Contoh INDIKATOR KINERJA EKONOMI pada perusahaan

AKUNTANSI SOSIAL DAN LINGKUNGAN
“INDIKATOR KINERJA EKONOMI”




KELAS: V D

KELOMPOK 4
            NI KADEK DWI ARIASTINI                   (1417051037)
            NI LUH JUNIA PURNAMI                                    (1417051041)
            MADE WAHYU PRAMITA                      (1417051144)
            KETUT ARI WARSADI                            (1417051145)



JURUSAN AKUNTANSI PROGRAM S1
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2016



       I.            PENGUNGKAPAN CSR BERDASARKAN INDIKATOR GRI
Pengungkapan didefenisikan sebagai suatu usaha perusahaan untuk menyeimbangkan komitmen-komitmennya terhadap kelompok dan individual dalam lingkungan perusahaan (Ebert dan Griffin dalam Saputri, 2011). Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan bukan menjadi hal yang bersifat sukarela tetapi sudah menjadi kegiatan yang wajib dinyatakan dalam laporan tahunan. Semakin besar perusahaan maka semakin diwajibkan perusahaan tersebut untuk mengungkapkan kegiatan sosialmya. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang dinyatakan dalam laporan tahunan untuk memberikan informasi kepada pengguna laporan keuangan tahunan dan kegiatan sosial yang dilakukan untuk mengurangi dampak negatif yang dialami perusahaan seperti kemungkinan terjadinya kesenjangan sosial atau kerusakan lingkungan.

Ada dua pendekatan yang secara signifikan berbeda dalam melakukan penelitian tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Pertama, pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan mungkin diperlakukan sebagai suatu suplemen dari aktivitas akuntansi konvensional. Pendekatan ini secara umum akan menganggap masyarakat keuangan sebagai pemakai utama pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan cenderung membatasi persepsi tentang tanggung jawab sosial yang dilaporkan. Pendekatan alternatif kedua dengan meletakkan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada suatu pengujian peran informasi dalam hubungan masyarakat dan organisasi. Pandangan yang lebih luas ini telah menjadi sumber utama kemajuan dalam pemahaman tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan sekaligus merupakan sumber kritik yang utama terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Ririn, 2011).
Model pengukuran kinerja CSR lain yang sering digunakan oleh perusahaan adalah dengan menggunakan GRI. GRI (Global Reporting Intiative) merupakan sebuah jaringan berbasis organisasi yang telah mempelopori perkembangan dunia, paling banyak menggunakan kerangka laporan keberlanjutan dan berkomitmen untuk terus-menerus melakukan perbaikan dan penerapan di seluruh dunia.
Tiga fokus pengungkapan GRI, antara lain:
1.      Indikator Kinerja Ekonomi (economic performance indicator), terdiri dari 9 item.
2.      Indikator Kinerja Lingkungan (environment performance indicator), 30 item
3.      Indikator Kinerja Sosial (social performance indicator) 40 item, terdiri dari:
·         Tenaga Kerja (labor practices and decent work)
·         Hak Asasi Manusia (human rights performance )
·         Sosial (Society)
·         Tanggung jawab Produk (product responsibility performance)
Dari ketiga indikator yang ada, indikator-indikator tersebut memiliki beberapa persamaan topik yang dibahas dalam CSR. Seperti antara ISO 26000 dan GRI kedua indikator tersebut sama-sama mengungkapkan masalah sosial yang berhubungan dengan HAM, tenaga kerja, tanggung jawab produksi dan masyarakat, masalah ekonomi, dan masalah lingkungan. PROPER sendiri juga membahas mengenai tanggung jawab atas dampak lingkungan yang disebabkan oleh perusahaan. Melalui PROPER kinerja lingkungan sebuah perusahaan diukur dengan menggunakan warna, mulai dari yang terbaik emas, hijau, biru, merah hingga yang terburuk hitam.
Model pengukuran kinerja SRG GRI diwujudkan dalam bentuk kerangka pelaporan yang harus dilakukan oleh perusahaan. Dalam kerangka pelaporan SRG GRI diberikan panduan bagaimana cara mengungkapkan standarisasi pelaporan yang didalamnya mencakup pengungkapan strategi, profil organisasi, tata kelola organisasi dan manajemen serta indikator kinerja yang terdiri dari enam kriteria indikator kinerja yaitu kinerja ekonomi, kinerja lingkungan, kinerja praktek tenaga kerja, kinerja masyarakat, kinerja tanggungjawab produk, dan kinerja hak asasi manusia. Indikator-indikator kinerja yang ada tersebut berfungsi sebagai perbandingan informasi atau pengungkapan informasi mengenai kinerja organisasi dalam hal ekonomi, lingkungan, dan sosial (GRI, 2002).
Pada dasarnya, kriteria kinerja SRG GRI yang dijadikan dasar dalam mengukur kinerja CSR perusahaan terletak pada kriteria kinerja praktek tenaga kerja, kinerja masyarakat, kinerja tanggungjawab produk, dan kinerja hak asasi manusia (Suharto, 2008). Namun, kriteria-kriteria tersebut hanya terbatas pada empat stakeholder yaitu: karyawan, konsumen, supplier, dan masyarakat. Dalam perusahaan, stakeholders yang ada tidak hanya terbatas pada keempat stakeholders tersebut. Selain itu dalam merumuskan kegiatan CSR yang berdasarkan SRG GRI, hanya didasari pada keinginan dan kebutuhan stakeholder (stakeholder want and need). Sedangkan dari sisi keinginan dan kebutuhan perusahaan (stakeholder contribution) belum menjadi landasan ukuran keberhasilan kinerja CSR perusahaan.
Pengukuran kinerja CSR yang baik tidak hanya perlu mengakomodasikan kebutuhan stakeholder (stakeholer want and need), tetapi juga harus mengakomodasikan apa yang harus diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan (stakeholder contribution). Karena GRI belum mengakomodasikan kebutuhan tersebut, maka perlu dilakukan penggunaan model/konsep lain dari pengukuran kinerja yang mengakomodasikan tidak hanya keinginan pemangku kepentingan tetapi juga kontribusi pemangku kepentingan.
       II.            Indikator Kinerja Ekonomi
 INDIKATOR KINERJA EKONOMI
Aspek Kinerja Ekonomi
EC 1
Nilai ekonomi yang dihasilkan dan didistribusikan secara langsung, termasuk pendapatan, biaya operator, kompensasi kepada karyawan, donasi dan investasi ke masyarakat, laba ditahan serta pembayaran ke peyedia modal pemerintah
EC 2
Implikasi keuangan dan berbagai risiko dan peluang untuk segala aktivitas perusahaan dalam menghadapi perubahan iklim.
EC 3
Daftar cukupan kewajiban perusahaan dalam perencanaan benefit yang sudah ditetapkan.
EC 4
Bantuan keuangan finansial signifikan yang diperoleh dari pemerintah
Aspek Keberadaan Pasar
EC 5
Parameter standar upah karyawan dijenjang awal dibandingkan dengan upah karyawan minimum yang berlaku pada lokasi operasi tertentu.
EC 6
Kebijakan, penerapan dan pembagian pembelanjaan pada subkontraktor (mitra kerja) setempat yang ada di berbagai lokasi operasi.
EC 7
Prosedur penerimaan tenaga kerja lokal dan beberapa orang dilevel manajemen senior yang diambil dari komunikasi setempat di beberapa lokasi operasi.
Aspek Dampak Ekonomi Tidak Langsung
EC 8
Pengembangan dan dambak dari investasi infrastruktur dan pelayanan yang disediakan terutama bagi kepentingan publik melalui perdagangan, jasa dan pelayanan ataupun yang sifatnya pro bono.
EC 9
Pemahaman dan penjelasan atas dampak ekonomi secara tidak langsung termasuk luasan dampak.

