INVESTASI
DAN PASAR MODAL
TUGAS III
Oleh :
Ketut Agus Ari Wiadnyana
AKUNTANSI PROGRAM S1
FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS
PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2016
CARA
MENYIKAPI PENURUNAN IHSG TERHADAP
FAKTOR EKSTERNAL
Faktor asing
merupakan satu implikasi dari bentuk globalisasi dan semakin terintergrasinya
pasar modal di seluruh dunia. Kondisi ini memungkinkan timbulnya pengaruh dari
bursa-bursa yang maju terhadap bursa yang sedang berkembang seperti krisis yang
mengakibatkan jatuhnya bursa Amerika Serikat telah menyeret bursa di Asia pada
krisis tahun 1997, termasuk bursa Indonesia.Pergerakan Indeksa Harga Saham
Gabungan sangat dipengaruhi oleh beberapa factor dari luar negeri (eksternal).
Faktor-faktor eksternal tersebut dapat berasal dari indeks bursa efek di negara
lain (seperti indeks Dow Jones Industrial Average, FTSE 100, NIKKEI 225), harga
minyak mentah dunia, harga emas dunia, dan berbagai peristiwa politik yang
mempengaruhi keamanan dan stabilitas perekonomian dunia (seperti kerusuhan
maupun serangan teroris).
Bursa efek
yang tergolong maju seperti bursa Amerika, Jepang, Inggris dan sebagainya
memiliki pengaruh yang kuat terhadap kinerja bursa efek di negara lain. Adanya
efek penularan (contagion effect) tersebut menyebabkan terjadinya hubungan atau
interaksi pasar modal yang akan membentuk suatu integrasi pasar modal.
Pengintegrasian pasar modal menunjukkan bahwa pasar dapat berinteraksi dengan
pasar di negara lain. Indonesia tidak bisa menghindar dari gejolak pergerakan
saham dan nilai tuka global seta berbagai faktor eksternal. Adapun dari sisi
internal, sejumlah langkah antisipasi telah dilakukan, baik ntuk langkah jangka
pendek maupun jangka panjang. Hal yang bisa dilakukan adalah menahan gejolak
agar tdak terlalu keras. Penumpukan cadangan devisa bisa menjadi salah satu
senjata utam. Iklim investasi dan infrastruktur perlu diperbaiki untuk
merangsang aliran investasi asing.
Sementara itu berkaitan dengan adanya
pengaruh eksternal atau global maka terdapat 3 strategi yang perlu dikembangkan
untuk menyikapi penurunan IHSG yaitu:
1.
Trading cepat memanfaatkan rebound IHSG. Kuncinya , ketika IHSG
mengalami penurunan karena pengaruh global selama periode waktu tertentu, maka
penurunannya tidak akan terjaid secara teus menerus melainkan juga akan
diselingi rebound-rebound, kita bisa memanfaatkan rebound terseut untuk trading
saham-saham bluechip. Meski demikian strategi ini memiliki kelemahan yaitu kita
tentu tidak bisa memprediksi kapan persisnya IHSG akan rebound. Jadi jika
timing-nya ternyata meleset, maka anda mungkin tetap harus cut loss jika
ternyata IHSG tetap melanjutkan penurunannya ketika anda sudah terlanjur masuk.
2.
Tetap membeli saham-saham berfundamental bagus. Strategi
berikutnya yakni tetap koleksi saham-saham berfundamental bagus, sementara
untuk saham-saham berfundamental bagus dan valuasinya murah, mereka dalam
jangka pendek mungkin akan ikut terseret turun, tapi mungkin juga mereka tetap
mempu untuk naik atau minimal bertahan di posisinya, dan kalaupun mereka ikut
terseret turun, namun pada akhirnya mereka akan naik lagi dengan cepat, yakni
ketika masa koreksi IHSG berakhir ( IHSG boleh turun sampai beberapa saja,tapi
pada akhirnya dia akan naik lagi).
3.
Just hold your cast and wait, kita juga bsa pilih srategi ini
tentunya sambil terus memperhatikan perkembangan ekonomi di lapangan. Karena
kalau berdasarkan pengalaman, ketika IHSG turun karena penyebab yang jelas
(perkembangan ekonomi global yang tidak mengembirakan), maka penurunan tersebut
tidak akan langsung selesai dalam waktu dekat. Stategi ketiga ini adalah yang
paling aman, tapi sekaligus paling membosankan serta butuh kekuatan. Selainitu
strategi ini tetap saja ada kekurangannya. Bagaimana jika kita ternyata hanya
terlalu pesimis terhadap perkembangan pasar, atau bagaimana jika IHSG ternyata
langsung pulih lagi besok. Karena pada akhirnya, tidak ada seorangpun yang bisa
memprediksi arah pergerakan IHSG maupun saham-saham di dalamnya.
REFRENSI
Media Elektronik
Indonesia Bisa Menahan
Gejolak
11 Juni 2015
JAKARTA,
KOMPAS — Indonesia tidak bisa
menghindar dari gejolak pergerakan saham dan nilai tukar global serta berbagai
faktor eksternal. Hal yang bisa dilakukan adalah menahan gejolak agar tidak
terlalu keras. Penumpukan cadangan devisa bisa menjadi salah satu senjata
utama.
Iklim investasi dan
infrastruktur perlu diperbaiki untuk merangsang aliran investasi asing.
