BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berkembangnya industri
akan selalu memunculkan produk-produk baru. Perusahaan akan selalu berusaha
menciptakan produk yang dibutuhkan oleh konsumen. Akibatnya suatu
perusahaan tidak hanya memproduksi satu
produk tetapi beragam produk untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Hal ini
menjadikan masalah baru bagi perusahaan dalam perhitungan akuntansinya.
Bersumber dari masalah inilah kalkulasi produk bersama dan produk sampingan
menjadi penting untuk dibahas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. KONSEP PRODUK BERSAMA DAN PRODUK
SAMPINGAN
Biaya bersama dapat diartikan sebagai biaya overhead bersama yang harus
dialokasikan ke berbagai departemen, baik dalam perusahaan yang kegiatan
produksinya berdasarkan pesanan ataupun secara massa.
Biaya produk bersama juga bisa diartikan sebagai biaya yang
dikeluarkan sejak saat mula-mula bahan baku diolah sampai dengan saat berbagai
macam produk dapat dipisahkan identitasnya. Biaya produk bersama ini terdiri
dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
Biaya bersama digunakan untuk memproduksi berbagai produk, yaitu:
a. Produk
Bersama (joint-product)
Produk bersama adalah beberapa macam produk yang dihasilkan bersama- sama
atau serempak dengan menggunakan satu macam atau beberapa macam bahan baku,
tenaga kerja dan fasilitas pabrik yang sama dan masukkan (input) tersebut tidak
diikuti jejaknya pada setiap macam produk tertentu.
Contoh: Pabrik penyulingan minyak mentah (crude oil) menghasikan minyak
siap dikonsumsi berupa minyak gasolin, karosine, minyak diesel (solar),
minyak bakar, minyak tanah, dll.
b. Produk
Sampingan (by-product)
Produk sampingan juga bisa diartikan sebagai produk yang bukan tujuan
utama operasi perusahaan tetapi tidak dapat dihindarkan terjadinya dalam proses
pengolahan produk disebabkan sifat bahan yang diolah atau karena sifat
pengolahan produk, kuantitas dan nilai produk sampingan relatif kecil
dibandingkan dengan nilai keseluruhan produk.
Contoh: pada pabrik penggergajian kayu, kayu lapis dan papan kayu merupakan
produk utama, sedangkan serbuk gergaji dan kayu bakar merupakan produk
sampingan.
c. Produk
Sekutu (coproduct)
Produk sekutu dapat didefinisikan
sebagai beberapa macam produk yang dihasilkan dalam waktu yang sama,
tetapi tidak berasal dari proses pengolahan yang sama atau tidak dari bahan
baku yang sama.
Contoh : Pabrik penggergajian dapat
menghasilkan papan kayu dan kayu lapis dari berbagai jenis kayu log (kayu
gelonggongan) yang diproses sehingga macam produk yang dihasilkan dapat berupa
papan kayu jati, kayu meranti, kayu kanfer, begitu pula dapat dihasilkan kayu
lapis jati, meranti atau kanfer.
Sifat Produk Bersama,
Produk Sampingan Dan Produk Sekutu
Produk bersama dan produk sekutu memiliki karakteristik sebagai berikut:
a.
Produk bersama dan
produk sekutu merupakan tujuan utama kegiatan produksi.
b.
Dalam mengolah produk
bersama, produsen tidak dapat menghindarkan diri untuk menghasilkan semua jenis
produk bersama.
c.
Produk diproses
secara bersamaan dan setiap produk mempunyai nilai yang relatif sama antara
satu dengan yang lainnya.
d.
Setiap produk
mempunyai hubungan fisik yang sangat erat dalam proses produksi.
e.
Adanya Split-Off
Point
f.
Biaya produk bersama
bersifat homogen untuk seluruh produk sampai pada titik pisah.
g.
Nilai jual dari
masing-masing produk bersama relatif sama sehingga tidak ada produk yang
dianggap sebagi produk utama dan produk sampingan.
Produk sampingan dapat digolongkan
sesuai dengan dapat tidaknya produk tersebut dijual pada saat terpisah dari
produk utama.
a.
