, profesionalisme dan etika.
·
Merajut
Asa di Rembang [G4-EC8]
Semen Indonesia menyadari kegiatan
operasional pabrik akan menimbulkan dampak positif dan negatif bagi lingkungan
dan masyarakat di sekitarnya. Untuk meminimalisir dampak negatif dan
meningkatkan dampak positif, telah dilakukan kajian dampak lingkungan dan
sosial. Hasil kajian telah dituangkan dalam dokumen Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) yang menjadi pedoman dalam melakukan kegiatan operasinal.
Semen Indonesia memastikan kegiatan
operasional Pabrik Rembang di Jawa Tengah yang dimulai tahun 2016 akan didukung
teknologi yang ramah lingkungan, seperti main
bag house filter untuk mereduksi dampak negatif adanya debu. Selain itu,
semua peralatan yang digunakan berstandar tinggi sehingga tidak menimbulkan
dampak negatif kebisingan bagi lingkungan dan masyarakat di sekitarnya.
Adapun dampak positif pembangunan
pabrik yang mulai dirasakan masyarakat di antaranya peluang kerja dan
terciptanya ekonomi baru. Hingga akhir 2015, tercatat total pekerja pabrik
mencapai 3.282 orang, khusus dari Kabupaten Rembang sebanyak 1.009 orang.
Masyarakat di sekitar pabrik juga
telah mendapatkan manfaat dari kegiatan corporate
social responsibility (CSR). Data terakhir menunjukkan realisasi Program
Kemitraan sejak tahun 2013 hingga akhir 2015 menghasilakn 271 mitra binaan
dengan jumlah pinjaman Rp3,44 Miliar. Adapun realisasi dana CSR 2014 sebesar Rp7
Miliar. Pada tahun 2015, realisasi dana kegiatan CSR di Kabupaten Rembang
mencapai Rp10,52 Miliar, naik dari tahun sebelumnya sebesar 66,54%.
Jumlah
Pemasok Semen Indonesia dan Nilai Kontrak Pekerjaan [G4-EC9]
Unit
Bisnis
|
Pengadaan
barang
|
Pengadaan
Jasa
|
||||||
Jumlah
Pemasok
|
Nilai
Kontrak Pekerjaan (Rp dalam Juta)
|
Jumlah
Pemasok
|
Nilai
Kontrak Pekerjaan (Rp dalam Juta)
|
|||||
2015
|
2014
|
2015
|
2014
|
2015
|
2014
|
2015
|
2014
|
|
Perusahaan Lokal (Nasional)
|
313
|
362
|
2,487,322.90
|
2,752,039.21
|
243
|
299
|
2,511,830.65
|
1,885,223.21
|
Perusahaan Internasional
|
27
|
32
|
564,937.71
|
1,277,416.52
|
6
|
11
|
14,101.38
|
16,437.58
|
Total
|
340
|
394
|
3,052,260.61
|
3,052,260.61
|
249
|
310
|
2,525,932.03
|
1,901,660.79
|
4.
Kinerja Ekonomi Berkelanjutan PT. Toyota Motor
Manufacturing Indonesia pada tahun 2015
Implementasi
program Income Generating Activity di tahun 2015, antara lain mencakup
pemberdayaan pada Bengkel Sepeda Motor Ozog dan Jaya [G4-EC8].
PROGRAM
|
REALISASI
|
Bengkel Sepeda Motor Ozog
|
Program pemberdayaan untuk
Bengkel Sepeda Motor Ozog dimulai sejak 2009 dengan lokasi bengkel terletak
di Desa Puseurjaya, Dusun Babakan Tengah.
|
Bengkel Sepeda Motor Jaya
|
Program pemberdayaan untuk
Bengkel Sepeda Motor Jaya dimulai sejak 2012 dengan lokasi bengkel terletak
di Desa Puseurjaya, Dusun Sari Jaya.
|
·
Membangun
Industri Otomotif [G4-EC7], [G4-EC8]
Selain
upaya membangun industri otomotif Indonesia secara langsung seperti yang
disebutkan di atas, Toyota Indonesia secara keseluruhan juga telah memberikan
manfaat ekonomi baik secara tidak langsung dengan mempekerjakan ribuan tenaga
lokal, mendukung pemasok lokal dan jaringan keagenan, menanamkan investasi
modal ke dalam negeri, serta menghasilkan pendapatan ekspor sekaligus menambah
penghasilan pajak bagi Indonesia. Hingga akhir 2015, Toyota Indonesia telah
mempekerjakan lebih dari 300.000 orang, baik secara langsung maupun tidak
langsung, melalui operasional kami mencakup para pemasok dan dealer
di seluruh Indonesia. Selain
itu, jaringan bisnis Toyota Indonesia kini mempunyai total mitra bisnis
sebanyak 1.656 perusahaan (produksi dan nonproduksi). Melalui tabel di bawah
ini, kontribusi Toyota Indonesia terhadap kemajuan industri otomotif Indonesia
dapat dilihat.
