Investasi Langsung Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dinilai Belum Maksimal

Investasi Langsung Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
 Dinilai Belum Maksimal
                Investasi Langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat diperjual beliakan di pasar uang, pasar modal atau pasar turunan. (Hartono, Jogiyanto.2010)
                Perekonomian Indonesia menghadapi masalah struktural antara lain lemahnya investasi yang disebabkan kesenjangan dalam tabungan dan kebutuhan investasi. Untuk itu, pemerintah perlu memacu realisasi investasi langsung asing (FDI) guna memacu pertumbuhan ekonomi dengan cara memangkas semua hambatan investasi langsung itu.
                FDI sangat berarti bagi penguatan struktur industri, peningkatan nilai tambah, alih teknologi, peningkatan ekspor, dan penciptaan lapangan kerja. Peranan FDI lainnya yaitu sangat vital untuk menjaga agar neraca pembayaran tak mengalami defisit berkelanjutan akibat kecenderungan memburuknya defisit transaksi berjalan.
                Dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan peran investasi asing. Namun jika dibandingkan dengan rata-rata Asia dan Amerika Selatan, tetap saja peranan investasi asing di Indonesia masih relatif kecil. Daya tarik Indonesia masih kalah dibandingkan Negara lain di Asia Tenggara contohnya yaitu daya tarik berupa kemudahan perizinan, lahan, hingga kepastian hukum dan problem upah minimum buruh setiap tahun seringkali membuat investor luar berpikir berulang kali sebelum menanamkan modalnya, jadi tidak mengherankan jika Indonesia kalah dengan Malaysia dan mulai disalip oleh Vietnam yang relatif lebih murah upah buruhnya.
Berdasarkan indeks investasi global Tiongkok atau China Going Global Investment Index (CGGII) pada 2015, ternyata Indonesia hanya di urutan ke-44 dari 67 negara. Berdasarkan rencana investasi, Tiongkok cukup menonjol di Indonesia. Namun, realisasinya sejauh ini relatif kecil. Indonesia berpotensi memperoleh manfaat dari transisi perekonomian Tiongkok. Restrukturisasi industri di Tiongkok mendorong relokasi industri, baik milik asing maupun milik pengusaha dan BUMN Tiongkok. Kalau Indonesia bisa menarik 5 persen saja, jutaan tenaga kerja bisa terserap.
                Direktur Institute for Development of Economics and Finance Enny Sri Hartati menyebutkan, kendati investasi langsung naik, kenaikan itu tidak terjadi pada industri. Kenaikan investasi langsung terjadi pada proyek bukan industri, seperti yang diharapkan pemerintah melalui paket kebijakan ekonomi pemerintah yang bertujuan untuk mendorong investasi langsung, baik domestik maupun asing ke industri.
                Realisasi investasi langsung di Indonesia dari negara maju, termasuk dari Tiongkok, dinilai masih rendah, ini diakibatkan kekeliruan skala prioritas belanja dan kebijakan pemerintah. Hal-hal positif yang diharapkan oleh investor sama sekali tidak bisa dirasakan. Padahal, arus investasi yang deras sangat dibutuhkan untuk mengimbangi defisit neraca perdagangan dengan Raksasa Kedua Ekonomi Dunia tersebut.
Dengan kondisi demikian, bisa dikatakan 12 paket kebijakan yang diluncurkan pemerintah pada September 2015 hingga kini belum memberikan hasil yang optimal, belum ada dampak yang optimal terhadap pertumbuhan ekonomi.








Lampiran-lampiran
1. Kompas Senin, 16 Mei 2016
3. Hartono,Jogiyanto.2010.Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
4. Senin, 23 Mei 2016 Waktu: 21:21
Investasi Langsung Asing Mengalir ke Indonesia
Indonesia mencatat rekor investasi langsung asing (FDI) sebesar US$5,9 miliar pada kuartal ketiga tahun ini, menandakan negara ini masih menjadi tempat favorit di tengah prospek ekonomi global yang buram dan kekhawatiran masalah korupsi dan tata pemerintahan. Dalam rupiah, jumlah total FDI pada Juli sampai September naik 22 persen selama setahun menjadi Rp 56,6 triliun, setelah pertumbuhan tahunan 30,2 persen pada kuartal kedua. Angka pada kuartal ketiga ini merupakan rekor untuk kuartal manapun.
Meski peningkatan tersebut kurang dramatis jika dilihat dari sisi dolar, dan jauh dibandingkan FDI Tiongkok yang mencapai $24,34 miliar pada periode yang sama, hal ini menandai naik turunnya reputasi Indonesia dalam melindungi investor luar negeri dan kekhawatiran-kekhawatiran dianggap sebagai risiko yang dapat diterima. India, dengan ekonomi dua kali lipat Indonesia, hanya menarik investasi langsung asing sebesar $4,42 miliar pada kuartal kedua. “Tidak ada satu faktor yang mendorong investasi [di Indonesia] melainkan kombinasi dari diversifikasi ekonomi dan basis konsumen dengan optimisme yang tinggi,” ujar Arian Ardie, COO dari Terrasys Energy, perusahaan konsultasi dan investasi energi terbarukan.