    III.            Kelebihan dan Kelemahan Model Pengukuran Kinerja GRI
MODEL PENGUKURAN KINERJA
KELEBIHAN
KELEMAHAN





GRI
GRI merupakan standar internasional yang dapat memberikan panduan/ pedoman mengukur kinerja CSR
Indikator kinerja CSR GRI hanya dapat melakukan identifikasi terhadap keinginan dan kebutuhan stakeholder
Indikator kinerja CSR GRI hanya dapat mengidentifikasi stakeholder secara lengkap
Indikator kinerja CSR GRI tidak dapat melakukan identifikasi kontribusi stakeholder

    IV.            Cara Mengukur Kinerja Ekonomi
Kembali ke proses content analysis, pengukuran kinerja CSR yang dilakukan melalui laporan tahunan memerlukan acuan informasi (information guideline). Acuan informasi laporan CSR yang saat ini mendominasi adalah Sustainability Reporting Guidelines (SRG), yang dikeluarkan oleh Global Reporting Initiative (GRI), walaupun ada acuan lain yang dikembangkan oleh beberapa akademisi melalui kajian literatur. Dalam SRG, terdapat 79 item yang tersebar pada 6 indikator kinerja. Dengan SRG inilah pengungkapan informasi CSR pada laporan tahunan perusahaan diukur melalui pemberian skor.
Cara yang paling sederhana dalam memberikan skor adalah mencantumkan angka ‘1’ pada item di SRG untuk informasi yang diungkapkan. Atau, memberikan skor ’0’ untuk informasi yang tidak diungkapkan. Cara pemberian skor ini dikenal dengan dichotomous (angka 1 untuk menandai ’ya’ dan 0 untuk ’tidak’), walaupun ada cara lain pemberian skor yang lebih kompleks. Dengan menjumlahkan semua angka 1, maka didapatkan jumlah angka yang merupakan total informasi CSR yang dilaporkan pada laporan tahunan.
Setelah total angka diperoleh, variabel lain dapat di tambahkan. Beberapa variabel yang cukup sering ditemukan positif berhubungan dengan banyaknya informasi CSR dalam laporan tahunan adalah total aset, total penjualan, profitabilitas, kapitalisasi, return on asset (ROA), return on equity (ROE), earning pershare (EPS), serta tipe dan usia perusahaan. Disinilah uji statistik berperan untuk melihat apakah informasi CSR yang ada dalam laporan tahunan mempunyai hubungan yang signifikan dengan variabel tersebut. Atau, apakah variabel ini mempengaruhi banyaknya informasi CSR yang diungkapkan. Atau, apakah sebuah perusahaan yang mempunyai besaran aset lebih tinggi akan memberikan informasi CSR yang lebih banyak.

























