Prosedur Akuntansi Biaya Bahan dan Tenaga Kerja
Oleh Kelompok 5 :
1. Ni Putu Yeny 1417051013
2. Merita
Endianto 1417051055
3. Kadek
Bella Yanti 1417051084
4. Luh
Dita Darmayani 1417051180
5. Komang
Nita Handayani Tri Lestari 1417051196
6. Made
Mahardika 1417051295
KELAS 3D
JURUSAN
AKUNTANSI PROGRAM S1
FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS
PENDIDIKAN GANESHA
TAHUN
2015
Prosedur Akuntansi Biaya Pada Metode Harga Pokok
Pesanan
Prosedur
akuntansi biaya pada metode harga pokok pesanan meliputi organisasi formulir,
catatan-catatan dan laporan-laporan yang terkoordinasi dalam rangka
melaksanakan kegiatan untuk melayani pesanan dan menyajikan biaya dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Prosedur
akuntansi biaya bahan dan suplies.
2. Prosedur
akuntansi biaya tenaga kerja.
3. Prosedur
akuntansi biaya overhead pabrik.
4. Prosedur
akuntansi produk selesai dan produk dalam prosedur proses akhir periode.
5. Prosedur
akuntansi penjualan dan penyerahan produk kepada pemesan.
1. Prosedur
Akuntansi Biaya Bahan dan Suplies
Prosedur
akuntansi biaya bahan dan suplies meliputi prosedur pembelian sampai dengan
pemakaian bahan dan supplies didalam pabrik. Agar supaya jumlah persediaan
bahan dapat diketahui setiap saat umumnya perusahaan manufaktur menggunakan
metode persedian perpetual (perpetual inventory method). Tahap- tahap prosedur
akuntansinya sebagai berikut :
a. Pembelian
Bahan dan Suplies
Pembelian bahan dan
suplies dimulai dari pembuatan pesanan pembelian oleh Bagian Pembelian dan
mengirimkannya kepada suplier. Apabila bahan dan suplies yang dipesan datang,
oleh seksi gudang bahan dibuatkan dokumen berupa bukti penerimaan barang
setelah diperiksa kecocokan jumlah dan kualitas barang yang dibeli. Faktur
pembelian dari suplier bersama pesanan pembelian dan bukti penerimaan barang
diberikan pada departement akuntansi untuk dibuat jurnal dan memasukkan kedalam
rekening buku besar pembantu yaitu kartu persediaan.
Jurnal pembeliaan bahan
dan suplies cara kredit sebagai berikut :
Persediaan bahan baku Rp
xx
Persedian bahan penolong Rp
xx
Persediaan
suplies pabrik Rp
xx
Hutang dagang Rp
xx
Apabila pembelian bahan
dan suplies secara tunai rekening buku besar yang dikredit adalah kas
b. Pengembalian
(Return) bahan dan suplies yang dibeli kepada suplier
Apabila bahan dan
suplies yang dibeli tidak sesuai dengan yang dipesan, maka perusahaan dapat
mengembalikan kepada suplier dengan dibuatkan dokumen yang disebut nota debit
atau laporan pengiriman pengembalian pembelian. Dari nota debit oleh
departement akuntansi dibuat jurnal dan dimasukkan kedalam rekening buku besar
pembantu persedian sesuai dengan bahan dan sulies yang dikembalikan kepada
suplier.
Jurnal pengembalian
bahan dan suplies kepada suplier sebagai berikut:
Hutang
dagang Rp
xx
Persediaan bahan
baku Rp
xx
Persediaan bahan
penolong Rp
xx
Persediaan
suplies pabrik Rp xx
Apabila harga bahan dan
suplies yang dikembalikan sudah dibayar akan didebit kas atau piutang dagang.
c. Potongan
pembelian (tunai) atas pembeliaan bahan dan suplies
Sering kali dalam
pembelian bahan dan suplies diperoleh potongan pembelian, apabila praktis
potongan tunai mengurangi harga perolehan bahan dan suplies, oleh karena itu
dari bukti kas ke luar akan dibuat jurnal dan dimasukkan ke dalam kartu
persediaan. Jurnalnya sebagai berikut :
Hutang dagang Rp xx
Persediaan bahan baku Rp xx
Persediaan bahan penolong Rp xx
Persediaan suplies pabrik Rp xx
Kas Rp
xx
Perlakuan
tersebut diatas sesuai dengan prinsip akuntansi, akan tetapi perlakuan ini
dapat berakibat tidak praktis, yaitu apabila harga perolehan satuan menjadi
pecahan misalnya dari Rp 10,00 menjadi Rp 9,8999 akan mempersulit perhitungan
harga pokok persediaan dan harga pokok yang dipakai. Oleh karena itu potongan
pembelian dapat diperlakukan sebagai penghasilan lain- lain (other income).