Pasalnya, investasi asing yang sedang mengincar masuk Indonesia kerap kali
terkendala infrastruktur.
Dengan berbagai upaya itu,
Indonesia akan memiliki struktur perekonomian yang kuat, termasuk kepemilikan
cadangan devisa dari investasi asing yang masuk ke Indonesia.
”Perencanaan ekonomi yang
tepat dan terarah sangat penting,” kata Deputy Country Director Bank
Pembangunan Asia Indonesia Edimon Ginting, Rabu (10/6), di Jakarta.
Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal Franky Sibarani berpendapat serupa. Faktor eksternal tidak bisa
dihindari karena terjadi secara global. Adapun dari sisi internal, sejumlah
langkah antisipasi telah dilakukan, baik untuk jangka pendek maupun jangka
panjang.
”Minat investasi tetap
tinggi, tetapi yang terealisasi belum begitu banyak. Oleh karena itu, kami
mengusahakan agar bisa menarik investor dengan promosi langsung ke luar negeri.
Sementara untuk internal sejumlah langkah dilakukan, salah satunya melalui
usulan agar formula kenaikan upah bisa berlaku,” ujar Franky.
Kondisi Indonesia yang
kuat secara fundamental akan mendorong masuknya dana investasi asing yang
memperkuat cadangan devisa. Kondisi cadangan devisa yang kuat akan mendukung
kekuatan nilai tukar, seperti mata uang yuan Tiongkok yang didukung cadangan
devisa Tiongkok yang besar.
Nilai tukar yang kuat
diperlukan karena pelemahan nilai tukar dapat berpotensi mendorong inflasi
akibat impor. Meskipun, pelemahan rupiah bisa meningkatkan ekspor.
Cadangan devisa Indonesia
per 31 Mei 2015 sebesar 110,8 miliar dollar AS. Jumlah itu setara dengan 6,8
bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Ekonom Anton H Gunawan
menyebutkan, merosotnya nilai tukar rupiah sudah diperkirakan karena ada
repatriasi dana keluar negeri, di antaranya untuk membayar dividen. Pelemahan
nilai tukar juga akibat rencana Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed,
menaikkan suku bunga.
Berdasarkan kurs referensi
Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), nilai tukar rupiah kemarin Rp 13.329
per dollar AS. Posisi itu menguat dibandingkan dengan posisi Selasa, yang
mencapai Rp 13.362 per dollar AS.
Faktor Eksternal Masih Mempengaruhi Gerak
IHSG
Dian
Ihsan Siregar • 20 November 2015 08:02 WIB
Perjalanan laju Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) pada hari ini diprediksi akan bergerak menguat di kisaran level
4.500-4.546.
"Sentimen indeks dipengaruhi oleh eksternal. Gerak indeks diperkirakan bergerak menguat sepanjang hari ini," kata Kepala Riset Sinarmas Sekuritas, Jeff Tan dalam risetnya yang diterimaMetrotvnews.com, Jumat (20/11/2015).
"Sentimen indeks dipengaruhi oleh eksternal. Gerak indeks diperkirakan bergerak menguat sepanjang hari ini," kata Kepala Riset Sinarmas Sekuritas, Jeff Tan dalam risetnya yang diterimaMetrotvnews.com, Jumat (20/11/2015).
Dia menyebutkan, sentimen tersebut akan datang dari
Amerika Serikat (AS) yang merilis data initial jobless claims.Oleh
karena itu ada beberapa pertimbangan yang patut dicermati investor dalam
memperhatikan beberapa saham seperti PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), PT
Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT XL Axiata Tbk (EXCL), dan PT Aneka Tambang
(Persero) Tbk (ANTM).
Sekadar informasi, IHSG penutupan perdagangan Kamis, 19 November bergerak datar kendati masih aman berada di jalur hijau. IHSG ditutup menguat 21,03 poin atau setara 0,5 persen ke posisi 4.518. Sementara itu, indeks saham unggulan LQ45 naik tipis 4,69 poin ke 778 dan JII menguat 3,07 poin ke 596.
Volume transaksi perdagangan saham tercatat sebesar 2,9 miliar lembar saham dengan nilai perdagangan sebanyak Rp3,6 triliun. Sebanyak 167 saham menguat, 123 saham melemah, 82 saham stagnan, dan 188 saham tidak ada perdagangan.
Sekadar informasi, IHSG penutupan perdagangan Kamis, 19 November bergerak datar kendati masih aman berada di jalur hijau. IHSG ditutup menguat 21,03 poin atau setara 0,5 persen ke posisi 4.518. Sementara itu, indeks saham unggulan LQ45 naik tipis 4,69 poin ke 778 dan JII menguat 3,07 poin ke 596.
Volume transaksi perdagangan saham tercatat sebesar 2,9 miliar lembar saham dengan nilai perdagangan sebanyak Rp3,6 triliun. Sebanyak 167 saham menguat, 123 saham melemah, 82 saham stagnan, dan 188 saham tidak ada perdagangan.
Sumber lainnya
http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2015/11/20/452587/faktor-eksternal-masih-mempengaruhi-gerak-ihsg
Media Cetak
Belum ada tanggapan untuk "CARA MENYIKAPI PENURUNAN IHSG TERHADAP FAKTOR EKSTERNAL"
Post a Comment