RINGKASAN
Tujuan
diusulkannya PKM-K adalah untuk memberikan potensi usaha dalam bidang
keterampilan menganyam sebuah lidi sehingga menjadi produk yang bernilai dan
bermutu dalam kebutuhan sehari-hari khususnya untuk keperluan upacara, baik itu
upacara keagamaan maupun kemanusiaan. Ingke dapat dikatakan sudah menjadi
produk industri rumah tangga yang mampu menghasilkan pendapatan signifikan bagi
para pengerajinnya. Adapun dalam perencanaan usaha ingke ini, penyusun
bekerjasama dengan para pengerajin di Desa Takmung dalam hal produksi dan
penyediaan bahan dasar. Penyusun juga bekerjasama dengan toko-toko penjual
ingka yang berada di Desa Tusan dalam rangka pemasaran produk. Dengan demikian,
diharapkan adanya usaha pembuatan produk ingke makan dan ajuman ini dapat
mengintegrasi antara kebutuhan konsumen dan peningkatan daya berwirausaha
penyusun. Khusus pada program ini akan diproduksi dua jenis ingke dengan ukuran
dan desain yang sedikit berbeda. Ingke tersebut adalah ingke makan dan ingke
ajuman. Mengingat dari peminat ingke yang terus meningkat tidak hanya peminat
dari dalam negeri namun dari luar negeri yang dijadikan sebuah souvenir khas Bali.
Sehubungan dengan peningkatan permintaan tersebut kondisi ini memberikan sebuah
peluang bagi penyusun untuk memproduksi
ingke ini sesuai selera pasar. Meningkatnya peminat ingke bali ini dikarenakan
karena hasil anyaman yang indak, kuat, dan berkualitas. Peluang ini sangat
berguna bagi penyusun yaitu dapat memahami cara pembuatan produk ingke makan
dan ajuman. Selain itu ingke juga memiliki kegunaan di para konsumen, produk
yang berasal dari anyaman lidi sangat efektif untuk dijadikan alat
menghidangkan makanan dan persembahyangan ke pura. Dengan adanya produk
kerajinan ingke ini dapat memberi peluang usaha yang baik bagi penyusun
sehingga dapat meningkatan perekonomian dalam masyarakat. Dalam program pkm ini
diasumsikan bahwa dalam 1 bulan akan diproduksi sebuah ingke makan sebanyak 250
buah, dan ingke ajuman sebanyak 250 buah dengan pengerajin sebanyak 2 orang.
dengan asumsi tersebut hasil usaha yang diperoleh dari produksi ingke makan
adalah Rp. 1.000.000 dan hasil usaha dari produksi ingke ajuman adalah Rp.
875.000. dengan penggunaan yang cukup efektif mendapatkan hasil usaha ingke
makan 1,35 kali lipaat dan ingke ajuman 1,25 kali lipat. Dengan demikian usaha
produsi ingke layak untuk diusahakan. Adapun metode pelaksanaan PKM ini terbagi
menjadi tiga kegiatan yaitu tahap awal, tahap inti, dan tahap akhir. Tahap awal
meliputi survey pasar, persiapan alat dan bahan baku, dan penentuan mitra
kerja. Tahap inti yaitu pembuatan produk, promosi produk bersama mitra usaha,
dan pemasaran produk. Pada tahap ini sangat diperlukan ketelitian dan
konsentrasi sehingga dapt menghasilkan produksi ingke yang berkualitas baik.
Pada tahap akhir yaitu evaluasi pemasaran, evaluasi kualitas produk, dan
perbaikan mutu produk. Pada tahap evaluasi tim pengusul melakukan evaluasi
terhadap seluruh kegiatan yang dilakukan mulai dari persiapan alat dan bahan,
produksi ingke, dan pemasaran ingke. PKM ini dilaksanakan selama 5 bulan dengan
total anggaran biaya yang diperlukan berjumlah Rp.5.990.000. Pelaksanaan PKM
ini diharapkan mampu memberikan peluang usaha terhadap masyarakat luas agar bisa
meningkatkan perekonomian di masyarakat.
Kata Kunci :
Ingke, Produksi, Produk, Kerajinan, Usaha.
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Ingke, di Bali
tentulah sudah tidak asing lagi. Ingke adalah nampan atau juga piring yang
terbuat dari anyaman lidi daun kelapa. Pada mulanya, ingke dipergunakan sebagai
tempat sesajen oleh ibu-ibu di Bali, di samping sebagai perabotan rumah tangga
sebagai tempat berbagai macam makanan atau jajanan, buah-buahan dan bumbu
dapur.