Metode ini tidak sesuai dengan prinsip akuntansi karena seharusnya penghasilan
timbul dari kegiatan penjualan barang atau jasa yang dilakukan perusahaan
kepada pihak lain, bukan dari kegiatan pembelian.
Jurnal
potongan pembelian apabila diperlakukan sebagai penghasilan lain- lain sebagai
berikut :
Hutang dagang Rp xx
Penghasilan
lain- lain Rp
xx
Kas Rp
xx
d. Pemakaian
bahan dan suplies
Atas dasar perintah
produksi, departemen produksi yang memerlukan mengisi dokumen Bon Permintaan
Bahan kepada Seksi Gudang Bahan untuk meminta bahan baku, bahan penolong,
suplies pabrik dan barang lainnya yang diperlukan untuk mengolah produk yang
dipesan pembeli. Bon Permintaan Bahan untuk meminta bahan baku akan menunjukkan
bagian yang meminta, elemen, jumlah satuan bahan baku yang diminta, serta
pesanan yang memerlukan bahan baku tersebut. Dokumen ini akan dikirimkan pada
Departemen Akuntansi dan oleh Seksi Akuntansi Dokumen Bon Permintaan Bahan
tersebut akan diisi harga perolehan satuan dan jumlah totalnya untuk dasar
pembuatan jurnal dan memasukkan ke dalam Kartu Persediaan Bahan Baku dan Kartu Harga
Pokok Pesanan yang bersangkutan. Jurnal pemakaian bahan baku adalah sebagai
berikut :
Barang
dalam proses – biaya
Bahan baku Rp
xx
Persediaan
bahan baku Rp
xx
Bon Permintaan Bahan untuk bahan
penolong akan menunjukkan bagian yang meminta, serta elemen dan jumlah bahan
penolong yang diminta. Dokumen ini dikirimkan ke Departemen Akuntansi untuk
diisi harga perolehan satuan dsan jumlahnya oleh Seksi Akuntansi Biaya untuk dasar pembuatan jurnal dan memasukkan
ke dalam Kartu Persediaan Bahan Penolong dan Kartu Biaya Overhead Pabrik. Dalam
metode harga pokok pesanan, biaya overhead pabrik dibebanka pada pesanan atas
dasar tarip yang ditentukan di muka, oleh karena itu perusahaan akan
menyelenggarakan rekening buku besar Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya untuk
menampung biaya yang sesungguhnya dan rekening Biaya Overhead Pabrik yang
Dibebankan untuk menampung biaya yang dibebankan kepada pesanan.
Jurnal
pemakaian bahan penolong sebagai berikut :
Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya Rp xx
Persediaan
bahan penolong Rp xx
Prosedur
pemakaian suplies pabrik sama dengan prosedur pemakaian bahan penolong, setelah
dokumen tersebut dilengkapi oleh Seksi Akuntansi Biaya data harga perolehan
satuan dan total, akan dibuat jurnal dan dimasukkan ke dalam Kartu Persediaan
Suplies Pabrik dan Kartu Persediaan Overhead Pabrik.
Jurnal
pemakaian suplies pabrik sebagai berikut :
Biaya
overhead pabrik sesungguhnya Rp
xx
Persediaan
suplies pabrik Rp xx
e. Pengembalian
Bahan Baku dari Pabrik ke Gudang bahan
Dapat
pula timbul pengembalin bahan baku dari pabrik kegudang bahan. Misalnya terjadi
kelebihan bahan baku yang diminta dengan bahan baku yang dipakai sesungguhnya
oleh pesanan tertentu, agar bahan baku tidak rusak dipabrik maka bahan baku
tersebut dikembalikan ke gudang bahan. Atas bahan baku yang dikembalikan
tersebut dibuatkan dokumen yang disebut Laporan Pengembalian Bahan dan
tembusannya di Departemen Akuntansi untuk membuat jurnal dan memasukkan ke
Kartu Persediaan bahan baku dan Kartu Harga Pokok Pesanan yang bersangkutan. Jurnal yang dibuat sebagai berikut :
Persediaan
Bahan Baku Rp
xx
Barang Dalam
Proses - Biaya
Bahan Baku Rp
xx
Secara
ringkas prosedur akuntansi bahan dan suplies pabrik dapat digambarkan sebagai
berikut :
Transaksi
dan Dokumen Dasar
|
Jurnal
Transaksi
|
Buku
Besar Pembantu
|
Pembelian
Bahan dan Suplies :
Faktur Pembelian.