CONTOH RISET/ KASUS
1.      Kinerja Ekonomi Berkelanjutan PT. Bukit Asam (Persero) Tbk pada tahun 2015
Pada 2015, rata-rata harga batubara di Indonesia tercatat US$ 60,13/ton, lebih rendah dibanding tahun 2014, yang mencapai US$ 72,62/ton. Dalam kondisi seperti, laba PTBA mencapai Rp2,04 triliun, tumbuh 9% apabila dibandingkan tahun sebelumnya. Sejalan dengan pencapaian itu, PTBA terus meningkatkan investasi, termasuk untuk keperluan infrastruktur, guna mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah daerah di sekitar tempat Perseroan beroperasi.
a.      Aspek Kinerja Ekonomi
·         Indikator EC1─ Nilai Ekonomi Langsung Yang Dihasilkan Dan Didistribusikan
Untuk mempertahankan margin keuntungan di tengah merosotnya harga batubara, PTBA berupaya meningkatkan produksi dan penjualan dibanding tahun sebelumnya, Upaya itu berhasil diwujudkan.
Laba Tahun Berjalan pada 2015 tercatat sebesar Rp2,04 triliun, naik 9% apabila dibandingkan tahun 2014, yang mencapai Rp1,86 triliun, Sedangkan Beban Operasional (beban umum dan administrasi; beban penjualan dan pemasaran; (beban)/pendapatan lainnya, bersih) sebesar Rp1,73 triliun, atau naik 1,2% dibanding tahun 2014, yang tercatat sebesar Rp1,71 triliun.
·         Indikator EC2─ Implikasi Finansial, Risiko Dan Peluang Akibat Perubahan Iklim
Bukan perkara mudah untuk meraih pertumbuhan usaha di bidang batubara di tengah merosotnya harga komoditas tersebut, Apalagi, ditambah dengan melemahnya perekonomian di Indonesia dan perekonomian global, Menurut data Badan Pusat Statistik, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2015 sebesar 4,79%, jauh dari asumsi dasar ekonomi makro dalam APBN 2015 yang mematok pertumbuhan ekonomi sebesar 5,8%, Pencapaian itu juga lebih kecil bila dibanding dengan tahun 2014, yang mencapai 5,1%, Adapun rerata harga batubara pada 2015 adalah US$ 60,13/ton, lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun 2014, yang tercatat US$ 72,62/ton.
 PTBA telah mencermati kecenderungan penurunan harga batubara dan terus melakukan berbagai upaya antisipatif dan proaktif terhadap kondisi tersebut. Oleh karena kondisinya secara umum masih sama dengan tahun 2014, maka strategi utama Perseroan pada 2015 tak berbeda, yakni pengendalian biaya produksi, efisiensi operasional penambangan, dan meningkatkan produksi dan penjualan batubara kalori tinggi untuk memperoleh harga penjualan yang lebih tinggi.
·         Indikator EC3─Kewajiban Perusahaan Atas Program Imbalan Pasti
Perseroan telah melaksanakan program “Jaminan Hari Tua” (JHT), Dana Pensiun Bukit Asam, Program Pensiun “Tabungan Hari Tua” dan Program Pensiun Iuran Pasti bekerja sama dengan lembaga yang kompeten sebagai bagian dari pemenuhan kesejahteraan pegawai. Perseroan juga menyediakan jaminan layanan kesehatan melalui Rumah Sakit Bukit Asam (RSBA) dan program Asuransi Kesehatan Inhealth untuk pegawai dan pensiunan pegawai.
·         Indikator EC4─ Bantuan Finansial Yang Diterima dari Pemerintah
Setelah kekuasaan kolonial Belanda berakhir pada 1950, Pemerintah RI mengesahkan pembentukan Perusahaan Negara Tambang Arang Bukit Asam (PN TABA). Selanjutnya, pada 1981, PN TABA berubah status menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk, yang selanjutnya disebut Perseroan. Pada 23 Desember 2002, Perseroan mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia dengan kode “PTBA”.
Sesuai Anggaran Dasar Perseroan Pasal 3, Perseroan berusaha dalam bidang pengembangan bahan bahan galian, terutama pertambangan batubara sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas, Perseroan tidak mendapat bantuan finansial dari pemerintah.
b.      Aspek Keberadaan Pasar
·         Indikator EC5─ Rasio Standar Upah Pegawai Baru Dengan Upah Minimum
Dalam hal upah kerja, Perseroan telah memenuhi Upah Minimum Propinsi/Kota yang ditentukan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. Selain telah memenuhi ketentuan Upah Minimum Provinsi/Kota, Perusahaan juga memberi perhatian kepada kesejahteraan karyawannya. Perusahaan menyediakan fasilitas-fasilitas berikut guna meningkatkan motivasi serta produktivitas kerja, antara lain yaitu:
Jaminan kesehatan pegawai dan keluarganya
1)      Jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek)
2)      Tunjangan Hari Raya (THR)
3)      Program bantuan perumahan
4)      Penghargaan kinerja tahunan dengan nama Bonus atau Tunjangan Prestasi
5)      Tunjangan cuti tahunan
6)      Program pensiun
7)      Fasilitas kacamata/melahirkan
8)      Beasiswa Pendidikan S2
      Strategi Remunerasi
      Untuk strategi Remunerasi, Perseroan telah menerapkan standar penggajian berdasarkan pemeringkatan pegawai dan jenjang jabatan. Untuk memberikan remunerasi yang kompetitif, Perseroan mengikuti sistem remunerasi pada industri sejenis dengan memperhatikan dan mematuhi undang-undang ketenagakerjaan dan peraturan upah minimum provinsi (UMP). G4-EC5 Standardisasi sistem kompensasi dan imbal jasa Perseroan bertujuan untuk meningkatkan motivasi pegawai dalam meningkatkan kompetensi dan kinerjanya. Tidak ada kebijakan remunerasi yang membedakan perlakuan terhadap karyawan laki-laki dan perempuan di seluruh level jabatan.
      Sistem Remunerasi Perseroan dibangun dengan mempertimbangkan prinsip 3P, yaitu Performance, Position dan Person sebagaimana digambarkan pada diagram berikut:
·         Indikator EC6─Prosedur penerimaan tenaga kerja lokal
Rekrutmen Karyawan
Dalam melaksanakan proses bisnisnya, Perseroan membutuhkan karyawan yang memiliki kemampuan dan karakteristik sesuai dengan spesifikasi pekerjaannya. Hal tersebut dapat dicapai dengan melaksanakan Rekrutmen dan Seleksi Karyawan.
Dalam rekrutmen dan seleksi, PTBA memperlakukan semua calon karyawan secara sama, tidak ada diskriminasi atau perbedaan perlakuan berdasar suku, agama, ras dan antar golongan (SARA). Dalam hal ini, Perseroan menghargai bahwa bekerja di PTBA merupakan hak asasi: siapapun berhak masuk dan diterima menjadi karyawan asal memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan. Perseroan juga membuka peluang yang sama untuk penduduk lokal mengisi berbagai posisi yang dibutuhkan, termasuk di level manajer senior.
c.       Aspek Dampak Ekonomi Tidak Langsung
·         Indikator EC7─Pembangunan dan dampak dari investasi infrastruktur dan jasa yang diberikan
Perseroan melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut:
1.      Mengusahakan pertambangan yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, pemurnian, pengangkutan dan perdagangan bahanbahan galian, terutama batubara.
2.      Mengusahakan pengolahan lebih lanjut atas hasil produksi bahan-bahan galian, terutama batubara.
3.      Memperdagangkan hasil produksi sehubungan dengan usaha di atas, baik hasil sendiri maupun hasil produksi pihak lain, baik di dalam maupun luar negeri.
4.      Mengusahakan dan mengoperasikan pelabuhan dan dermaga khusus batubara baik untuk keperluan sendiri maupun keperluan pihak lain.
5.      Mengusahakan dan mengoperasikan pembangkit listrik tenaga uap, baik untuk keperluan sendiri maupun untuk keperluan pihak lain.
6.      Memberikan jasa-jasa konsultasi dan rekayasa dalam bidang yang terkait dengan pertambangan batubara beserta hasil-hasil olahannya.
·         Indikator EC8─Dampak Ekonomi Tidak Langsung Yang Signifikan
Adanya peningkatan pembayaran pajak dan royalti, otomatis kian menggerakkan ekonomi lokal, terutama di wilayah operasi utama Perseroan, yakni di Kabupaten Muara Enim, Propinsi Sumatera Selatan, Kegiatan ekonomi di daerah juga tumbuh oleh investasi yang dilakukan Perseroan di daerahdaerah operasi, termasuk untuk keperluan infrastruktur, perumahan karyawan, Rumah Sakit PTBA, dan fasilitas sosial dan umum bagi karyawan PTBA.
·         Indikator EC9─Perbandingan Pembelian Dari Pemasok Lokal Di Lokasi Operasional Yang Signifikan
Selama 2015, PTBA sebagai mitra usaha masyarakat telah menggunakan produk dan jasa masyarakat yang merupakan Mitra Binaan PTBA, yaitu jasaboga, pembelian suku cadang dan manufaktur.
Selain itu, PTBA juga terus mengembangkan pemasok di sekitar wilayah operasi dengan pembentukan sentra-sentra industri kecil yang mampu mendukung pemenuhan bahanbahan penolong kegiatan operasional sehari-hari. Inisiatif itu dilaksanakan dalam kerangka CSR dalam program Klaster Industri di Tanjung Enim.