Awal bulan ini, investor Inggris Nat Rothschild mundur dari dewan direktur Bumi Plc, salah satu dari eksportir batu bara terbesar di dunia yang didirikan dengan pemegang saham Indonesia dua tahun lalu dalam kesepakatan senilai $3 miliar. Ia mendesak diadakan penyelidikan terhadap dugaan penyimpangan keuangan pada anak-anak perusahaan Bumi.
Bumi dikuasai oleh keluarga Bakrie, dan mitranya, Samin Tan.

Kekayaan mineral yang melimpah di Indonesia dan pertumbuhan pasar domestik sepertinya lebih penting dibandingkan kekhawatiran yang timbul karena masalah Bumi.
Menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), industri bahan kimia, pertambangan dan transportasi serta telekomunikasi merupakan penerima investasi pada kuartal ketiga.

“Kasus Bumi tidak akan berdampak pada investasi di Indonesia,” ujar Menteri Perdagangan Gita Wirjawan pada wartawan minggu lalu. "Itu karena para investor melihat Indonesia sebagai tempat investasi jangka panjang, sementara Bumi hanya merupakan isu korporat yang tidak berhubungan dengan iklim investasi kita.”
Infrastruktur

Indonesia mencatat FDI sebanyak Rp 175,3 triliun pada 2011,  naik 18 persen dari tahun sebelumnya. Jumlah FDI mencapai Rp 107,6 triliun setengah tahun ini.
Namun beberapa analis mengingatkan bahwa investasi asing dapat berangsur-angsur turun jika pemerintah tidak memperbaiki infrastruktur dasar. “Investasi di Indonesia masih relatif kecil dan FDI masih memiliki ruang untuk tumbuh jika pemerintah menanamkan lebih banyak uang untuk infrastruktur dasar,” ujar ekonom Enrico Tanuwidjaja dari Royal Bank of Scotland di Singapura.

"Kepadatan jalan tidak tumbuh banyak. Demikian juga dengan jalan kereta api, pelabuhan dan infrastruktur lain.” Indonesia terus mendapat nilai buruk dalam indeks korupsi lembaga Transparansi Internasional. Konflik buruh juga merupakan masalah. Namun peningkatan kemakmuran penduduk Indonesia menjadikannya pasar domestik yang besar, sementara usia rata-rata penduduk yang masih relatif muda membuat negara ini memiliki potensi besar dalam hal pasokan tenaga kerja. “Meski ada pemogokan buruh dan isu perundangan buruh yang harus diselesaikan, standar upah di Indonesia masih cenderung lebih rendah dibandingkan dengan Tiongkok, misalnya,” ujar Aninda Mitra, kepala ekonom untuk Asia Tenggara pada ANZ Bank di Singapura.

"Selain itu, banyak dari investasi akan melayani permintaan lokal. Indonesia dilihat sebagai ekonomi yang cukup besar dengan kelas menengah yang tumbuh dan ada potensi besar dalam sektor manufaktur untuk memenuhi tuntutan ini.” Investasi besar yang baru-baru ini diumumkan termasuk rencana pabrik baja POSCO dari Korea Selatan untuk menaikkan investasinya di Indonesia dalam lima tahun ke depan menjadi hampir dua kali lipat, dari $6 miliar saat ini menjadi $11 miliar. Foxconn Technology Group, pemasok utama Apple Inc , akan berinvestasi sebesar $10 miliar di Indonesia dalam lima sampai 10 tahun ke depan, menurut pemerintah. Lebih dari 50 persen produk domestik bruto di Indonesia adalah untuk konsumsi domestik, didukung oleh pertumbuhan kelas menengah dan suku bunga rendah.







Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Investasi Langsung Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dinilai Belum Maksimal"

Postingan Populer