STRATEGI BEI DALAM PENGEMBANGAN PASAR MODAL DI INDONESIA

STRATEGI BEI DALAM PENGEMBANGAN PASAR MODAL DI INDONESIA
Bursa Efek Indonesia (disingkat BEI, atau Indonesia Stock Exchange (IDX)) merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES). Demi efektivitas operasional dan transaksi, Pemerintah memutuskan untuk menggabung Bursa Efek Jakarta sebagai pasar saham dengan Bursa Efek Surabaya sebagai pasar obligasi dan derivatif. Bursa hasil penggabungan ini mulai beroperasi pada 1 Desember 2007. BEI menggunakan sistem perdagangan bernama Jakarta Automated Trading System (JATS) sejak 22 Mei 1995, menggantikan sistem manual yang digunakan sebelumnya. Sejak 2 Maret 2009 sistem JATS ini sendiri telah digantikan dengan sistem baru bernama JATS-NextG yang disediakan OMX.
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menerapkan sejumlah  strategi untuk mendorong pertumbuhan pasar modal Indonesia. Wacana yang lagi hangat diperbincangkan adalah wacana untuk mendorong perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia untuk mencatatkan sahamnya di BEI. BEI dalam pengembangan pasar modal memiliki beberapa langkah-langkah yang dimilikinya salah satunya yaitu memperkuat peran broker atau anggota bursa (AB). Karena dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dibutuhkan broker yang kuat lantaran akan bersaing dengan negara- negara-negara sekawan. Sejumlah opsi pun telah dikaji oleh BEI dan OJK, salah satunya meningkatkan modal dengan merger. Namun, hal tersebut sedang dalam pembahasan dengan pihak atau stakeholder terkait.
Program perencanaan yang dilakukan itu, memperhatikan semua pihak, kebutuhan, kepentingan semua pihak, yang juga secara komprehensif tidak melihat kebutuhan satu pihak satu tertentu. Kalau misalnya merger oleh pelaku industri atau broker menganggap kurang pas sulit mencari pasangan, kita mencari jalan keluarnya. Tujuan utamanya memperkuat permodalan supaya broker kita punya daya saing kuat terutama menghadapi MEA. Dalam merger tersebut, BEI meningkatkan sistem komputerisasi dengan menggunakan teknologi yang modern dan yang sangat diperlukan, karena industri pasar modal adalah industri yang sangat cepat perubahannya, baik dari segi sistem dan teknologi, organisasi maupun variasi produk yang diperdagangkan. Kondisi tersebut mendorong industri pasar modal untuk selalu berinovasi dalam meningkatkan efisiensinya agar dapat bersaing di tingkat internasional. Tingkat efisiensi industri ini akan meningkatkan daya tarik dan daya saing industri di mata para pelaku pasar, baik lokal maupun internasional.
















SUMBER
Peserta mengikuti cara berinvestasi Mandiri Skuritas di Bursa Efek Jakarta, Selasa (17/11). Mandiri Sekuritas terus mendorong pertumbuhan jumlah investor pasar modal di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)
Liputan6.com, Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menerapkan sejumlah  strategi untuk mendorong pertumbuhan pasar modal Indonesia. Sejak dinahkodai Tito Sulistio, muncul wacana-wacana baru. Salah satu yang cukup hangat diperbincangkan adalah wacana untuk mendorong perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia untuk mencatakan sahamnya di BEI.
Tito menjelaskan, adanya wacana tersebut mengingat banyak perusahaan-perusahaan asing yang menggali sumber daya alam di Indonesia. Sesuai dengan amanat undang-undang maka pengelolaan sumber daya tersebut mesti dikembalikan ke masyarakat. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan membagikan sahamnya ke masyarakat.
Tito melanjutkan, sangat ironis karena selama ini perusahaan-perusahaan asing yang menggali sumber alam Indonesia justru mencatatkan sahamnya di negara lain. "Ada 16 perusahaan yang beroperasi di Indonesia namun jsutru listing di New York, Malaysia, Singapura, Australia. Kebanyakan perusahaan itu adalah perusahaan yang menggali sumber daya alam, perkebunan dan mining,"kata dia seperti ditulis, Kamis(10/12/2015).
 Bahkan, perusahaan sekelas PT Freeport Indonesia tak luput dari perhatian Tito. Ia bahkan mendesak perusahaan tersebut membagikan sahamnya melalui mekanisme initial public offering (IPO).
"Elok tidak rakyat kasih mandat kepada pemerintah untuk menjalankan negara, termasuk kelola sumber daya alam. Jika sumber daya alam tidak dikelola pemerintah, swasta apalagi, asing terus perusahaan listed di luar negeri, elok tidak? Orang Jawa bilang tidak elok, listed di Indonesia,"ujarnya.
Tito menuturkan, pelepasan saham menggunakan mekanisme IPO mungkin untuk dilakukan. Dia bilang, berdasarkan kontrak yang ditandatangani Freeport ada opsi untuk melepas saham melalui Bursa Efek Jakarta. Kekhawatiran pun muncul, pelepasan saham dianggap tidak efektif meratakan pendapatan ke masyarakat. Asumsinya, jika Freeport melepas saham ke publik ujung-ujungnya bakal dimiliki asing lagi. Tito menegaskan, otoritas bursa mampu membuat regulasi yang isinya saham Freeport hanya bisa dibeli oleh masyarakat lokal.
"Kami bisa bikin peraturan yang beli harus rakyat Indonesia, bisa. Itu keberpihakan namanya, yang beli harus rakyat Indonesia. Asing beli setelah berapa tahun. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bisa bikin, bursa bisa bikin,”kata dia.
Langkah itu pun mendapat dukungan dari OJK. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida menuturkan, apabila terealisasi maka akan memperkuat kapitalisasi pasar modal Indonesia.

"Belum ada pembicaraan dari Freeport. Kita juga belum terima data apapun dari Freeport ke OJK. Kan kita juga belum tahu keputusannya lewat IPO atau apa. Tapi kalau masuk lewat IPO, ini positif," ujar Nurhaida. 
https://akuntansiterapan.com/2013/11/01/pasar-modal-indonesia/




Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "STRATEGI BEI DALAM PENGEMBANGAN PASAR MODAL DI INDONESIA"

Postingan Populer