KETERANGAN
|
2014
|
2015
|
Volume Ekspor Kendaraan Utuh
|
160.000
|
176.700
|
Volume Ekspor Kendaraan Setengah
Jadi (CKD)
|
42.380
|
44.730
|
Volume Ekspor Komponen
Kendaraan
|
63.000.000
|
58.000.000
|
Volume Mesin Bensin Tipe R
|
52.067
|
50.855
|
ASPEK
|
PROGRAM
|
REALISASI
|
Pendidikan
[G4-EC8]
|
Penyerahan engine part untuk 19 SMK
|
Toyota Indonesia memberikan engine
part kepada 19 SMK di daerah Karawang pada tanggal 29 Agustus 2015
sebagai bahan penunjang kegiatan praktik sekolah.
|
Donasi Kendaraan utuh Sebagai
Alat Peraga Pendidikan
|
Di sepanjang tahun 2015,
Toyota Indonesia mendonasikan Toyota Vios dan Fortuner kepada 12 universitas
dan sekolah tinggi negeri termasuk SMK untuk alat peraga.
Toyota Indonesia juga
menyerahkan unit New Vios kepada 19 SMK Negeri dan Swasta di daerah Karawang
pada tanggal 7 November 2015 yang dimaksudkan sebagai penunjang kegiatan
praktik sekolah.
|
|
Beasiswa melalui
|
Di tahun 2015, Yayasan
Toyota-Astra telah memberikan beasiswa kepada 3.578 penerima. Secara
keseluruhan, sejak didirikan pada tahun 1974 Yayasan Toyota-Astra telah
menyalurkan lebih dari beasiswa ke lebih dari 92.000 siswa/mahasiswa serta
memberikan bantuan dana riset, alat peraga pendidikan, dan lain-lain.
|
|
Pembangunan Infrastruktur Umum
[G4-EC7]
|
Renovasi Tempat Ibadah
|
Renovasi musholla Al-Falah di
desa Sirnabaya diselenggarakan pada tanggal 14 Mei 2015 untuk menambah
kapasitas jamaah dan TPA.
|
Pelebaran Jembatan
|
Pembangunan pelebaran jembatan
BTB 14 di Desa Puseurjaya diselenggarakan pada tanggal 25 Juni 2015 untuk
menunjang aktivitas warga desa Puseurjaya dan karyawan Toyota Indonesia yang
selama ini melintasi jembatan tersebut.
|
|
Toyota Bersih-Bersih
|
Pengerukan saluran air di
Perumahan Karaba, Bintang Alam, dan Perumnas Telukjambe pada tanggal 25
Januari 2015.
|
·
Hubungan
dengan Pemasok [G4-EC8]
Toyota
Indonesia menjalin kerja sama dengan para pemasok guna meningkatkan kinerja perusahaan
secara khusus agar dapat memberikan manfaat ekonomi kepada pemasok lokal.
Adapun rincian jumlah pemasok yang menjalin kerja sama dengan Toyota Indonesia
adalah sebagai berikut.
KETERANGAN
|
JUMLAH
PERUSAHAAN
|
JUMLAH
KARYAWAN
|
Tier
3
|
24
|
10.600
|
Tier
2
|
383
|
123.000
|
Tier
1
|
|
|
· Komponen
|
107
|
107.000
|
· Bahan mentah
|
2
|
600
|
· Mesin & peralatan
produksi
|
79
|
4.000
|
· Alat pendukung produksi
|
618
|
3.300
|
· Logistik
|
4
|
200
|
5.
Kinerja Ekonomi Berkelanjutan PT Bank Danamon Indonesia, Tbk. pada tahun 2015
[G4-DMA]
Pengungkapan Pendekatan Manajemen, [G4-EC7] Pengembangan dan Dampak Layanan
& Investasi Infrastruktur, [G4-EC8] Dampak Ekonomi Tidak Langsung.