2.      Kinerja Ekonomi Berkelanjutan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) TBk pada tahun 2015
·         Distribusi Nilai Ekonomi [G4-EC1]
Perekonomian nasional diprediksi akan kembali mencatatkan pertumbuhan positif pada 2015. Hal ini pun memengaruhi pada peningkatan permintaan gas bumi sehingga berimbas pada peningkatan pendapatan PGN serta peningkatan pendapatan PGN serta meningkatnya volume gas melalui jaringan transmisi maupun distribusi milik PGN.
Dengan meningkatnya pendapatan PGN, perseroan akan mampu meningkatkan kontribusi khususnya terhadap penerimaan negara baik melalui pajak maupun dividen. PGN juga turut berkontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat baik melalui realisasi kegiatan pengembangan komunitas maupun Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Secara umum, kondisi ini juga akan meningkatkan nilai ekonomi yang dapat dinikmati oleh pemangku kepentingan (stakeholder).
NILAI EKONOMI YANG DITERIMA DAN DIDISTRIBUSIKAN
(USD
2013 (Disajikan Kembali)
2014
NILAI EKONOMI YANG DIPEROLEH
Pendapatan
Pendapatan bunga
Pendapatan selisih kurs valuta asing
Pendapatan penjualan aset
Pendapatan dari investasi mata uang asing
Pendapatan lain
Jumlah

3.001.516.630
     26.910.239
-
-
     83.899.215
     57.139.294
3.169.465.378

3.408.590.061
     26.032.902
-
-
     47.452.904
     73.123.091
3.555.198.958
NILAI EKONOMI YANG DIDISTRIBUSIKAN
Biaya Operasional
Gaji Karyawan dan Benefit Lain
-          Departemen operasional
-          Departemen administrasi
Jumlah gaji dan imbal jasa lainnya
Pembayaran kepada penyandang dana
-          Pembayaran dividen
-          Pembayaran bunga
Jumlah pembayaran kepada penyandang dana
Pengeluaran untuk pemerintah
Pengeluaran untuk masyarakat
Jumlah
Nilai ekonomi ditahan sebelum dividen
Nilai ekonomi ditahan setelah dividen

 
1.956.971.704

    38.391.494
    83.715.450
  122.106.944

  510.620.916
    21.863.585
  532.484.502
  359.360.597
      8.023.231
2.978.946.977

   190.518.401


2.327.253.644

     37.162.605
     87.161.223
   124.323.828

   454.456.178
     75.575.385
   530.031.563
   257.108.917
     11.644.571
3.250.362.523

   304.836.435

·         Kontribusi Kepada Negara [G4-EC1]
Dalam menjaga keberlanjutan bangsa dan negara, PGN senantiasa memberikan kontribusi kepada Negara dalam bentuk dividen tunai yang disisihkan laba operasional tahun berjalan dan ditetapkan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), sesuai dengan persentase kepemilikan negara. Dalam beberapa tahun  terakhir, pay-out ratio atas dividen yang dibagikan berkisar 50%-60% dari laba bersih tahun berjalan.
Sesuai dengan keputusan RUPS tahun 2014, total dividen yang dibayarkan kepada negara selaku pemegang saham utama sebesar Rp2,91 triliun, meningkat dibanding tahun 2013 yakni sebesar Rp2,8 triliun. Selain dividen, PGN juga memberikan beberapa bentuk kontribusi keuangan kepada negara secara langsung, yakni pembayaran pajak dan iuran Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas). Kontribusi kepada negara berupa pembayaran pajak untuk tahun 2014 sebesar Rp3,02 triliun, menurun dibanding tahun 2013 sebesar Rp3,75 triliun. Sementara jumlah iuran BPH Migas pada 2014 sebesar Rp67 miliar dan tahun 2013 sebesar Rp79 miliar.
Dengan demikian, total kontribusi PGN kepada negara selama tahun 2014 sebesar Rp5,9triliun, meningkat jika dibandingkan tahun 2013 yakni Rp6,6 triliun. Seperti tahun-tahun sebelumnya, PGN tidak pernah menerima bantuan langsung dari negara dalam merealisasikan seluruh kegiatan operasionalnya. Bantuan hanya terbatas pada pengurangan pajak bea masuk atas barang-barang modal tertentu untuk merealisasikan program pengembangan usaha.
·         Kontribusi Kepada Pertumbuhan Ekonomi Daerah[G4-DMA][G4-Ec8]
PGN menyadari bahwa kehadiran PGN tidak hanya memberikan kontribusi langsung kepada negara, tetapi juga pada pertumbuhan ekonomi daerah. Khususnya kepada daerah-daerah yang menjadi lokasi kantor operasional dan kantor pendukung di sekitar jaringan pipa transmisi dan/atau distribusi gas bumi milik perseroan.
Pasokan gas bumi di suatu daerah dapat menarik minat investor untuk menanamkan modal dalam bentuk pendirian kawasan-kawasan industri baru. Pada akhirnya, daerah tersebut berkembang seiring munculnya perumahan, pusat perbelanjaan, hotel, dan sektor riil lainnya. Daerah tempat PGN beroperasi pun menjadi sebuah kawasan ekonomi baru. Hal ini memberikan manfaat positif karena daerah tersebut mampu menyerap tenaga kerja, mendapatkan penghasilan dari pemanfaatan sumber daya alam, hingga peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari retribusi, pajak daerah, pajak iklan reklame, dan sebagainya. Keseluruhan kegiatan tersebut memberikan gambaran bahwa PGN turut berkontribusi terhadap keberlanjutan dan pertumbuhan ekonomi di daerah.
PGN tidak hanya memberikan dampak ekonomi tidak langsung dari kegiatan operasional, tapi juga merancang dan merealisasikan kegiatan yang langsung ditujukan untuk menstimulus tumbuh dan berkembangnya kegiatan ekonomi. Kegiatan tersebut antara lain pelaksanaan program dalam bentukpengembangan masyarakat maupun kegiatan PKBL. Kegiatan-kegiatan itu pada akhirnya berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar area operasi.
3.      Kinerja Ekonomi Berkelanjutan PT. Semen Indonesia(Persero) Tbk pada tahun 2015
a.      Aspek Kinerja Ekonomi
·         Nilai Ekonomi Langsung di dapat dan di Distribusikan [G4-EC1] [G4-EC4]
Uraian
Periode Pelaporan dan Besaran Nilai (Juta IDR)
2015
2014
2013
NILAI EKONOMI LANGSUNG DIHASILKAN