Produksi sampingan
yang dapat dijual setelah terpisah dari produk utama, tanpa memerlukan
pengolahan lebih lanjut.
b.
Produk sampingan
yang memerlukan proses pengolahan lebih lanjut setelah terpisah dari produk
utama.
2.2. AKUNTANSI
PRODUK BERSAMA
Masalah pokok akuntansi harga pokok bersama adalah penentuan proporsi total
biaya produksi yang harus dibebankan kepada berbagai macam produk bersama.
Biaya produk bersama dialokasikan ke setiap produk bersama
menggunakan metode :
a. Metode Nilai Pasar / Nilai Jual
Relatif
Metode ini adalah metode yang sangat populer karena dengan argumennya bahwa
harga produk merupakan manifestasi dari biaya produksinya. Metode ini
mengasumsikan bahwa setiap produk yang dihasilkan dalam proses produksi bersama
memilki nilai jual atau nilai pasar yang berbeda.
Metode ini berpendapat bahwa jika salah satu produk terjual lebih tinggi
daripada yang lainnya, hal itu terjadi karena biaya yang dikeluarkan untuk
memproduksinya juga lebih tinggi dibandingkan produk lain.
b. Metode rata-rata biaya per
satuan
Metode ini berupaya untuk mendistribusikan total biaya
produksi gabungan ke berbagai produk atas dasar biaya per unit. Metode ini digunakan jika dari satu
proses produksi bersama dihasilkan beberapa produk yang bisa diukur dalam satuan yang sama meskipun dalam
kualitas yang berbeda-beda
c. Metode rata-rata tertimbang
Penentuan alokasi biaya bersama pada setiap produk didasarkan atas
perkalian jumlah unit produk dengan angka penimbang, dan hasilnya digunakan
sebagai dasar untuk alokasi. Penentuan angka penimbangan untuk tiap-tiap produk
didasarkan pada jumlah bahan yang dipakai, sulitnya pembuatan produk, waktu
yang dikonsumsi, dan pembedaan jenis tenaga kerja yang dipakai untuk tiap jenis
produk yang dihasilkan.
d. Metode unit kuantitatif / satuan fisik
Metode kuantitatif berupaya mendistribusikan total biaya gabungan
berdasarkan satuan ukuran tertentu seperti kilogram, ton, liter, meter dan
sebagainya. Metode ini beranggapan bahwa setiap produk dapat
diidentifikasi sesuai dengan tingkat pemanfaatan bahan baku dalam ukuran satuan
yang sama.
2.3. AKUNTANSI PRODUK
SAMPINGAN
Dalam produk sampingan, yang menjadi permasalahan adalah bagaimana
memperlakukan pendapatan penjualan produk sampingan tersebut.
Pengakuan adanya produk sampingan ini menyangkut perlakuan terhadap harga
pokok produk sampingan, biaya untuk memproses produk sampingan, dan hasil
penjualan produk sampingan. Metode-metode akuntansi yang dapat diterima untuk
menetapkan biaya produk sampingan dibagi dalam dua kategori, yaitu :
a.
Metode Tanpa Harga
Pokok (Non-Cost Methods)
Dalam metode ini, harga pokok
produk sampingan atau persediannya tidak diperhitungkan, tetapi memperlakukan
pendapatan penjualan produk sampingan sebagai pendapatan atau pengurang biaya
produksi produk utama.
Metode tanpa harga
pokok adalah suatu metode dalam perhitungan produk sampingan tidak
memperoleh alokasi biaya bersama dari pengolahan produk sebelum dipisah.
Pendapatan penjualan produk sampingan dicatat sebagai penghasilan diluar usaha.
Dalam metode ini pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk sampingan
dikurangi dengan returnya, dicatat dalam rekening “Pendapatan Penjualan Produk
Sampingan” dan pada akhir periode akuntansi ditutup ke rekening Rugi-Laba.
Rekening pendapatan penjualan produk sampingan dicantumkan dalam laporan
Laba-Rugi pada kelompok penghasilan di luar usaha (other income).