Saat ini, pasar rakyat (tradisional) di
Indonesia masih memainkan peran penting dan strategis dalam perekonomian
nasional. Selain itu, pasar rakyat merupakan bagian dari perkembangan sosial
ekonomi bagi sebagian besar masyarakat. Namun kondisi pertumbuhan ekonomi di
Indonesia menempatkan pasar rakyat di posisi yang kurang aman karena harus
bersaing dengan ritel modern di daerah perkotaan, seperti minimarket,
supermarket, atau hipermarket. Danamon Peduli mendukung program revitalisasi
pasar rakyat melalui program Pasar Sejahtera (Sehat, Hijau, Bersih dan
Terawat). Program ini fokus pada aspek kesehatan lingkungan yang diintegrasikan
dengan berbagai kegiatan yang mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk
memiliki perilaku hidup bersih dan sehat serta ramah lingkungan. Kami percaya
bahwa upaya merevitalisasi pasar rakyat, baik fisik maupun non fisik akan menghasilkan
perubahan positif bagi perkembangan pasar rakyat di Indonesia hingga mampu
bersaing dengan pasar retail modern. Tujuan utama dari program Pasar Sejahtera
adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi kesehatan lingkungan di pasar
rakyat sesuai dengan standar Kepmenkes No. 519/ 2008 dan Standar Nasional
Indonesia, yaitu SNI 8152: 2015. Program ini juga memperkenalkan model
kerjasama dengan pemerintah baik pada tingkat pusat maupun daerah yang pada
akhirnya dapat mempercepat proses revitalisasi pasar rakyat di seluruh
Indonesia. Program Pasar Sejahtera terdiri atas 4 kegiatan dasar, yaitu:
1.
Pengembangan
unit demonstrasi, khususnya penataan dan perbaikan fisik pada los basah (sayur,
daging, dll.);
2.
Perencanaan
dan penganggaran terpadu melalui pertemuan lintas sektor bersama Dinas/Badan
yang mempunyai tugas pokok dan fungsi pada pengelolaan serta pengawasan pasar.
3.
Kegiatan
kampanye publik untuk meningkatkan kesadaran dan dukungan masyarakat terhadap
keberlangsungan dan pengembangan pasar rakyat.
4.
Peningkatan
kapasitas pemangku kepentingan melalui kegiatan berbasis komunitas Edukasi
komunitas pasar. Sampai dengan akhir tahun 2015, terdapat 7 pasar percontohan
program Pasar Sejahtera, yaitu: Pasar Ibuh-Payakumbuh Sumatera Barat, Pasar
Tejoagung Metro Lampung, Pasar Bunder-Sragen Jawa Tengah, Pasar
Grogolan-Pekalongan Jawa Tengah, Pasar Baru-Kota Probolinggo, Pasar Kemuning-
Pontianak Kalimantan Barat, dan Pasar Lambocca Bantaeng, Sulawesi Selatan. Dua
pasar rakyat yang sebelumnya menjadi pasar percontohan, yaitu Pasar
Sindangkasih-Majalengka Jawa Barat dan Pasar Semampir Kabupaten Probolinggo
Jawa Timur sudah diserahterimakan kepada pihak pemerintah setempat. Pada tahun
2015, total dana Danamon Peduli untuk program Pasar Sejahtera sebesar
Rp.5.117.632.334. Sepanjang tahun 2015, kami telah melakukan berbagai aktivitas
dan menghasilkan capaian sebagai berikut:
·
Program
Pasar Sejahtera meliputi kegiatan fisik dan non fisik. Untuk kegiatan fisik
termasuk:
Ø Perbaikan meja berdagang
Ø Perbaikan atap
Ø Perbaikan saluran air
Ø Pengadaan tempat sampah, alat-alat
kebersihan dan lain-lain.
Salah satu faktor yang mendorong
berkurangnya minat masyarakat berbelanja di pasar adalah kondisi pasar yang
kotor dengan sampah menumpuk. Sebagai upaya menyadarkan pemangku kepentingan di
pasar tentang pentingnya kebersihan lingkungan sekaligus memanfaatkan sampah
yang masih memiliki nilai ekonomi, Danamon Peduli memberi dukungan berupa
kegiatan non fisik seperti pengorganisasian bank sampah oleh pedagang pasar.
