Untuk teman-teman yang lagi mencari jawaban atau materi tentang hubungan catur warna dengan catur asrama, silakan baca di blog ini, ada juga materi yang lainnya
tentunya yang sahabat butuhkan dalam mengerjakan tugas sekolah.
Semoga bermanfaat... :)
Semoga bermanfaat... :)
I.
Pengertian
Catur Warna
Ø
Menurut
Loka Drsta adalah pandangan-pandangan masyarakat yang telah dituangkan dalam
beberapa literature yang menguraikan ajaran-ajaran Agama hindu.
Ø
Catur
Warna adalah empat jenjang kehidupan,yaitu Brahman, Ksatrya, Waisya, dan Sudra.
Jadi
Catur Warna adalah penggolongan masyarakat menjadi empat berdasarkan tugas dan
aktivitasnya dalam masyarakat dan hal ini tidaklah bersifat turun-temurun .
Setiap orang dapat menduduki jabatan atau kedudukan asalkan memiliki kemampuan,
keahlian,keadaan, dan kondisinya mengizinkan untuk itu tergantung pada
karmanya. Catur Warna itu disebutkan dengan istilah Varna Vyavastha yang
diartikan dengan organisasi warna. Varna Vyavastha itu adalah suatu kelompok masyarakat yang
memiliki hubungan dengan latar belakang karma dan guna serta perwatakan.
Bagian-bagian
Catur Warna
I.
Brahamana
Warna adalah individu atau golongan masyarakat yang berkecimpung dalam bidang
kerohanian. Keberadaan golongan ini tidak berdasarkan atas keturunan , melainkan karena ia mendapatkan
kepercayaan dan memiliki kemampuan untuk
menjalankan tugas itu. Seseorang disebut Brahmana karena ia memiliki kelebihan
dalam bidang kerohanian.
II.
Ksatrya
Warna ialah individu atau golongan masyarakat yang memiliki keahlian dalam
memimpin bangsa dan negara. Keberadaan golongan ini tidak berdasarkan atas
keturunan, melainkan karena ia mendapatkan kepercayaan dan memiliki kemampuan
untuk menjalankan tugas itu. Seseorang
disebut ksatrya karena ia memiliki kelebihan dalam bidang kepemimpinan.
III.
Wesya
Warna ialah individu atau golongan masyarakat yang memiliki keahlian di bidang
pertanian dan perdagangan. Keberadaan golongan ini tidak berdasarkan atas
keturunan, melainkan karena ia mendapatkan kepercayaan dan memiliki kemampuan
untuk menjalankan tugas-tugas uttuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Seseorang disebut wesya karena ia memiliki kelebihan dalam bidang pertanian dan
perdagangan.
IV.
Sudra
Warna ialah individu atau golongan
masyarakat yang memiliki keahlian di bidang pelayanan atau membantu.
Keberadaan golongan ini tidak berdasarkan atas keturunan, melainkan karena ia
memiliki kemampuan tenaga yang kuat dan mendapatkan kepercayaan untuk
menjalankan tugas-tugas untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat . Seseorang disebut sudra karena ia memiliki
kelebihan dalam bidang pelayanan
II.
Pengertian
catur Asrama
Catur Asrama berasal
dari bahasa sanskertha , yaitu dari kata Catur dan Asrama. Catur berati empat
dan Asrama berarti tempat atau lapangan kerohanian. Kata Asrama sering juga dikaitkan dengan jenjang
kehidupan. Jenjang kehidupan itu berdasqarkan atats tatanan
rohani,waktu,umur,dan sifat prilaku manusia. Susunan tatanan itu berhubungan
dengan perkembangan rohani seseorang. Perkembangan rohani berproses mulai dari
bayi,muda,dewasa,tua,dan mekar.Jadi catur Asrama berarti empat jenjang
kehidupan yang berlandaskan petunjuk kerohanian Hindu.
Bagian-
bagian Catur Asrama
1.
Brahmacari
Asrama
Brahmacari Asrama
adalah asrama pertama dari catur Asrama. Oleh karena itu,sering juga Asrama
pertama ini ditulis dengan kata Beahmacari Asrama. Tatanan hidup rohani setiap
umat selama dalam batas umur Brahmacari ialah menuntut ilmu Pengetahuan.
Mengisi diri menuju kedewasaan rohani supaya kedewasaan rohani dengn kedewasaan
jasmani berkembang sejalan dan seimbang.
Bila hal ini terwujud dalam diri manusia maka orang itu akan menunjukkan
tanggung jawab. Artinya ,setiap apa yang dikerjakan atau diperbuatnya harus disertai dengan sikap
pertanggungjawaban. Hal ini merupakan sikap mental yang dewasa. Disaat
seseorang berada pada lintasan umur brahmacari, hatinya mesti lebih terdorong
untuk mengisi diri dan bertekad bulat menuntut ilmu sebanyak-banyaknya sesuai
dengan slogan “ Masa muda adalah masa belajar dan berjuang”.
Mengingat
adanya pendidikan seumur hidup dan dalam kaitannya dengan prilaku seksual. Maka
ajaran brahmacari juga mengalami perkembangan dengan demikian, maka dikenal
dengan istilah:
- Sukla Brahmacari yakni tidak kawin sampai akhir hayat dikadung badan.
- Sewala Brahmacari Asrama adalah hanyalah melakukan perkawinan sekali saja dalam batas kehidupannya.
- Krsna Brahmacari Asrama adalah ddiberikan kelonggaran yang lebih terkait dengan masa grhasta. Tetapi tetap berwawasan dengan adanya hukum alami. Kelonggaran tersebut adalah seseorang diizinkan kawin lebih dari satu kali dalam batas maksimal 4 kali.
2.
