TURUNNYA SUKU BUNGA BANK MENINGKATKAN FLUKTUASI INVESTASI DI PASAR MODAL

INVESTASI DAN PASAR MODAL
TURUNNYA SUKU BUNGA BANK MENINGKATKAN FLUKTUASI INVESTASI DI PASAR MODAL

Oleh :
Ni Kadek Yuniari                1417051079
IV H

AKUNTANSI PROGRAM S1
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2016


Turunnya Suku Bunga Bank Meningkatkan Fluktuasi Investasi Di Pasar Modal
Sepanjang tahun 2016 ini Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) 25 basis poin sebanyak 3 kali, dimana suku bunga Bank Indonesia turun menjadi 6,75 persen dari sebelumnya yang ada di angka 7 persen pada 16 dan 17 Maret 2016. Kebijakan penurunan suku bunga ini diharapkan mampu membuat pertumbuhan ekonomi semakin kuat dan dengan diturunkannya suku bunga dapat membuat arus modal masuk ke Indonesia sedikit berkurang, sehingga laju penguatan rupiah bisa terkendali. Selain itu Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk memotong suku bunga dikarenakan tingkat inflasi yang cukup rendah tahun lalu (3.35%) serta melihat resiko global dalam beberapa bulan mendatang. Resiko pelemahan rupiah terhadap USD juga relatif stabil. Penurunan suku bunga perbankan diharapkan bisa menjadi peluang meningkatnya investasi di pasar modal, karena saat bunga perbankan rendah, para investor akan mencari instrumen investasi yang memberikan keuntungan yang lebih tinggi seperti bursa saham. Dengan demikian maka penurunan suku bunga ini memberikan dampak positif bagi pergerakan harga saham di indonesia. Karena berinvestasi dalam bentuk surat berharga saham, keuntungan yang didapatkan lebih tinggi dibandingkan dengan berinvestasi pada jenis investasi yang lain.
Berkaitan dengan turunnya suku bunga, tentu pilihan sektor dalam berinvestasi juga penting untuk dijadikan sebagai pilihan utama dalam berinvestasi. Sektor-sektor yang dapat dijadikan pilihan utama dalam melakukan investasi adalah sektor property, konstruksi dan barang konsumsi. Dalam sektor barang konsumsi memiliki dampak positif terhadap suku bunga. Ketika BI memutuskan menurunkan suku bunga, konsumen dirangsang untuk membeli barang-barang kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan pokok. Seiring belanja consumen yang meningkat, pendapatan perusahaan juga meningkat. Laba perusahaan meningkat dapat menarik para investor untuk membeli saham di perusahaan tersebut, sehingga harga saham naik. Tujuan investor berinvestasi adalah untuk mencari keuntungan, maka investor mencari perusahaan yang memiliki laba atau pendapatan yang besar agar captal gain yang didapat juga besar.
Bulan Februari lalu kabar turunnya suku bunga bank membuat investor luar negeri melepas saham-saham perbankan, karena investor asing khawatir kalau capital gain yang diperoleh akan berkurang. Suku bunga perbankan turun pasti membuat pendapatan dari bank tersebut akan menurun, hal tersebut yang membuat para investor asing khawatir. Sedangkan di Indonesia sendiri hal tersebut akan membuat masyarakat lebih tertarik untuk berinvestasi dalam bentuk saham. Karena keuntungan yang diperoleh lebih besar. Dan juga mereka lebih mudah meminjam uang di bank yang nantinya digunakan untuk berinvestasi karena bunga pinjamannya rendah.
Penurunan suku bunga bank memberikan dampak negatif dan juga dampak positif bagi pasar modal di Indonesia. Dampak negatifnya yaitu akibat kabar suku bunga bank turun, investor asing melepaskan saham perbankan dimana hal tersebut membuat saham-saham perbankan memerah walaupun saat ini sudah mulai naik. Dampak positifnya yaitu dengan turunnya suku bunga, dapat meningkatkan ketertarikan investor dalam negeri untuk ikut berperan dalam transaksi pasar modal. Jadi penurunan suku bunga bank dapat menyebabkan investasi di pasar modal berfluktuasi.