Di jaman modern
ini, ingke menjadi perabotan yang memiliki nilai unik bahkan mewah. Apalagi di
kalangan rumah tangga di perkotaan, ingke justru mendapat tempat istimewa di
antara perabotan rumah tangga lainnya. Menyuguhkan makanan dan buah-buahan
dengan ingke akan terkesan sangat eksklusif. Di samping itu, pada acara-acara
resepsi dan pesta, baik yang diselenggarakan suatu instansi pemerintah, suasta
maupun rumah tangga, ingke adalah pilihan utama sebagai penggati piring.
Dengan
perkembangan seperti itu, Desa Takmung telah memanfaatkan peluang pasar yang
sangat efektif ini, dengan memproduksi 2 jenis ingke dengan modal usaha yang
cukup efektif. Hal ini mampu menghasilkan pendapatan signifikan bagi para
pengerajinnya. Serta dapat miningkatkan perekonomian masyarakat di Desa
Takmung.
Berdasarkan
uraian tersebut, dipandang perlu untuk diproduksinya ingke makan dan ajuman,
sehingga dapat dimanfaatkannya peluang pasar yang prospektif. Di sisi lain,
pembuatan produk ini dapat menjadi peluang usaha bagi penyusun khususnya dan
mengoptimalisasi produk para pengerajin ingke yang terdapat di Desa Takmung.
Adapun dalam perencanaan usaha ingke ini, penyusun bekerjasama dengan para
pengerajin di Desa Takmung dalam hal produksi dan penyediaan bahan dasar.
Penyusun juga bekerjasama dengan toko-toko penjual ingka yang berada di Desa Tusan
dalam rangka pemasaran produk. Dengan demikian, diharapkan adanya usaha
pembuatan produk ingke makan dan ajuman ini dapat mengintegrasi antara
kebutuhan konsumen dan peningkatan daya berwirausaha penyusun.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, permasalahan yang sedang dihadapi oleh pasar adalah
meningkatnya permintaan atau peminat akan kebutuhan ingke makan dan ajuman,
dengan kualitas serta kreativitas yang baik. Peningkatan permintaan ini tidak
sepadan dengan persediaannya. Dengan asumsi tersebut, kondisi ini memberikan
sebuah peluang bagi penyusun untuk memproduksi ingke ini sesuai selera pasar.
Khusus pada program ini akan diproduksi dua jenis ingke dengan ukuran dan
desain yang sedikit berbeda. Oleh karena itu, beberapa poin penting yang perlu
dicermati dalam perencanaan program ini adalah :
1.
Bagaimana
mekanisme produksi ingka makan dan ajuman?
2.
Bagaimana
mekanisme pemasaran produk ingke makan dan ajuman kepada konsumen?
3.
Bagaimana
peluang profit dari pemasaran produk ingke makan dan ajuman bagi pengerajin?
1.3.
Tujuan
Berdasarkan rumusan
masalah tersebut di atas, tujuan penyusunan program ini adalah ; (1) memahami mekanisme
produksi ingka makan dan ajuman, (2) memahami mekanisme pemasaran produk ingke
makan dan ajuman kepada konsumen, dan (3) menganalisis peluang profit dari
pemasaran produk ingke makan dan ajuman bagi pengerajin.
1.4.
Luaran yang Diharapkan
Dari pelaksanaan
program kreativitas ini, diharapkan dapat menghasilkan luaran, seperti ; (1)
dihasilkannya produk yang berkualitas baik yaitu berupa ingke makan dan ajuman,
(2) adanya pemasaran produk ingke makan dan ajuman, sehingga nantinya dapat
memberi keuntungan baik bagi pengerajin ataupun para konsumen, (3) adanya
peluang pengembangan usaha mikro bagi tim penyusun dan masyarakat pengerajin
anyaman bamboo dalam mengembangkan produk ingke yang kualitas baik guna
meningkatkan daya kreativitas serta nilai ekonomi produk, dan (4) adanya
peningkatan nilai jual produk-produk kerajinan sejenis kepada konsumen.
1.5.
