Menurut hukum, pada dasarnya orang yang boleh mengendarai kendaraan seperti
mobil dan motor wajib memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM). Tetapi masih banyak
para murid yang bandel mengendarai kendaraannya tanpa menggunakan SIM.
Bagaimana cara menyiasatinya?
Orangtua pasti akan memberikan yang terbaik buat anaknya. Selama mereka
masih bisa menyanggupi apa saja yang dibutuhkan anaknya, pasti akan dilakukan.
Tapi, bagaimana jika sang anak membutuhkan alat transportasi untuk akses ke
sekolah?
Bermacam alasan orangtua ketika memberikan transportasi pribadi bagi anak pun tertuang. Kendati tak mengizinkan mereka membawa kendaraan ke sekolah karena belum mempunyai surat izin mengemudi (SIM), namun beberapa orangtua terpaksa mengizinkannya.
Salah satu alasan para orangtua mengizinkan karena mereka tidak menyarankan sang anak untuk menggunakan transportasi umum, dengan alasan jarak antara rumah dan sekolah yang berjauhan. Seperti yang dialami Siswa SMA. Dia mengaku jika orangtuanya mengizinkan dia untuk membawa motor dengan usianya yang masih 15 tahun.
"Orangtua mengizinkan saya mengendarai motor ke sekolah, karena mereka sibuk bekerja (dagang). Walaupun orangtua cemas dan takut kenapa-kenapa, enggak ada pilihan lagi untuk akses ke sekolah, bisa-bisa dua kali naik angkot,".
Menurut dia, jika naik angkutan kota alias angkot akan sangat memakan waktu sehingga bisa terlambat sampai ke sekolah. Pengakuan siswa kelas X jurusan IPA 6 ini, dirinya menggunakan angkot ke sekolah akan memakan waktu sekira 30 menit, berbeda dengan naik motor yang hanya butuh waktu 10 menit.
Hal senada juga dikatakan diucapkan Siswi SMKN 38 Jakarta Puput Yuniar. Dirinya memberi alasan membawa motor karena tidak ada yang bisa mengantarjemputnya ke sekolah, sehingga dia harus pergi sekolah sendiri dengan motor tanpa SIM walaupun masih berusia 15 tahun.
"Sebenarnya orangtua enggak mengizinkan saya untuk membawa motor, tapi karena orangtua saya sama-sama sibuk, jadi enggak bisa antar jemput sekolah," ungkapnya.
Puput pun tidak punya pilihan lain selain membawa motor, karena bila dirinya naik angkutan umum malah akan membuat orangtuanya menjadi cemas.
"Orangtua pasti ada kecemasan. Kalau saya naik transportasi umum tidak memungkinkan, karena di Jakarta macet dan padat, pasti terlambat sampai sekolah, kadang orangtua juga ngasih ongkos pas-pasan," katanya.
Berangkat dari sana, Puput sangat berhati-hati jika sedang membawa motor ke sekolah, mengingat baru-baru ini ada tragedi kecelakaan maut di Tol Jagorawi dengan pengendara yang masih di bawah umur.
"Kalau bawa kendaraan, jangan dengan kecepatan yang tinggi, santai saja. Yang penting sampai ( ke tujuan) dan enggak merugikan orang lain,".
Bermacam alasan orangtua ketika memberikan transportasi pribadi bagi anak pun tertuang. Kendati tak mengizinkan mereka membawa kendaraan ke sekolah karena belum mempunyai surat izin mengemudi (SIM), namun beberapa orangtua terpaksa mengizinkannya.
Salah satu alasan para orangtua mengizinkan karena mereka tidak menyarankan sang anak untuk menggunakan transportasi umum, dengan alasan jarak antara rumah dan sekolah yang berjauhan. Seperti yang dialami Siswa SMA. Dia mengaku jika orangtuanya mengizinkan dia untuk membawa motor dengan usianya yang masih 15 tahun.
"Orangtua mengizinkan saya mengendarai motor ke sekolah, karena mereka sibuk bekerja (dagang). Walaupun orangtua cemas dan takut kenapa-kenapa, enggak ada pilihan lagi untuk akses ke sekolah, bisa-bisa dua kali naik angkot,".
Menurut dia, jika naik angkutan kota alias angkot akan sangat memakan waktu sehingga bisa terlambat sampai ke sekolah. Pengakuan siswa kelas X jurusan IPA 6 ini, dirinya menggunakan angkot ke sekolah akan memakan waktu sekira 30 menit, berbeda dengan naik motor yang hanya butuh waktu 10 menit.
Hal senada juga dikatakan diucapkan Siswi SMKN 38 Jakarta Puput Yuniar. Dirinya memberi alasan membawa motor karena tidak ada yang bisa mengantarjemputnya ke sekolah, sehingga dia harus pergi sekolah sendiri dengan motor tanpa SIM walaupun masih berusia 15 tahun.
"Sebenarnya orangtua enggak mengizinkan saya untuk membawa motor, tapi karena orangtua saya sama-sama sibuk, jadi enggak bisa antar jemput sekolah," ungkapnya.
Puput pun tidak punya pilihan lain selain membawa motor, karena bila dirinya naik angkutan umum malah akan membuat orangtuanya menjadi cemas.
"Orangtua pasti ada kecemasan. Kalau saya naik transportasi umum tidak memungkinkan, karena di Jakarta macet dan padat, pasti terlambat sampai sekolah, kadang orangtua juga ngasih ongkos pas-pasan," katanya.
Berangkat dari sana, Puput sangat berhati-hati jika sedang membawa motor ke sekolah, mengingat baru-baru ini ada tragedi kecelakaan maut di Tol Jagorawi dengan pengendara yang masih di bawah umur.
"Kalau bawa kendaraan, jangan dengan kecepatan yang tinggi, santai saja. Yang penting sampai ( ke tujuan) dan enggak merugikan orang lain,".
Belum ada tanggapan untuk "Contoh Essai Bahasa Indonesia Alasan Mengendarai Motor ke sekolah"
Post a Comment