Metode ini cocok bila digunakan pada perusahaan yang:
a)
Nilai produk
sampingnya tidak begitu penting atau tidak dapat ditentukan.
b)
Penggunaan metode yang
lebih teliti tidak sebanding dengan manfaat yang diperoleh
c)
Pemisahan produk
sampingan dari produk utama tidak begitu jelas dan pembebananharga tidak mengakibatkan perbedaan yang mencolok
pada harga pokok produk utama.
d)
Terdapat beberapa
kekurangan pada metode pendapatan penjualan produk sampingan dicatat sebagai
penghasilan diluar usaha, yaitu:
e)
Apabila pada akhir
periode akuntansi terdapat persediaan pokok sampingan, maka timbul masalah
penilaian persediaan untuk tujuan pembuatan neraca perusahaan
f)
Dapat mengakibatkan
perbandingan pendapatan dan biaya yang kurang tepat karena perbedaan periode
akuntansi.
g)
Tidak adanya
pengawasan dari terhadap persediaaan produk sampingan mengakibatkan rawan
terjadi penggelapan.
h)
Dapat mengaburkan
gambaran menyeluruh tentang hasil usaha perusahaan.
Pendapatan penjualan produk sampingan
dicatat sebagai tambahan pendapatan penjualan produk utama.
Semua biaya produksi dikurangkan dari
pendapatan penjualan semua produk (baik utama maupun sampingan) untuk
mendapatkan laba bruto.
b. Metode-Metode
Harga Pokok (Cost Methods)
Dalam metode ini
pengalokasian biaya produk sampingan hampir sama dengan produk bersama yaitu sebagian
biaya bersama dialokasikan kepada produk sampingan dan menentukan harga pokok persediaan produk sampingan dengan biaya
yang dialokasikan tersebut. Ada dua metode yang berdasarkan pada metode harga
pokok, yaitu:
1. Metode biaya pengganti
Metode biaya pengganti
biasanya digunakan pada perusahaan yang produk sampingannya digunakan sendiri,
sehingga tidak perlu membeli bahan dari pemasok
luar.
2. Metode pasar
Metode pasar juga
disebut dengan metode pembatalan biaya (reversal cost methods), pada metode
nilai pasar yang dikurangkan adalah taksiran nilai pasar produk sampingan.
Metode ini berusaha untuk menaksir biaya produk sampingan berdasarkan
nilai pasarnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Biaya
Produk bersama juga bisa diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan sejak saat
mula-mula bahan baku diolah sampai dengan saat berbagai macam produk dapat
dipisahkan identitasnya. Biaya produk bersama ini terdiri dari biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
Biaya produk bersama muncul dari produksi secara
simultan atas berbagai produk dalam proses yang sama. Ketika dua atau tiga
produk di produksi dari sumber daya yang sama maka akan terbentuk biaya
gabungan. Biaya gabungan terjadi sebelum titik pisah (split-off). Titik
pisah adalah saat dihasilkannya dua atau lebih produk bersama, dimana pada saat
itu produk bersama bisa langsung dijual atau diproses lebih lanjut.
Istilah produk sampingan digunakan untuk suatu produk
yang bernilai total relatif kecil dan diproduksi secara berbarengan dengan
produk yang bernilai lebih besar. Produk yang nilainya lebih besar biasa
disebut dengan produk utama. Produk sampingan juga bisa diartikan sebagai produk yang bukan tujuan utama
operasi perusahaan tetapi tidak dapat dihindarkan terjadinya dalam proses
pengolahan produk disebabkan sifat bahan yang diolah atau karena sifat
pengolahan produk, kuantitas dan nilai produk sampingan relatif kecil
dibandingkan dengan nilai keseluruhan produk.
Pembedaan produk utama dan produk sampingan terletak
pada nilai jualnya. Jika nilai jual salah satu produk relatif lebih kecil dari
yang lainnya maka dikategorikan sebagai produk sampingan, sedangkan apabila
produk-produk yang dihasilkan relatif sama maka dikategorikan sebagai produk
bersama.
Daftar Pustaka
Usry, Carter, Akuntansi Biaya, Edisi 13, Buku 1, Penerbit Salemba
Empat, Jakarta, 2004
Belum ada tanggapan untuk "AKUNTANSI PRODUK BERSAMA DAN PRODUK SAMPINGAN"
Post a Comment