Fasilitas bank sampah ini tidak dijalankan di semua lokasi Pasar Sejahtera,
karena menyangkut ruang yang cukup untuk menyimpan sampah non organik. Hingga
saat ini terdapat empat bank sampah di lokasi Pasar Sejahtera, yakni Pasar Ibuh
Payakumbuh, Pasar Grogolan Pekalongan, Pasar Bunder Sragen, dan Pasar Baru di
Kota Probolinggo.
·
[G4-EC1] Nilai Ekonomi Langsung yang Dihasilkan dan
Didistribusikan
A
Healthy Bank. Healthy growth in market and financial performance.
Ø
ROAE sebesar 7,4%
Ø
ROAA sebesar 1,2%
Ø
Pendapatan total Rp. 17,4 triliun
Ø
Rasio pinjaman terhadap pendanaan
Ø
sebesar 87,5%
Ø
NPAT sebesar Rp.2,4 triliun
Ø NPL sebesar 3,0%
·
[G4-EC5] Upah Minimum Standar pada
Lokasi Operasi yang Signifikan.
Jenjang karir
yang menjanjikan merupakan strategi Danamon untuk menarik, mempertahankan, dan
mengembangkan para karyawan yang berprestasi untuk tetap memberikan pelayanan
terbaik bagi nasabah. Dengan memahami aspirasi karir karyawan dan tanggung
jawab mereka ke depannya, tentunya akan membantu manajemen untuk
mengidentifikasi pelatihan-pelatihan yang relevan bagi karyawan, agar mereka
memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan organisasi di masa mendatang.
Jenjang karir para karyawan Danamon didasarkan pada jabatan, kompetensi,
kinerja, pendidikan, lama bekerja, dan pengalaman dari masing-masing karyawan.
Danamon
menerapkan sistem kompensasi dan penghargaan (rewards) yang bersaing
bagi para karyawannya. Penentuan nilai remunerasi karyawan didasarkan pada
evaluasi kerja, cakupan pekerjaan, struktur gaji yang ada, kinerja karyawan,
kinerja Perusahaan, dan survei gaji yang dilakukan oleh pihak ketiga yang
independen. Survei ini membandingkan remunerasi dan tunjangan karyawan dengan
karyawan lain yang bekerja di perusahaan sejenis, dengan mengacu pada upah
minimum lokal yang berlaku. Paket penghargaan (rewards) kami sangat
bersaing di pasar, dan berada di atas upah minimum regional.
5.
Kinerja Ekonomi Berkelanjutan PT Wijaya Karya (Persero), Tbk. pada tahun 2015
·
Distribusi Nilai Ekonomi (G4-22)
(G4-EC1)
·
Kontribusi
Ekonomi Pada Komunitas Lokal Per Sektor
[G4-EC1,
G4-EC7, G4-EC8]
Sektor
|
Nilai Ekonomi Akumulasi Hingga 2015(Juta RP)
|
|
Bencana Alam
|
20
|
|
Pendidikan
|
24.230,13
|
|
Kesehatan
|
1.129,99
|
|
Prasarana & Sarana Umum
|
2.662,75
|
|
Sarana Ibadah
|
358,30
|
|
Pelestarian Alam
|
525
|
|
Pengentasan Kemiskinan
|
537,94
|
|
Pembinaan Kemitraan
|
143,87
|
|
Total
|
29.607,98
|
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian beserta riset/kasus dari beberapa
perusahaan yang Go Publik di atas dalam aspek ekonomi paling tidak ada 9
indikator (EC1-EC9), aspek lingkungan ada 30 indikator (EN1-EN30), dan
sosial ada 14 indikator (labor practice,
human rights, society, dan product responsibility). Menurut indeks GRI
Laporan berkelanjutan harus mencakup profile perusahaan, pendekatan managemen,
danindikator-indikator kinerja. Profile perusahaan meliputi strategi dan
analisis, profil organisasi, parameter laporan, tata kelola perusahaan,
pendekatan managemen dan indikator kinerja. Dari contoh beberapa riset/kasus di
atas dapat melihat kesesuaian laporan perusahaan perusahaan dengan indeks
GRI. Tentu saja belum tentu setiap indikator yang tertuang dalam indeks
GRI dapat diterapkan semua oleh perusahaan. Misalnya pada Perusahaan Danamon
hanya menerapkan 4 indikator GRI dari 9 Indikator yakni EC1, EC5, EC7, dan EC8.
Belum ada tanggapan untuk "Contoh INDIKATOR KINERJA EKONOMI pada perusahaan"
Post a Comment