Sumber informasi:
1.      Suku Bunga Kredit Akan Turun, Investor Asing Malah Kabur, Kenapa?
Oleh Busthomi
24 Februari 2016 12:25 PM
Jakarta, Aktual.com — Wacana penurunan suku bunga kredit di perbankan pasca diturunkannya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) dan Giro Wajib Minimum (GWM) sempat mengguncang pasar modal.
Hal ini terlihat dari aksi jual investor asing yang mencapai US$5 miliar atau sekitar Rp67,5 triliun (dengan kurs Rp13.500). Tak pelak dengan adanya capital outflow itu membuat saham-saham sektor perbankan memerah, meski saat ini sudah mulai naik.
“Dalam tempo berapa hari saja dana investor asing yang dibawa kabur angkanya mencapai Rp5 miliar dolar AS,” tutur Ketua Asosiasi Manajer Investasi Indonesia, Edward P Lubis di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (24/2).
Dirinya pun sempat heran dengan kondisi itu. Bahkan jangan-jangan dengan kaburnya investor asing itu gara-gara salah quote di salah satu media nasional. “Tidak tahu juga apakah akibat salah quote atau bagaimana. Tapi yang jelas dampaknya itu signifikan,” kata dia.
Untuk itu, dari fenomena tersebut, ia berharap pemerintah untuk berhati-hati melontarkan wacana tersebut. Pasalnya, selama ini saham-saham perbankan menjadi lokomotif pasar modal Indonesia.
“Saham perbankan itu bagus, cuma kemarin ada kabar intervensi pemerintah langsung, sehingga sempat goncang,” jelasnya.
Sebelumnya, pemerintah memang gencar meminta dunia perbankan agar mau menurunkan suku bunga kreditnya menjadi single digit atau di bawah 10 persen. Jika hal ini terjadi, kemungkinan akan menggerus pendapatan perbankan yang selama ini menikmati era bunga tinggi.
Menurut Edward, porsi saham perbankan dalam kapitalisasi pasar-pasar modal memang mencapai 25 persen, disamping empat bank BUMN juga bank-bank besar swasta sudah Terbuka (Tbk).
“Sehingga bagi manajer investasi seperti kami sudah pasti menempatkan dana kelolaanya di saham perbankan,” jelas dia.
Ia menambahkan para manajer investasi (MI) akan terus mencermati langkah pemerintah terkait penurunan suku bunga kredit perbankan. Ia berharap persoalan tersebut lebih diserahkan kepada mekanisme pasar.
“Sehingga investor kembali percaya bahwa pasar kita (Indonesia) masih dipercaya pelaku pasar,” lanjut dia.
Meski begitu, pihaknya percaya para manajer investasi Indonesia tidak langsung mengalihkan dana kelolaannya dari saham saham perbankan, tidak langsung bersikap reaktif.
“Kalau langsung reaktif, jangan-jangan pilihan para MI malah salah. Itu jadi merugikan nasabah,” pungkasnya.
(Arbie Marwan)                   

2.      Bunga Bank Turun, Peluang Buat Pasar Modal

Dina Rayanti - detikfinance
Kamis, 12/05/2016 14:25 WIB
Jakarta -Penurunan suku bunga perbankan diharapkan bisa menjadi peluang meningkatnya investasi di pasar modal. Saat bunga perbankan rendah, para investor akan mencari instrumen investasi yang memberikan keuntungan yang lebih tinggi seperti bursa saham.
Saat ini, pemerintah tengah gencar untuk bisa menekan bunga kredit ke arah single digit melalui penyesuaian Net Interest Margin (NIM) perbankan.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Tito Sulistio mengungkapkan, meskipun pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berfluktuasi, namun perlahan mengarah ke posisi yang lebih tinggi. Terlebih, jika bunga perbankan turun, ini akan berimbas positif bagi pasar modal.
"Mari kita lihat progresnya, apakah masih positif kita, IHSG 5.400, Maret 4.200 kita, sekarang 4.800 dan terus 4.700, 4.900. Mari kita lihat, tanda-tanda ekonomi membaik, perbankan bunga menurun. Biasanya bunga turun, pasar modal naik," jelas Tito saat ditemui di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (12/5/2016).
Menurut Tito, perkembangan pasar modal Indonesia kini semakin baik. Terlihat dari peningkatan frekuensi saham yang saat ini mencapai 240.000 per hari.
"Frekuensi kita itu sekarang besar sekali lho. Average frekuensi kita di atas 240.000, saham yang ditransaksikan itu sekitar 400 saham per hari. Frekuensi kita tahun kemarin 200-210.000 per hari, sekarang 240.000 per hari, pernah capai 300.000. Beberapa negara tetangga cuma 100.000-150.000 per hari," ucap Tito.
Ia meyakini, pasar modal ke depan akan berkembang lebih baik, terlebih lembaga pemeringkat utang S&P memberikan sinyal jika Indonesia pantas menjadi negara layak investasi alias investment grade.
"Moga-moga S&P menaikkan kita jadi investment grade. Satu-satunya investment grade yang belum adalah dari S&P," imbuh Tito.
(drk/feb)