Pendapatan
26,948,004
26,987,035
24,501,241
Ditambah (+/+)



Ø Penerimaan bunga bank
241,075
286,070
163,033
Ø Penerimaan investasi pada anak perusahaan
24,320
31,946
34,541
Ø Pendapatan Operasi lainnya (Penjualan aset, denda dan klaim, laba rugi selisih kurs dan lainnya)
46,157
195,060
97,790
Total Nilai Ekonomi Langsung dihasilkan
27,269,556
27,500,111
24,789,422
NILAI EKONOMI DIDISTRIBUSIKAN



1.    Beban Pokok Pendapatan, Penjualan, Umum dan Administrasi Lainnya
24,789,422
15,408,157
24,789,422
2.    Biaya Pegawai
2,441,072
2,379,058
2,441,072
3.    Biaya Keuangan atas pinjaman jangka pendek
370,004
382,919
370,004
4.    Pengeluaran untuk pemerintah
1,325,482
1,509,616
1,325,482
5.    Pengeluaran untuk masyarakat
136,395
180,170
136,395
Total Nilai Ekonomi Didistribusikan
20,574,961
19,679,750
20,574,961
NILAI EKONOMI DITAHAN



Laba Bersih Tahun Berjalan
4,525,441
5,567,659
5,361,480
Pembayaran dividen
2,236,296
2,426,542
2,211,365
Total Nilai Ekonomi Yang Ditahan
2,289,145
3,141,117
3,150,115

