PENYEBAB MELEMAHNYA NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR
AS
Menguat
atau melemahnya nilai tukar mata uang tidak hanya ditentukan oleh kondisi dan
kebijakan ekonomi dalam negeri akan tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi
perekonomian negara lain yang menjadi mitra dalam perdagangan internasionalnya
serta kondisi non-ekonomi seperti keamanan dan kondisi politik.
Semakin
hari nilai dolar semakin naik terhadap rupiah. Bahkan rupiah seperti tidak ada
nilainya. Bahan kebutuhan pokok seperti, beras, cabai, ayam, dan daging
harganya juga ikut naik. Kenaikan harga bahan pokok akan berimbas kepada lapisan
masyarakat menengah ke bawah dan juga ke penjualnya. Karena harga yang tinggi
mereka memilih bahan makanan lain yang harganya lebih murah. Sehingga
pendapatan penjual pun berkurang, terutama para penjual kecil di saat harga
naik bukannya dapat untung tetapi rugi
yang mereka dapatkan karena konsumen menghindari harga bahan pokok yang naik.
Selain itu jasa tranportasi juga mengalami kenaikan. Jadi semakin lengkaplah
kesusahan masyarakat pada saat ini. Bayangkan saja hingga saat ini rupiah
hampir mencapai 14 ribu lebih per dolarnya.
Tentu
saja kenaikan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti pertamina
merupakan pengguna dolar AS terbesar, yakni mencapai US$ 70 juta-US$ 80 juta
setiap hari untuk mengimpor minyak mentah dan BBM. Ini salah satu penyebab
nilai tukar rupiah rawan melemah. Selain itu ketidak kompakkan Pemerintah Selama ini, pemerintah terkesan tidak
kompak saat menggulirkan suatu program. Akibatnya, pasar tidak bisa membaca arah
kebijakan pemerintah sehingga timbul ketidakpastian pada masyarakat. Ketidakpastian
yang dimaksud adalah keberadaan informasi di kalangan para pelaku pasar mengenai
kemungkinan rupiah tembus Rp14.000,00 per dollar AS. pemerintah seharusnya
menghentikan ketidakpastian di pasar uang dengan memberikan kejelasan dalam
setiap program pemerintah.
Berdasarkan
Kurs Referensi Jakarta Inter bank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia,
rupiah berada di angka 13.467 per dolar AS. Patokan tersebut turun jika
dibandingkan dengan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.319 per dolar AS.
Pelemahan rupiah ini lebih disebabkan oleh faktor dari luar. Beberapa indikator
ekonomi AS menunjukkan perbaikan dalam beberapa pekan terakhir. Hal tersebut mendorong
ekspektasi bahwa Bank Sentral AS akan menaikkan suku bunga.
Rencana
kenaikan suku bunga tersebut akan direalisiasikan dalam waktu dekat ini
sehingga mereka mengurangi portofolio mereka di negara-negara yang memiliki
risiko tinggi seperti Indonesia salah satunya. Ekonomi pada perdagangan rupiah
melemah
bersamaan dengan mayoritas kurs di Asia. Salah satu solusinya, Pertamina
harus mengurangi pembelian dolar AS dari pasar spot. Perseroan akan memenuhi
kebutuhan dolarnya melalui skema hedging
atau lindung nilai dengan perbankan. Selain hedging,
Pertamina juga harus menggandeng pihak ketiga dalam pengadaan minyak mentah dan
BBM. Yang nantinya, pihak swasta yang tertarik untuk memasok minyak dan BBM
tersebut harus memiliki fasilitas penyimpanan atau tangki timbun (storage) di dalam negeri.
Lampiran Sumber 1
Rupiah
Tertekan, Sempat Sentuh 13.550 per Dolar AS
on 19
Mei 2016 at 13:50 WIB
Petugas Bank memperlihatkan uang pecahan
Rp100.000 dan Rp 50.000, Jakarta, Selasa (29/12). Di pasar spot, Senin (28/12),
rupiah melemah tipis 0,08% ke Rp 13.642 per dollar AS. (Liputan6.com/Angga
Yuniar)
Liputan6.com,
Jakarta -
Nilai tukar rupiah terhadap
dolar Amerika Serikat (AS) terus tertekan sepanjang perdagangan Kamis pekan
ini. Spekulasi kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (the Fed) menjadi faktor
penekan rupiah.