3.      BI Rate Kembali Turun Jadi 6,75%

By Achmad Dwi Afriyadi            on 17 Mar 2016 at 17:52 WIB
Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) 25 basis poin. Sepanjang 2016 ini, BI telah menurunkan suku bunga acuan sebanyak 3 kali dengan besaran yang sama.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara menjelaskan, dalam RDG pada 16 dan 17 Maret 2016 memutuskan untuk menurunkan BI Rate 25 basis poin menjadi 6,75 persen dari sebelumnya yang ada di angka 7 persen.
Selain itu, RDG BI juga menurunkan suku bunga Deposit Facility sebesar 256 basis poin di angka 4,75 persen dari sebelumnya di angka 5 persen dan Lending Facility dengan besaran yang sama menjadi 7,25 persen dari 7,5 persen. "Penurunan tersebut mulai berlaku sejak 18 Maret 2016,"  jelas dia Kamis (17/3/2016).
Keputusan tersebut sejalan dengan ruang pelonggaran kebijakan moneter yang semakin terbuka dengan semakin terjaganya stabilitas makroekonomi, khususnya penurunan tekanan inflasi di 2016, serta meredanya ketidakpastian di pasar keuangan global.
Kebijakan yang telah dikeluarkan oleh BI tersebut diharapkan dapat memperkuat upaya mendorong pertumbuhan ekonomi yang sedang berlangsung.
BI juga akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah untuk memastikan pengendalian inflasi, penguatan stimulus pertumbuhan, dan reformasi struktural berjalan dengan baik, sehingga mampu menopang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan ke depan dengan tetap menjaga stabilitas makroekonomi.
Keputusan BI tersebut sejalan dengan prediksi para ekonomi. Chief Economist and Director for Investor Relation Bahana TWC Investment Management Budi Hikmat mengatakan, peluang turunnya BI Rate dipicu angka inflasi yang sampai saat ini masih cukup terkendali.
"Ada peluang turun. Selain inflasi, BI mungkin perlu mencegah penguatan rupiah jangan terlalu pesat," kata Budi saat berbincang dengan Liputan6.com.
‎Budi menjelaskan, keberadaan suku bunga yang lebih rendah dari sekarang membuat arus modal masuk (capital inflow) ke Indonesia sedikit berkurang. Dengan begitu laju penguatan rupiah bisa terkendali.
Dia khawatir, jika rupiah terus menguat dapat menekan laju ekspor yang sedang digalakkan Indonesia. Begitu juga sebaliknya dengan dolar semakin murah, maka produk-produk impor ikut menjadi lebih murah.
Pengamat Ekonomi Universitas Gadjah Mada Tony Prasetyantono memprediksi hal yang sama. Hanya saja dia juga memprediksi ada kemungkinan BI Rate akan tetap.
"Namun opsi lain BI rate tetap 7 persen juga masih terbuka, karena rupiah akhir-akhir ini juga melemah ke Rp 13.100-an‎," ungkap dia. (Amd/Gdn)
Sumber: http://bisnis.liputan6.com/read/2461182/bi-rate-kembali-turun-jadi-675. Yang diakses pada tanggal 19 Mei 2016