Bukti Penerimaan
Barang.
Pesanan Pembelian.
Pengembalian
Pembelian :
Debit Memorandum.
Laporan Pengiriman.
Pengembalian
Pembelian.
|
Persediaan
Bahan Baku Rp xx
Persediaan
Bahan penolong Rp xx
Persediaan
Suplies Pabrik Rp xx
Hutang Dagang Rp xx
Hutang
Dagang Rp xx
Persediaan Bahan Baku Rp xx
Persediaan Bahan Penolong Rp xx
Persediaan Suplies Pabrik Rp xx
|
Kartu
persediaan :
Bahan Baku
Bahan Penolong
Suplier Pabrik
Kartu
Persediaan :
Bahan Baku
Bahan Penolong
Suplier Pabrik
|
Potongan
Tunai Pembelian :
Bukti Kas Le Luar
|
Hutang
Dagang Rp xx
Persediaan Bahan Baku Rp xx
Persediaan Bahan Penolong Rp xx
Persediaan Suplies Pabrik Rp xx
Hutang
Dagang Rp xx
Penghasilan Lain-lain Rp xx
Kas Rp
xx
|
Kartu
Persediaan :
Bahan Baku
Bahan Penolong
Suplies Pabrik
|
Pemakaian
Bahan Baku :
Bon Permintaan Bahan
|
Barang
dalam proses –
Biaya
Bahan Baku Rp xx
Persediaan Bahan Baku Rp xx
|
Kartu
Persediaan :
Bahan Baku
Kartu
Harga Pokok Pesanan
|
Pemakaian
Bahan Penolong :
Bon Permintaan Bahan
|
Biaya
Overhead Pabrik
Sesungguhnya Rp xx
Persediaan Bahan Penolong Rp xx
|
Kartu
persediaan :
Bahan Penolong
Kartu
Biaya :
Overhead Pabrik
|
Pemakaian
Suplies Pabrik :
Bon Permintaan
Bahan
|
Biaya
Overhead
Pabrik
Sesungguhnya Rp xx
Persediaan Suplies Pabrik Rp xx
|
Kartu
Persediaan :
Suplies Pabrik
Kartu
Biaya :
Overhead Pabrik
|
Pengembalian
Bahan Baku dari Pabrik ke gudang Bahan :
Laporan
Pengembalian Bahan.
|
Persediaan
Bahan Baku Rp xx
Barang Dalam Proses
Biaya Bahan Baku Rp xx
|
Kartu
Persediaan :
Bahan Baku
Kartu
Harga Pokok Pesanan
|
2. Prosedur Akuntansi Biaya
Tenaga Kerja
Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja meliputi
prosedur terjadinya gaji dan upah, pembayaran gaji dan upah, dan distribusi
gaji dan upah untuk semua karyawan perusahaan baik produksi maupun non
produksi, baik karyawan yang gajinya tetap per bulan maupun yang ditentukan
oleh jam kerjanya. Tahap- tahap transaksi biaya tenaga kerja sebagai berikut :
a. Penentuan
Besarnya Gaji dan Upah
Cara
penentuan besarnya gaji dan upah karyawan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1. Gaji
dan Upah Karyawan besarnya tergantung pada lamanya waktu kerja ( jam kerja)
atau jumlah produk yang dihasilkan. Apabila karyawan dibayar atas dasar lamanya
waktu kerja, umumnya sistem ini untuk tenaga kerja langsung, untuk mennetukkan
besarnya upah diperlukan dokumen Daftar Hadir ( Kartu Presensi atau Time Clock
Card) yang menunjukkan data jumlah jam kerja karyawan setiap hari dalam jangka
waktu tertentu( mingguan. Bulanan) sesuai dengan jangka waktu pembayaran upah.