·         Efisiensi Biaya [G4-EC2]
Faktor lain yang turut mempengaruhi pertumbuhan Semen Indonesia adalah kemampuan melakukan efisiensi biaya Rp300 miliar setiap tahunnya. Efisiensi ini diperoleh dari upaya :
Ø Pemakaian biomassa CAF untuk substitusi batubara
Ø Pemakaian limbah untuk substitusi bahan baku
Ø Penggunaan teknologi hemat energi
Ø Pengurangan pemakaian klinker melalui semen campuran
Ø Pembangunan WHRPG untuk mengurangi konsumsi energi listrik dari PLN.
Pemakaian biomassa untuk substitusi batu bara merupakan bagian dari program CDM sebagai upaya berkontribusi terhadap pengurangan dampak perubahan iklim. Program ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat ekonomi bagi Semen Indonesia atas perolehan Certified Emission Reduction (CER). Pada 6 Mei 2015, Semen Indonesia dengan Swedia (melalui Swedish Energy Agency) melakukan penandatanganan Emission Reduction Purchase Agreement (ERPA) persetujuan jual beli CER yang disepakati antara kedua belah pihak adalah sebesar 3,75 EUR/CER. Verifikasi eksternal CER tahap pertama akan dilakukan pada 17 Mei 2016.
·         Program Pensiun [G4-EC3]
Untuk menjamin masa depan para karyawan, Perseroan menyelenggarakan program pensiun dan tunjangan hari tua, serta program pembekalan ketika pegawai memasuki masa persiapan pensiun. Persentase gaji karyawan yang dikontribusikan sebesar 5% dari penghasilan dasar pensiun dan kontribusi Perseroan yang dihitung secara aktuaria. Program ini dikelola oleh Dana Pensiun Lembaga Keuangan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (DPLK BNI) dan DPLK Allianz-Indonesia.
·         Rest Area Ronggolawe [G4-EC7]
Rest Area Ronggolawe adalah pusat industri kecil dan kreatif terintegrasi yang memasarkan produk-produk mitra binaan Semen Indonesia agar dapat menggapai pasar lebih luas, terkonsolidasi, dan terdokumentasi dengan baik. Renovasi bangunan bekas terminal ini merupakan hasil kerjasama Semen Indonesia dengan para UMKM mitra binaan dan Dinas Perekonomian dan Pariwisata Kabupaten Tuban.
Hingga akhir 2015, jumlah mitra binaan di rest area sebanyak 40 UMKM. Adapun anggaran pengembangan rest area pada 2015 sebesar Rp872 juta. Keberadaan rest area di lokasi strategis jalan RE Martadinata Kota Tuban ini diharapkan kinerja UMKM akan semakin meningkat.
·         Biomassa dan Pemberdayaan Masyarakat [G4-EC8]
Selain meningkatkan efisiensi energi dan mereduksi emisi, pemanfaatan biomassa dapat memberikan stimulus bagi perekonomian masyarakat lokal. Pabrik Tuban (PT Semen Gresik) menerapkan pole pemenuhan suplai biomassa dari pemasok lokal. Pola ini memberikan dampak positif antara lain :
Ø Menumbuhkan 11 pemasok lokal di daerah sekitar operasional pabrik.
Ø Setiap pemasok lokal mampu menyerap tenaga kerja 15-20 orang.
Ø Omzet setiap pemasok lokal sekitar Rp250 juta per bulan.
Ø Memberikan penghasilan tambahan bagi petani, pemilik penggilingan sekam padi dan tempat penggergajian kayu.
·         Program WHRPG [G4-EC8]
Semen Indonesia memanfaatkan gas buang dari proses pembakaran sebagai pembangkit tenaga listrik melalui program Waste Heat Recovery Power Generator (WHRPG). Proyek WHRPG diterapkan di Pabrik Indarung Padang, Sumatera Barat (PT Semen Padang) dan Pabrik Tuban, Jawa Timur (PT Semen Gresik).
Pengoperasian WHRPG di areal produksi Semen Padang mampu mengurangi biaya listrik dari PLN. Manfaat lainnya adalah mendapatkan sertifikasi CER dari reduksi emisi gas CO2 sebesar 43.000 ton per tahun yang berpotensi untuk dijadikan sumber pendapatan tambahan.
Adapun estimasi efisiensi penerapan WHRPG di Tuban dapat menghemat biaya listrik hingga Rp120 miliar per tahun dan mengurangi penggunaan listrik PLN sebesar 152 juta KWh per tahun. Pemanfaatan gas buang pabrik Tuban I-IV akan menekan emisi CO2 sebesar 122.000 ton per tahun.
·         Pendamping Usaha Kecil [G4-EC8]
Program Kemitraan Perseroan difokuskan pada upaya pengembangan pola pendampingan usaha kecil, baik terkait atau tidak dengan bisnis Semen Indonesia. Perseroan menyalurkan dana dan membina usaha kecil secara berkesinambungan dengan mengedepankan aspek pemerataan, kemandirian, profesionalisme dan etika.
·         Merajut Asa di Rembang [G4-EC8]
Semen Indonesia menyadari kegiatan operasional pabrik akan menimbulkan dampak positif dan negatif bagi lingkungan dan masyarakat di sekitarnya. Untuk meminimalisir dampak negatif dan meningkatkan dampak positif, telah dilakukan kajian dampak lingkungan dan sosial. Hasil kajian telah dituangkan dalam dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang menjadi pedoman dalam melakukan kegiatan operasinal.
Semen Indonesia memastikan kegiatan operasional Pabrik Rembang di Jawa Tengah yang dimulai tahun 2016 akan didukung teknologi yang ramah lingkungan, seperti main bag house filter untuk mereduksi dampak negatif adanya debu. Selain itu, semua peralatan yang digunakan berstandar tinggi sehingga tidak menimbulkan dampak negatif kebisingan bagi lingkungan dan masyarakat di sekitarnya.
Adapun dampak positif pembangunan pabrik yang mulai dirasakan masyarakat di antaranya peluang kerja dan terciptanya ekonomi baru. Hingga akhir 2015, tercatat total pekerja pabrik mencapai 3.282 orang, khusus dari Kabupaten Rembang sebanyak 1.009 orang.
Masyarakat di sekitar pabrik juga telah mendapatkan manfaat dari kegiatan corporate social responsibility (CSR). Data terakhir menunjukkan realisasi Program Kemitraan sejak tahun 2013 hingga akhir 2015 menghasilakn 271 mitra binaan dengan jumlah pinjaman Rp3,44 Miliar. Adapun realisasi dana CSR 2014 sebesar Rp7 Miliar. Pada tahun 2015, realisasi dana kegiatan CSR di Kabupaten Rembang mencapai Rp10,52 Miliar, naik dari tahun sebelumnya sebesar 66,54%.
Jumlah Pemasok Semen Indonesia dan Nilai Kontrak Pekerjaan [G4-EC9]
Unit Bisnis
Pengadaan barang
Pengadaan Jasa
Jumlah Pemasok
Nilai Kontrak Pekerjaan (Rp dalam Juta)
Jumlah Pemasok
Nilai Kontrak Pekerjaan (Rp dalam Juta)
2015
2014
2015
2014
2015
2014
2015
2014
Perusahaan Lokal (Nasional)
313
362
2,487,322.90
2,752,039.21
243
299
2,511,830.65
1,885,223.21
Perusahaan Internasional
27
32
564,937.71
1,277,416.52
6
11
14,101.38
16,437.58
Total
340
394
3,052,260.61
3,052,260.61
249
310
2,525,932.03
1,901,660.79



4.      Kinerja Ekonomi Berkelanjutan PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia pada tahun 2015
Implementasi program Income Generating Activity di tahun 2015, antara lain mencakup pemberdayaan pada Bengkel Sepeda Motor Ozog dan Jaya [G4-EC8].
PROGRAM
REALISASI
Bengkel Sepeda Motor Ozog
Program pemberdayaan untuk Bengkel Sepeda Motor Ozog dimulai sejak 2009 dengan lokasi bengkel terletak di Desa Puseurjaya, Dusun Babakan Tengah.
Bengkel Sepeda Motor Jaya
Program pemberdayaan untuk Bengkel Sepeda Motor Jaya dimulai sejak 2012 dengan lokasi bengkel terletak di Desa Puseurjaya, Dusun Sari Jaya.