Kegunaan
Adanya pelaksanaan program
kreativitas ini dapat memberikan beberapa manfaat, sebagai : (1) bagi tim
penyusun, tim penyusun dapat
memahami cara pembuatan produk ingke makan dan ajuman. Dengan demikian, potensi
ini dapat menjadi salah satu usaha yang profitable
bagi tim penyusun dalam memanfaatkan peluang pasar. Selain itu tim penyusun
dapat memiliki pengalaman lebih dalah hal produksi usaha yang yang nantinya
dapat membantu meningkatkan perekonomian di daerah tersebut. (2) bagi mitra
usaha, mitra usaha dapat memperoleh
produk anyaman lidi yaitu ingke makan dan ajuman dengan hasil yang baik. Dengan
demikian, dapat meningkatkan nilai jual kepada para konsumen sehingga lebih profitable. Dengan kualitas ingke yang
baik, mitra usaha akan semakin mudah mendapatkan konsumen dan bias mendapatkan
pendapatan yang lebih dari penjualan produk ingke. (3) bagi masyarakat, masyarakat
atau selaku konsumen akan memperoleh sebuah produk dari anyaman lidi yang
berupa ingke dengan kualitas yang baik. Selain sebagai konsumen, masnyarakat
memperoleh peluang dalam pengembangan unit usaha kerajinan ingke atau produk
inovatif sejenisnya. Misalnya dalam proses pembuatan ingke ini, sangat
diperlukan bahan baku utama yaitu lisi. Masyarakat dapat menjual lidi dari
hasil olahan sarana persembahyangan ke pengerajin ingke, nilai lidi juga
semakin meningkat apabila peningkatan pemesanan ingke terus meningkat. Situasi
ini dapat menguntungkan masyarakat karena ada usaha tambahan selain dari dagangannya.
Dengan demikian, hasil akhir program ini dapat memberi kesejahteraan ekonomi
kepada masyarakat pengerajin. Ingke dalam sudut pandang kegunaannya sehari-hari
selain untuk pengganti piring dalam konsumsi makanan ingke juga bisa dijadikan
sebagai sarana persembahyangan khususnya agama hindu. Ingke juga baik digunakan
dalam sebuah acara resmi yang berbau ketradisonal dalam pertemuan dalam bisnis.
(4) bagi lingkungan, pengembangan usaha
kerajinan ingke dapat meningkatkan stabilitas keteraturan lingkungan. Hal ini
dikarenakan, dalam pengembangan usaha ini mesti diiringi dengan persediaan
bahan baku yang memadai. Oleh karena itu, kegiatan agama hindu yang tidak bisa
terlepas dari busung sudah sebaiknya pemanfaatan lidi dari pelepah pohon kelapa
yang dapat dikumpulkan untuk bahan anyaman ingke.
BAB 2. GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA
2.1.
Jenis Usaha
Banyaknya
permintaan akan ingke makan dan ajuman member peluang untuk diproduksinya
produk kerajinan yang berbahan dari lidi sebagai dasar pembuatan ingke ini. Ingke
makan dengan ingke ajuman memiliki sedikit perbedaan dalam hal ukuran, yakni
ingka ajuman memiiki deameter yang lebih besar dari ingka ajuman. Bahan utama
dari ingke adalah lidi kelapa yang dijemur beberapa hari agar mudah diulat atau
dibentuk sehingga memudahkan dalam menganyamnya. Lidi memiliki daya tahan yang
cukup lama untuk meningkatkan nilai artistik ingke yang dibuat. Oleh karena
itu, adanya produk kerajinan ingke ini dapat memberi peluang usaha yang baik
bagi penyusun sehingga dapat meningkatan perekonomian dalam masyarakat.
2.2.
Analisis Kelayakan Usaha
a)
Asumsi
Dalam
perencanaan program ini, diasumsikan bahwa dalam satu bulan akan dapat
diproduksi 250 buah ingke makan (M) dan 250 buah ingke ajuman (A), dengan
jumlah pengerajin sebanyak 2 orang.
b)
Analisis Ekonomi
Usaha
1.
Biaya Produksi
(BP)
· Biaya Tetap (BT)
Adapun
perincian biaya tetap yang diperlukan dalam usaha pembuatan 500 buah ingke,
yaitu :
Tabel 1. Rencana Biaya Tetap Produksi Ingke Makan.
No
|
Jenis
Modal Kerja
|
Jumlah
|
Harga
per
Satuan
(Rp)
|
Harga
Total
(Rp)
|
1.
|
Lidi
|
105 ikat
|
2.500
|
262.500
|
2.
|
Pernis
|
1 kaleng
|
45.000
|
45.000
|
3.
|
Tali Rapia
|
1/2 kg
|
6.500
|
6.500
|
4.
|
Bensin
|
5 liter
|
6.500
|
32.500
|
5.
|
Pewarna
|
1 renteng
|
23.500
|
23.500
|
6.
|
Ongkos produksi ingke makan
|
250
|
1.000
|
250.000
|
Total
Modal Operasional
|
620.000
|
Tabel 2. Rencana Biaya Tetap Produksi Ingke Ajuman.