Mengutip
Bloomberg, Kamis (19/5/2016),
rupiah dibuka di angka 13.442 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan
posisi penutupan kemarin yang ada di angka 13.380 per dolar AS. Rupiah terus
melemah sepanjang hari dan sempat menyentuh angka 13.550 per dolar AS.
Sejak
pagi hingga siang hari ini, rupiah berada di kisaran 13.439 per dolar AS hingga
13.550 per dolar AS. Jika dihitung sejak awal tahun, rupiah masih menguat 1,89
persen. Sedangkan berdasarkan Kurs ReferensiJakarta InterbankSpot DollarRate
(Jisdor) Bank Indonesia, rupiah berada di angka 13.467 per dolar AS. Patokan
tersebut turun jika dibandingkan dengan sehari sebelumnya yang ada di angka
13.319 per dolar AS.
Pelemahan
rupiah ini lebih
disebabkan oleh faktor dari luar. Beberapa indikator ekonomi AS menunjukkan
perbaikan dalam beberapa pekan terakhir. Hal tersebut mendorong ekspektasi
bahwa Bank Sentral AS akan menaikkan suku bunga acuan dalam waktu dekat ini.
Risalah
dari pertemuan the Fed pada April kemarin yang baru dikeluarkan pada Rabu,
menunjukkan pernyataan pejabat Bank Sentral bahwa kenaikan suku bunga pada Juni
mungkin terjadi jika data ekonomi tercatat menguat.
"Kami
melihat adanya penarikan investor dari beberapa aset-aset di Indonesia sehingga
mendorong pelemahan rupiah," Jelas kepala Riset valuta Asing Malayan
Banking Bhd, Singapora, Saktiandi Supaat.
Ia
melanjutkan, para investor melihat rencana kenaikan suku bunga the Fed tersebut
bakal direalsiasikan dalam waktu dekat ini sehingga mereka mengurangi
portofolio mereka di negara-negara yang memiliki risiko tinggi seperti
Indonesia salah satunya.
Ekonom
PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan, pada perdagangan kemarin rupiah melemah
bersamaan dengan mayoritas kurs di Asia. "Hari ini ruang pelemahan
terbuka menyusul penguatan tajam dollar index dan penurunan drastis
minyak," jelasnya. Investor juga sedang menunggu BI rate ditunggu
yang diperkirakan tetap di 6,75 persen.
Lampiran
Sumber 2
Rupiah Rentan Kembali Melemah di Awal Pekan
Dian
Ihsan Siregar • 02 Mei 2016 09:37 WIB
Ilustrasi
(MI/ROMMY PUJIANTO)
Metrotvnews.com, Jakarta: Pergerakan nilai tukar rupiah kembali
bergerak stagnan atau malah cenderung melemah terhadap dolar Amerika Serikat
(USD). Hal itu terjadi akibat imbas dari kembali turunnya harga minyak dunia.
"Harga minyak mentah dunia kembali turun
tipis, mengakhiri kenaikan empat pekan berturut-turut, ketika pasar didorong
lebih tinggi didukung oleh pelemahan laju USD," kata Kepala Riset NH
Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada, dalam keterangan risetnya yang
diterima Metrotvnews.com, di Jakarta,
Senin (2/5/2016).
Menurut Reza, pelemahan harga minyak terjadi
setelah aksi ambil untung pasca mencatatkan keuntungan yang cukup tinggi
akhir-akhir ini. "Mulai dari harga minyak mentah West Texas Intermediate
(WTI) untuk pengiriman Juni yang turun dan diikuti oleh penurunan London Brent
North Sea turut berimbas pada rupiah secara tidak langsungn" jelas Reza.
Reza menjelaskan, rupiah yang sempat menguat
pada pekan lalu dikarenakan The Fed mengindikasikan bahwa tidak terburu-buru
untuk menaikkan suku bunga dan hari berikutnya di mana BoJ menolak stimulus
lebih lanjut yang membuat yen naik.
Reza berharap nilai mata uang Garuda kembali
mencoba untuk bergerak positif. Namun demikian, pelaku pasar harus tetap
mewaspadai jika terjadi sentimen yang dapat menahan penguatan lanjutan rupiah.
"Tetap cermati sentimen yang ada pada
rupiah. Level support rupiah pada Rp13.215 per USD dan resisten Rp13.189 per
USD," tutup Reza.
http://ekonomi.metrotvnews.com/bursa/zNPo2aOK-rupiah-rentan-kembali-melemah-di-awal-pekan
Belum ada tanggapan untuk "PENYEBAB MELEMAHNYA NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AS"
Post a Comment