·         Membangun Industri Otomotif [G4-EC7], [G4-EC8]
Selain upaya membangun industri otomotif Indonesia secara langsung seperti yang disebutkan di atas, Toyota Indonesia secara keseluruhan juga telah memberikan manfaat ekonomi baik secara tidak langsung dengan mempekerjakan ribuan tenaga lokal, mendukung pemasok lokal dan jaringan keagenan, menanamkan investasi modal ke dalam negeri, serta menghasilkan pendapatan ekspor sekaligus menambah penghasilan pajak bagi Indonesia. Hingga akhir 2015, Toyota Indonesia telah mempekerjakan lebih dari 300.000 orang, baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui operasional kami mencakup para pemasok dan dealer di seluruh Indonesia. Selain itu, jaringan bisnis Toyota Indonesia kini mempunyai total mitra bisnis sebanyak 1.656 perusahaan (produksi dan nonproduksi). Melalui tabel di bawah ini, kontribusi Toyota Indonesia terhadap kemajuan industri otomotif Indonesia dapat dilihat.
KETERANGAN
2014
2015
Volume Ekspor Kendaraan Utuh
160.000
176.700
Volume Ekspor Kendaraan Setengah Jadi (CKD)
42.380
44.730
Volume Ekspor Komponen Kendaraan
63.000.000
58.000.000
Volume Mesin Bensin Tipe R
52.067
50.855

ASPEK
PROGRAM
REALISASI
Pendidikan [G4-EC8]
Penyerahan engine part untuk 19 SMK
Toyota Indonesia memberikan engine part kepada 19 SMK di daerah Karawang pada tanggal 29 Agustus 2015 sebagai bahan penunjang kegiatan praktik sekolah.
Donasi Kendaraan utuh Sebagai Alat Peraga Pendidikan
Di sepanjang tahun 2015, Toyota Indonesia mendonasikan Toyota Vios dan Fortuner kepada 12 universitas dan sekolah tinggi negeri termasuk SMK untuk alat peraga.
Toyota Indonesia juga menyerahkan unit New Vios kepada 19 SMK Negeri dan Swasta di daerah Karawang pada tanggal 7 November 2015 yang dimaksudkan sebagai penunjang kegiatan praktik sekolah.
Beasiswa melalui
Di tahun 2015, Yayasan Toyota-Astra telah memberikan beasiswa kepada 3.578 penerima. Secara keseluruhan, sejak didirikan pada tahun 1974 Yayasan Toyota-Astra telah menyalurkan lebih dari beasiswa ke lebih dari 92.000 siswa/mahasiswa serta memberikan bantuan dana riset, alat peraga pendidikan, dan lain-lain.
Pembangunan Infrastruktur Umum [G4-EC7]
Renovasi Tempat Ibadah
Renovasi musholla Al-Falah di desa Sirnabaya diselenggarakan pada tanggal 14 Mei 2015 untuk menambah kapasitas jamaah dan TPA.
Pelebaran Jembatan
Pembangunan pelebaran jembatan BTB 14 di Desa Puseurjaya diselenggarakan pada tanggal 25 Juni 2015 untuk menunjang aktivitas warga desa Puseurjaya dan karyawan Toyota Indonesia yang selama ini melintasi jembatan tersebut.
Toyota Bersih-Bersih
Pengerukan saluran air di Perumahan Karaba, Bintang Alam, dan Perumnas Telukjambe pada tanggal 25 Januari 2015.


·         Hubungan dengan Pemasok [G4-EC8]
Toyota Indonesia menjalin kerja sama dengan para pemasok guna meningkatkan kinerja perusahaan secara khusus agar dapat memberikan manfaat ekonomi kepada pemasok lokal. Adapun rincian jumlah pemasok yang menjalin kerja sama dengan Toyota Indonesia adalah sebagai berikut.
KETERANGAN
JUMLAH PERUSAHAAN
JUMLAH KARYAWAN
Tier 3
24
10.600
Tier 2
383
123.000
Tier 1


·      Komponen
107
107.000
·      Bahan mentah
2
600
·      Mesin & peralatan produksi
79
4.000
·      Alat pendukung produksi
618
3.300
·      Logistik
4
200

5.      Kinerja Ekonomi Berkelanjutan PT Bank Danamon Indonesia, Tbk. pada tahun 2015
[G4-DMA] Pengungkapan Pendekatan Manajemen, [G4-EC7] Pengembangan dan Dampak Layanan & Investasi Infrastruktur, [G4-EC8] Dampak Ekonomi Tidak Langsung.
Saat ini, pasar rakyat (tradisional) di Indonesia masih memainkan peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Selain itu, pasar rakyat merupakan bagian dari perkembangan sosial ekonomi bagi sebagian besar masyarakat. Namun kondisi pertumbuhan ekonomi di Indonesia menempatkan pasar rakyat di posisi yang kurang aman karena harus bersaing dengan ritel modern di daerah perkotaan, seperti minimarket, supermarket, atau hipermarket. Danamon Peduli mendukung program revitalisasi pasar rakyat melalui program Pasar Sejahtera (Sehat, Hijau, Bersih dan Terawat). Program ini fokus pada aspek kesehatan lingkungan yang diintegrasikan dengan berbagai kegiatan yang mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk memiliki perilaku hidup bersih dan sehat serta ramah lingkungan. Kami percaya bahwa upaya merevitalisasi pasar rakyat, baik fisik maupun non fisik akan menghasilkan perubahan positif bagi perkembangan pasar rakyat di Indonesia hingga mampu bersaing dengan pasar retail modern. Tujuan utama dari program Pasar Sejahtera adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi kesehatan lingkungan di pasar rakyat sesuai dengan standar Kepmenkes No. 519/ 2008 dan Standar Nasional Indonesia, yaitu SNI 8152: 2015. Program ini juga memperkenalkan model kerjasama dengan pemerintah baik pada tingkat pusat maupun daerah yang pada akhirnya dapat mempercepat proses revitalisasi pasar rakyat di seluruh Indonesia. Program Pasar Sejahtera terdiri atas 4 kegiatan dasar, yaitu:
1.      Pengembangan unit demonstrasi, khususnya penataan dan perbaikan fisik pada los basah (sayur, daging, dll.);
2.      Perencanaan dan penganggaran terpadu melalui pertemuan lintas sektor bersama Dinas/Badan yang mempunyai tugas pokok dan fungsi pada pengelolaan serta pengawasan pasar.
3.      Kegiatan kampanye publik untuk meningkatkan kesadaran dan dukungan masyarakat terhadap keberlangsungan dan pengembangan pasar rakyat.
4.      Peningkatan kapasitas pemangku kepentingan melalui kegiatan berbasis komunitas Edukasi komunitas pasar. Sampai dengan akhir tahun 2015, terdapat 7 pasar percontohan program Pasar Sejahtera, yaitu: Pasar Ibuh-Payakumbuh Sumatera Barat, Pasar Tejoagung Metro Lampung, Pasar Bunder-Sragen Jawa Tengah, Pasar Grogolan-Pekalongan Jawa Tengah, Pasar Baru-Kota Probolinggo, Pasar Kemuning- Pontianak Kalimantan Barat, dan Pasar Lambocca Bantaeng, Sulawesi Selatan. Dua pasar rakyat yang sebelumnya menjadi pasar percontohan, yaitu Pasar Sindangkasih-Majalengka Jawa Barat dan Pasar Semampir Kabupaten Probolinggo Jawa Timur sudah diserahterimakan kepada pihak pemerintah setempat. Pada tahun 2015, total dana Danamon Peduli untuk program Pasar Sejahtera sebesar Rp.5.117.632.334. Sepanjang tahun 2015, kami telah melakukan berbagai aktivitas dan menghasilkan capaian sebagai berikut:
·         Program Pasar Sejahtera meliputi kegiatan fisik dan non fisik. Untuk kegiatan fisik termasuk:
Ø  Perbaikan meja berdagang
Ø  Perbaikan atap
Ø  Perbaikan saluran air
Ø  Pengadaan tempat sampah, alat-alat kebersihan dan lain-lain.
Salah satu faktor yang mendorong berkurangnya minat masyarakat berbelanja di pasar adalah kondisi pasar yang kotor dengan sampah menumpuk. Sebagai upaya menyadarkan pemangku kepentingan di pasar tentang pentingnya kebersihan lingkungan sekaligus memanfaatkan sampah yang masih memiliki nilai ekonomi, Danamon Peduli memberi dukungan berupa kegiatan non fisik seperti pengorganisasian bank sampah oleh pedagang pasar. Fasilitas bank sampah ini tidak dijalankan di semua lokasi Pasar Sejahtera, karena menyangkut ruang yang cukup untuk menyimpan sampah non organik. Hingga saat ini terdapat empat bank sampah di lokasi Pasar Sejahtera, yakni Pasar Ibuh Payakumbuh, Pasar Grogolan Pekalongan, Pasar Bunder Sragen, dan Pasar Baru di Kota Probolinggo.