Untuk mengetahui penggunaan waktu kerja karyawan di pabrik dalam mengerjakan
pesanan atau jumlah produk yang dihasilkan digunakan Kartu Jam Kerja Karyawan (
Job Time Ticket atau Labor Time Ticket), manfaat kartu ini yaitu untuk
emmasukkan biaya tenaga kerja langsung pada setiap kartu harga pokok pesanan.
Untuk pengawasan tenaga kerja, jumlah jalm dalam Daftar Hadir relatif harus
sama dengan jumlah jam pada Kartu Jam Kerja Karyawan. Dari Daftar Hadir akan
disusun Daftar Upah Karyawan yang menunjukkan data jumlah gaji dan upah kotor,
potongan atas gaji dan upah misalnya pajak pendapatan dan dana pensiun serta
gaji dan upah bersih yang akan dibayarkan kepada karyawan.
2. Gaji dan upah
karyawan tetap per bulan
Untuk karyawan tetap per bulan fungsi
Daftar Hadir untuk mengetahui kedisiplinan karyawan apakah serng datang
terlambat dan pulang lebih cepat atau datang dan pulang pada waktu yang tepat.
Umumnya sistem ini dipakai untuk pimpnan, staf, karyawan perusahaan perusahaan
yang tidak termasuk tenaga kerja langsung dalam produksi. Setiap menjelang
akhir bulan akan disusun Daftar Gaji Karyawan yang menunjukkan data jumlah gaji
kotor yaitu gaji pokok ditambah tunjangan-tunjgan, potongan–potongan atas gaji,
serta gaji bersih yang akan dibayarkan kepada karywan.
Jurnal
untuk mencatat terjadinya gaji dan upah, baik untuk karyawan tetap maupun
karyawan berdasar lamanya waktu kerja adalah sebagai berikut :
Biaya Gaji dan Upah Rp xx
Hutang Pajak pendapatan (P.Pd) Rp
xx
Hutang Dana Pensiun ( D. Pn) Rp
xx
Hutang Asuransi Tenaga Kerja
(Astek) Rp
xx
Hutang Asuransi Hari Tua (As. HT) Rp xx
Pihutang Karyawan Rp
xx
Hutang Gaji dan Upah Rp
xx
Keterangan
:
Perusahaan
bertindak sebagai wajib pungut atau wajib potong atas pajak pendapatan, dana
pensiun, asuransi hari tua, asuransi tenaga kerja yang nantinya akan disetorkan
kepada badan - badan yang berhak.
b.
Pembayaran atas Gaji
dan Upah
Menjelang tanggal pembayaran gaji
dan upah, kasir membayarkan gaji dan upah, kasir membayarkan gaji dan upah
kepada Juru Bayar Gaji dengan menggunakan dokumen Bukti Kas Ke Luar. Pada saat
gaji dibayarkan, Juru Bayr Gaji meminta karyawan untu menghitung kesesuaian
gaji dan upahnya serta menandatangani Daftar Gaji dan Upah. Jurnal pembayaran
gaji dan upah sebagai berikut :
Hutang
Gaji dan Upah Rp
xx
Kas Rp xx
c.
Distribusi Biaya Gaji
dan Upah
Melalui dokumen Perintah Jurnal biaya gaji
dan upah didistribusikan sesuai dengan
fungsi perusahaan yang menikmati manfaat gaji dan upah yaitu fungsi produksi,
fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Biaya gaji dan upah untuk
produksi dikelompokkan kedalam biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga
kerja tidak langsung yang merupakan elemen biaya overhead pabrik sesungguhnya.
Biaya tenaga kerja langsung akan dimasukkan kedalam rekening Barang Dalam
Proses – Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Kartu Harga Pokok Pesanan sedangkan
elemen gaji dan upah lainnya ke Kartu Biaya yang bersangkutan. Jurnal
distribusi gaji dan upah sebagai berikut :
Barang
Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp
xx
Biaya Overhead Pabrik sesungguhnya Rp
xx
Biaya Pemasaran Rp
xx
Biaya Administrasi dan Umum Rp
xx
Biaya Gaji dan Upah Rp xx
d.