4.      Dampak Teror Bom Terhadap IHSG

15 Jan 2016 16:37   By: Aditya Putra   view: 1278
Analisa Saham Mingguan Share This Share This
Indonesia kembali di guncang teror bom kemarin (14/01) tepatnya di Jakarta. Aksi ini mengakibatkan puluhan korban dan beberapa di antaranya kehilangan nyawa, dan kemudian menyebar hastag dukungan #KamiTidakTakut, yang beberapa saat kemudian menjadi trending topics dunia di Twitter.
Namun, kondisi tersebut tidak lantas membuat pasar saham Indonesia ambruk. Seperti yang terlihat pada grafik di bawah, IHSG memang mengalami tekanan di sesi I perdagangan kemarin, namun menjelang sesi II IHSG cukup kuat dan akhirnya di tutup melemah dengan nilai yang terbatas sebesar 0.53%.
Tekanan jual asing masih terus terjadi sejak awal tahun hingga kemarin. Khusus kemarin, asing terhitung melakukan net sell sebesar Rp 300 milyar, sementara sektor-sektor yang mengalami penurunan diantaranya; infrastruktur (-1.29%), industri dasar (-1.71%), dan aneka industri (-0.38%).

Respon IHSG Terhadap Teror Bom

Menilik kuat-nya IHSG kemarin (14/01) meskipun minus, melengkapi kinerja 2016, nampaknya IHSG memang mulai menunjukkan taringnya. Simpul-simpul penguatan mulai terlihat, dari data historis selama aksi teror bom menguncang Indonesia, sejak tahun 2002 hingga saat ini, IHSG hanya terkoreksi di hari pertama, setelahnya IHSG cenderung menguat dan mengalami pergerakan yang positif.
Pada kasus bom bali tahun 2002, IHSG sempat drop 3%, kemudian sehari kemudian naik 1%, pada kasus bom kedubes Australia tahun 2004 IHSG hanya turun 1% dan kemudian ke-esokan hari-nya naik hingga 2%.
Hasil ini menjelaskan bahwa investor cenderung mengabaikan aksi teror yang terjadi dan memilih untuk membeli saham-saham ter-diskon karena panik jual investor lainnya.

Suku Bunga Turun 25bps

Jika anda sebagai investor ritel dan menginginkan titik beli yang pas untuk masuk di pasar saham, tentu kejadian kemarin merupakan peluang terbaik yang bisa anda ambil, mengingat di sisi lain Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk melakukan pemotongan suku bunga acuan sebesar 25bps, yang artinya ruang pertumbuhan ekonomi semakin terbuka lebar tahun ini.
Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk memotong suku bunga dikarenakan tingkat inflasi yang cukup rendah tahun lalu (3.35%) serta melihat resiko global dalam beberapa bulan mendatang. Resiko pelemahan rupiah terhadap USD juga relatif stabil.

Sektor-Sektor Positif Terhadap Suku Bunga

Bicara suku bunga maka tentu pilihan sektor juga tidak jauh-jauh dari efek terbesar interest rates-sensitive. Beberapa pilihan sektor yang dapat dijadikan pilihan utama tentu-nya perbankan, property, konstruksi serta barang konsumsi.
1.       Perbankan
Sektor ini sangat diuntungkan dengan penurunan suku bunga, karena dengan suku bunga yang lebih rendah, ekspansi kredit dapat lebih dipacu dan pada akhirnya dapat meningkatkan margin laba perbankan.
2.       Properti
Sektor ini terbantu karena biaya pinjaman akan turun mengikuti suku bunga, dengan beban pinjaman yang turun, diharapkan masyarakat lebih banyak yang membeli property seperti rumah dan apartemen
3.       Konstruksi
Proyek konstruksi yang masif dalam 2(dua) tahun terakhir selama Presiden Jokowi menjawab memberikan pengaruh yang positif terhadap biaya tender yang meningkat, dan peningkatan tersebut juga berpengaruh pada pencapaian kontrak baru masing-masing emiten konstruksi. Penurunan suku bunga membuat perusahaan konstruksi dapat meningkatkan margin laba bersih akibat turun-nya beban bunga pinjaman.
4.       Barang Konsumsi
Sektor ini akan memiliki dampak yang positif terhadap suku bunga, karena bagi masyarakat yang memiliki pinjaman di sektor properti, dapat lebih merasakan penurunan cicilan biaya perbulan dan kelebihan dana-nya dapat gunakan untuk keperluan belanja barang kebutuhan pokok.
Arsip Analisa by: Aditya Putra



Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "TURUNNYA SUKU BUNGA BANK MENINGKATKAN FLUKTUASI INVESTASI DI PASAR MODAL"

Postingan Populer