No
|
Jenis
Modal Kerja
|
Jumlah
|
Harga
per
Satuan
(Rp)
|
Harga
Total
(Rp)
|
1.
|
Lidi
|
101 ikat
|
2.500
|
252.500
|
2.
|
Pernis
|
1/2 kaleng
|
45.000
|
23.000
|
3.
|
Tali Rapia
|
1/2 kg
|
6.500
|
6.500
|
4.
|
Bensin
|
3 liter
|
6.500
|
19.500
|
5.
|
Pewarna
|
1 renteng
|
23.500
|
23.500
|
6.
|
Ongkos produksi ingke makan
|
250
|
1.000
|
250.000
|
Total
Modal Operasional
|
575.000
|
·
Biaya tidak
tetap (BTT)
Adapun perincian biaya tidak tetap
yang dimaksud berupa biaya pembelian alat-alat produksi ingke, seperti berikut.
Tabel 3. Biaya Tidak Tetap Produksi Ingke.
No.
|
Jenis Modal Kerja
|
Jumlah
|
Harga per
Satuan (Rp)
|
Harga Total
(Rp)
|
1
|
Gunting besar
|
1 buah
|
100.000
|
100.000
|
2
|
Gunting kecil
|
2 buah
|
5.000
|
10.000
|
3
|
Kuas
|
2 buah
|
5.000
|
10.000
|
Total Modal
Operasional
|
120.000
|
Berdasarkan anggaran biaya di atas, total biaya
produksi 250 buah ingke makan dan 250 buah ingke ajuman dalam waktu 1 bulan
adalah sebanyak :
BP
= BT + BTT
BP
(M) = Rp. 620.000 + Rp. 120.000 = Rp.
740.000
BP
(A) = Rp. 575.000 + Rp. 120.000 = Rp.
695.000
2. Hasil Usaha (HU)
HU
=
Jumlah Produksi x Harga Jual
HU
(M) = (250 x Rp. 4.000)
= Rp. 1.000.000
HU
(A) = (250 x Rp. 3.500)
= Rp. 875.000
3. Laporan laba atau rugi (L/R)
L/R
= HU – BP ; karena HU>BP maka
:
Laba
(M) = Rp. 1.000.000 - Rp. 740.000 = Rp. 260.000
Laba
(A) = Rp. 875.000 - Rp. 695.000 = Rp.
180.000
4. Break Event Point (BEP)
BEP
= BP : total produksi ; untuk
mengetahui titik balik modal produksi per satuan ingke.
BEP
(M) = Rp. 740.000 : 250 = Rp. 3000
BEP
(A) = Rp. 695.000 : 250 = Rp. 2.800
5. Benefit Cost (B/C) Ratio
B/C
rasio = HU : BP
B/C
rasio (M) = Rp. 1.000.000 : Rp. 740.000 = 1,35
Artinya,
dari sebanyak Rp. 740.000 biaya yang dikeluarkan akan diperoleh hasil usaha
1,35 kali lipat, sehingga layak untuk diusahakan.
B/C
rasio (A) = Rp. 875.000 : Rp. 695.000 = Rp. 1,25
Artinya,
dari sebanyak Rp. 695.000 biaya yang dikeluarkan akan diperoleh hasil usaha
1,25 kali lipat, sehingga layak untuk diusahakan.
6. Return of Investment (ROI)
ROI
= (LABA : BP) x 100%
ROI
(M) = (Rp. 260.000 : Rp. 740.000) x 100%
= 35,1 %
Artinya,
sebanyak Rp. 740.000 biaya yang dikeluarkan akan diperoleh keuntungan sebesar
35,1 % untuk penggunaan modal usaha yang cukup efektif.
ROI
(A) = (Rp. 180.000 : Rp. 695.000) x 100% = 25,9 %
Artinya,
sebanyak Rp. 695.000 biaya yang dikeluarkan akan diperoleh keuntungan sebesar
25,9 % untuk penggunaan modal usaha yang cukup efektif.
7. Jangka waktu modal kembali (JWP)
JWP
= (Investasi + BP) : (L x lama Produksi)
JWP
(M) = (Rp. 120.000 + Rp. 740.000) : (Rp. 260.000 x 1 bulan ) = 3,31 bulan.
Artinya,
modal akan kembali setelah lama produksi 3 bulan lebih.