·         [G4-EC1]  Nilai Ekonomi Langsung yang Dihasilkan dan Didistribusikan
A Healthy Bank. Healthy growth in market and financial performance.
Ø  ROAE sebesar 7,4%
Ø  ROAA sebesar 1,2%
Ø  Pendapatan total Rp. 17,4 triliun
Ø  Rasio pinjaman terhadap pendanaan
Ø  sebesar 87,5%
Ø  NPAT sebesar Rp.2,4 triliun
Ø  NPL sebesar 3,0%

·         [G4-EC5] Upah Minimum Standar pada Lokasi Operasi yang Signifikan.
Jenjang karir yang menjanjikan merupakan strategi Danamon untuk menarik, mempertahankan, dan mengembangkan para karyawan yang berprestasi untuk tetap memberikan pelayanan terbaik bagi nasabah. Dengan memahami aspirasi karir karyawan dan tanggung jawab mereka ke depannya, tentunya akan membantu manajemen untuk mengidentifikasi pelatihan-pelatihan yang relevan bagi karyawan, agar mereka memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan organisasi di masa mendatang. Jenjang karir para karyawan Danamon didasarkan pada jabatan, kompetensi, kinerja, pendidikan, lama bekerja, dan pengalaman dari masing-masing karyawan.
Danamon menerapkan sistem kompensasi dan penghargaan (rewards) yang bersaing bagi para karyawannya. Penentuan nilai remunerasi karyawan didasarkan pada evaluasi kerja, cakupan pekerjaan, struktur gaji yang ada, kinerja karyawan, kinerja Perusahaan, dan survei gaji yang dilakukan oleh pihak ketiga yang independen. Survei ini membandingkan remunerasi dan tunjangan karyawan dengan karyawan lain yang bekerja di perusahaan sejenis, dengan mengacu pada upah minimum lokal yang berlaku. Paket penghargaan (rewards) kami sangat bersaing di pasar, dan berada di atas upah minimum regional.

5.      Kinerja Ekonomi Berkelanjutan PT Wijaya Karya (Persero), Tbk. pada tahun 2015
·         Distribusi Nilai Ekonomi (G4-22) (G4-EC1)


·         Kontribusi Ekonomi Pada Komunitas Lokal Per Sektor
[G4-EC1, G4-EC7, G4-EC8]


Sektor
Nilai Ekonomi Akumulasi Hingga 2015(Juta RP)
Bencana Alam
20
Pendidikan
24.230,13
Kesehatan
1.129,99
Prasarana & Sarana Umum
2.662,75
Sarana Ibadah
358,30
Pelestarian Alam
525
Pengentasan Kemiskinan
537,94
Pembinaan Kemitraan
143,87
Total
29.607,98


KESIMPULAN
Berdasarkan uraian beserta riset/kasus dari beberapa perusahaan yang Go Publik  di atas dalam aspek ekonomi paling tidak ada 9 indikator (EC1-EC9), aspek lingkungan  ada 30 indikator (EN1-EN30), dan sosial ada 14 indikator (labor practice, human rights, society, dan product responsibility). Menurut indeks GRI Laporan berkelanjutan harus mencakup profile perusahaan, pendekatan managemen, danindikator-indikator kinerja. Profile perusahaan meliputi strategi dan analisis, profil organisasi, parameter laporan, tata kelola perusahaan, pendekatan managemen dan indikator kinerja. Dari contoh beberapa riset/kasus di atas dapat melihat kesesuaian laporan perusahaan perusahaan dengan indeks GRI. Tentu saja belum tentu setiap indikator yang tertuang dalam indeks GRI dapat diterapkan semua oleh perusahaan. Misalnya pada Perusahaan Danamon hanya menerapkan 4 indikator GRI dari 9 Indikator yakni EC1, EC5, EC7, dan EC8.


Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Contoh INDIKATOR KINERJA EKONOMI pada perusahaan"

Postingan Populer