Beban atas Gaji dan Upah Yang Ditanggung Perusahaan
Pada perusahaan tertentu seringkali perusahaan
iut menanggung sebagaian beban atas gaji dan upah yang berupa pajak pendapatan,
dana pensiun, asuransi hari tua, atau asuransi tenaga kerja karyawan. Beban
yang ditanggung perusahaan merupakan elemen biaya, beban yang berhubungan
dengan karyawan pabrik diperlakukan sebagai elemen biaya overhead pabrik
sesungguhnya karena sifat biaya ini tidak dapat diidentifikasikan pada produk
tertentu, beban yang berhubungan dengan karyawan pemasaran masuk elemen biaya
pemasaran, beban yang berhubungan dengan karyawan administrasi dan umum masuk
elemen biaya administrasi dan umum. Besarnya beban atas gaji dan upah dibuatkan
dokumen Daftar Sumbangan Gaji dan Upah, atas dasar tersebut dibuat jurnal dan
dimasukkan Kartu Biaya. Jurnal transaksi tersebut adalah sebagai berikut :
Biaya
Overhead Sesungguhnya Rp
xx
Biaya pemasaran Rp xx
Biaya
Administrasi dan Umum Rp
xx
Hutang Pajak dan Pendapatan Rp
xx
Hutang Dana Pensiun Rp
xx
Hutang Asuransi Tenaga Kerja Rp
xx
Hutang Asuransi Hari Tua Rp xx
e.
Penyetoran Potongan dan
Beban atas Gaji dan Upah kepada Badan-badan yang berhak
Dokumen Bukti Kas Ke luar digunakan untuk menyetorkan potongan dan
beban atas gaji dan upah pada badan-badan yang berhak, jurnal yang dibuat
sebagai berikut :
Hutang
Pajak Pendapatan Rp xx
Hutang
Dana Pensiun Rp xx
Hutang
Asuransi Tenaga Kerja Rp xx
Hutang
Asuransi Hari Tua Rp xx
Kas
Rp
xx
Secara ringkas prosedur akuntansi biaya tenaga
kerja adalah sebagai berikut :
Transaksi
dan Dokumen Dasar
|
Jurnal Transaksi
|
Buku Besar Pembantu
|
Penentuan Gaji dan
upah
-
Daftar Hadir
- Kartu Jam
Kerja
- Daftar Gaji dan Upah
|
Biaya Gaji dan
Upah Rp xx
Hutang P. Pd Rp xx
Hutang D. Pn Rp xx
Hutang Astek Rp xx
Hutang As HT Rp xx
Pihutang Karyawan Rp xx
Hutang Gaji dan Upah Rp xx
|
|
Pembayaran Gaji dan
Upah :
Bukti Kas Ke Luar
|
Hutang Gaji dan
Upah Rp xx
Kas Rp xx
|
|
Distribusi Gaji dan
Upah :
Perintah Jurnal
|
Barang Dalam Proses –
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp xx
Biaya Overhead
Pabrik
Sesungguhnya Rp xx
Biaya Pemasaran Rp xx
Biaya Administrasi
dan umum Rp xx
Biaya Gaji dan Upah Rp xx
|
Kartu Harga Pokok
Pesanan dan Kartu Biaya
Overhead Pabrik
Pemasaran
Administrasi dan
Umum
|
Beban atas Gaji dan
Upah :
Daftar Sumbangan
atas Gaji dan Upah
|
Biaya overhead
Sungguhnya Rp xx
Biaya pemasaran Rp xx
Biaya Administrasi
umum Rp xx
Hutang P.Pd. Rp xx
Hutang D.Pn. Rp xx
Hutang Astek Rp xx
Hutang As HT. Rp xx
|
Kartu Biaya :
Overhead Pabrik
Pemasaran
Administrasi dan
Umum
|
Penyetoran atas
potongan dan beban gaji dan upah :
Bukti Kas Ke luar
|
Hutang P.Pd. Rp xx
Hutang D.Pn. Rp xx
Hutang Astek Rp xx
Hutang As HT Rp xx
Kas Rp xx
|
REFRENSI
Supriyono. (-------). Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok Buku 1 Edisi Kedua. BPFE Yogyakarta: Yogyakarta.
Belum ada tanggapan untuk "Prosedur Akuntansi Biaya Bahan dan Tenaga Kerja"
Post a Comment