JWP
(A) = (Rp. 120.000 + Rp. 695.000) : (Rp. 180.000 x 1 bulan ) = 4,53 bulan
Artinya,
modal akan kembali setelah lama produksi 3 setengah bulan.
BAB 3. METODE PELAKSANAAN
Pelaksanaan program kreativitas ini dilakukan
melalui beberapa tahap sebagai berikut.
|
||||||||||||
|
||||||||||||
|
||||||||||||
Gambar 1. Alur proses produksi produk kerajinan ingke.
Berdasarkan bagan di atas,
pelaksanaan PKM dilakukan dengan 3 tahap yaitu tahap awal, tahap inti, dan
tahap akhir. Pada tahap awal adalah pelaksanaan survei pasar. Tujuannya untuk
mengetahui peluang usaha pembuatan ingke, dengan demikian akan diperolehnya
informasi yang sangat berguna dalam keberlanjutan usaha. Pada tahap awal ini
dilakukan pula persiapan bahan baku dalam pembuatan ingke dan persiapan
peralatan kerja dalam proses produksi. Selain itu pada tahap ini ditentukan
mitra usaha yang akan bersama pengrajin dalam pemasaran produk.
Pada tahap inti yaitu dilaksanakan
pembuatan produk ingke. Dalam proses ini, pengrajin diperlukan konsentasi dan
ketelitian dalam menganyam, sehingga dihasilkannya produk ingke yang memiliki
daya inovatif serta kualitas lebih baik. Dalam proses pemasaran produk, tim
penyusun berupaya bekerjasama dengan lebih banyak mitra usaha. Hal ini sangat
penting sekali dilakukan karena semakin luasnya jangkauan pemasaran produk akan
memberi peluang peningkatan penjualan. Dengan banyaknya mitra usaha yang bias
bekerja sama dengan pengrajin, produksi ingka dapat ditingkatkan lagi karena
permintaan dari konsumen yang cukup banyak. Dengan demikian mampu meningkatkan
perekonomian dalam masyarakat. Sebagai tim penyusun mendapat pengalaman dalam
pengelolaan usaha yang lebih besar.
Pada tahap akhir pelaksaan program,
tim penyusun melakukan evaluasi mengenai pemasaran produk, kualitas produk yang
dihasilkan dalam produksi, dan perbaikan mutu produk. Hal ini sangat penting
dilakukan guna melihat peluang keberlanjutan dilaksanakannya usaha ini. Tim
penyusun mengevaluasi kendala yang akan dihadapi dalam proses pembuatan ingka
yaitu jika cuaca sedang mendung maka proses penjemuran lidi atau ingka tidak
dapat dilakukan. Oleh karena itu, pengrajin sangat diharapkan untuk
mengevaluasi pada persiapan bahan baku agar nantinya proses produksi ingka
tidak terganggu, selain itu jika bahan baku tidak dilakukan proses penjemuran
yang cukup, kualitas mutu ingka sangat buruk karena ingke bias mudah lapuk dan
cepat menjamur. Dengan evaluasi ini diharapkan dapat meningkatkan pemasaran
produk inke. Di samping itu, dalam rangka meningkatkan kualitas produk ingke,
berdasarkan hasil analisis pemasaran akan dilakukan perbaikan mutu produk. Kegiatan
ini diharapkan dapat meningkatkan pemasaran produk serta nilai jualnya.
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1.
Anggaran Biaya
Tabel 4. Ringkasan
Anggaran Biaya PKM.
No.
|
Jenis Pengeluaran
|
Biaya (Rp.)
|
1
|
Biaya habis pakai ingke makan (M)
|
620.000
|
Biaya habis pakai ingke ajuman(A)
|
575.000
|
|
2
|
Biaya peralatan pembuatan ingke
|
120.000
|
3
|
Biaya perjalanan
|
1.500.000
|
4
|
Biaya konsumsi
|
3.000.000
|
5
|
Lain-lain
|
175.000
|
Total
Pengeluaran
|
5.990.000
|
4.2.
Jadwal Kegiatan
Tabel 5. Jadwal
Kegiatan PKM.
No.
|
Jenis Kegiatan
|
Bulan
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
1
|
Pengumuman diterima DIKTI
|
|||||
2
|
Persiapan produksi
|
|||||
3
|
Pelaksanaan produksi
|
|||||
4
|
Evaluasi hasil produksi
|
|||||
5
|
Penyusunan dan pengumpulan
laporan kemajuan
|
|||||
6
|
Penyusunan dan pengumpulan
laporan akhir
|
Belum ada tanggapan untuk "Contoh PKM Hibah Kewirausaan (PKM K)"
Post a Comment