Grehastha
Asrama
Grehastha
Asrama adalah jenis dan jenjang kedua dari catur Asrama Grehastha Asrama
artinya, masa hidup untuk membangun rumah tangga . Bagi orang yang belum siap
untuk hidup berumah tangga memandang membangun rumah tangga itu cukup berat.
Maka dari itu, tidak jarang mereka takut kawin walaupun dilihat dari segi umur
sudah pantas untuk itu.
3.
Wanaprastha
Asrama
Wanaprastha merupakan
jenjang ketiga dari catur Asrama atau sering juga disebut Wanaprastha Asrama.
Warna hidup umjat dalam masa ini agak berbeda dengan pada masa Grehasta
Asrama. Dalam Grehasta Asrama seseorang
giat bekerja, mengabdi untuk mendapatkan bekal hidup baik yang bersifat rohani
dan lebih-lebih tangga yang bersifat Artha tetapi dalam tingkatan Wanaprastha
Asrama perlahan-lahan seseorang itu mulai mengasingkan diri dari kesibukan
duniawi. Hal itu disebabkan karena tanggung jawab rumah tangga dan
kewajiban-kewajiban selaku anggota masyarakat sudah diambil alih oleh anak
cucunya.
4.
Bhiksuka
Asrama
Jenjang terakhir dari
catur Asrama disebut Bhiksuka, sering juga disebut Sanyasin atau Bhiksuka
Asrama atau Sanyasin Asrama. Dapat dikatakan warna hidup dalam jenjang
wanaprastha. Prilaku seeseorang pada masa bhiksuka mengalami peningkatan lebih
lanjut terkait dengan mengurangi kegiatan sosial keduniawian. Hal ini sudah
terbiasa dan sering diloakukan oleh para
pengikut fase bhiksuka. Sehingga dalam jenjang Bhiksuka, melepaskan segala
kegiatan dan ikatan keduniawian secara tuntas sudah menjadi kewajibanya.
Tidaklah berlebihan bila seolah-olah jenjang hidup Bhiksuka dijadikan sebagai
persiapan lepas landas dari program hidup manusia menuju akhirat. Dengan kata
lain menyiapkan diri agar nanti sang hyang Atma dalam suatu saat tertentu dapat
bersatu dengan Sang Hyang Parama Atma.
Bila kita perhatikan skema tersebut di atas nampak
dengan jelas bahwa antara Catur Warna
dengan Catur Asram memiliki hubungan secara vertikal dan horizontal. Secara Vertikal hubungan di antara
warna yang satu dengan warna yang lainnya adalah bersifat berstruktur. Artinya,
bahwa setelah seseorrang matang sebagai Brahmana (ahli dengan berbagai macam
jenis ilmu pengetahuan), bila menjadi pemimpin tampil seorang “Ksatrya” untuk
mengatur bangsa dan negara ini guna mewujudkan kesuburan dan kesejahteraan
masyarakatnya “Wesya” dan akhirnya merasa terpanggil dengan kewajibannya membantu umat “ Sudra”. Atau sebaliknya, dengan,
dengan penuh pengabdian “ Sudra warna”
membantu mewujudkan kesejahteraan “ wesya”, menjaga kestabilan bangsa dan
negara “ Ksatrya’ dan membantu umat menciptakan keteduhan hidup “ brahmana”.
Dan akhirnya tercipta dan terwujudlah suasana
bangsa dan negara yang benar-benar kondusif.
Demikian
juaga dengan Catur Asrama, seseorang hendaknya sejak dini belajar mendalami
berbagai macam ilmu pengetahuan secara baik dan benar “ Brahmacari Asrama’
setelah dipandang cukup dilanjutkan dengan belajar membangun rumah tangga
“Grehastha Asrama” yang kokoh dan utuh. Selanjutny tatkala masa berumah tangga
dipandang cukup, dilanjutkan lagi dengan mendalami ilmu pengetahuan dengan
mengasingkan diri dari keramaian duniawi “Wanaprasatha Asram” membangun bangsa
dan negara guna mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan “Jagadhita dan Moksa”.
Atau
juga sebaliknya mulai dengan mengabdikan diri mengajarkan berbagai macam
keahliaan “Bhiksuka” di masyarakat lalu menge,bara ke berbagai daerah untuk
mendalami dan mengamalkan pengetahuan dan pengalaman “Wanaprasatha”. Setelah dipandang cukup
pengabdiannya dimasyarakt baru membangun rumah tangga “Grehastha” dan akhirnya membangun dan
mengembangkan pengasrama atau pendidikan guna meningkatkan kecerdasaan bangsa
dan negara “Brahmacari”. Dengan demikian, apa yang menjadi tujuan umat di
bidang agama, bangsa, dan negara dengan sendirinya akan mudah terwujud? Hal
ini, nampaknya tidak sebudah membalikan telapak tangan , tentu penuh dengan
liku-liku perjuangan, tantangan,
hambatan, dan permasalahan yang menghadang, siapakah kita.
Secara Horizontal hubungan Catur Warna dengan Catur Asrama
dapat dijabarkan sebagai berikut. Berawal dari fase Brahmana Warna dengan
Brahmacari Asrama. Kedua fase ini sama-sama bergerak di bidang pendidikan dan
pembelajaran. Seseoarang hendaknya dengan tekun mempelajari dan mendalami
berbagai macam ilmu pengetahuan dengan pantangan-pantanganya (Brahmacari
Asrama) hingga yang bersangkutan mampu menguasai dan ahli dalam berbagai cabang
ilmu pengetahuan atau weda. Setelah berbagai macam ilmu pengetahuan yang
dipelajarinya dipandang sempurna,baru melanjutkan untuk membangun rumah tangga
baru “ Grehasta Asrama”. Di tengah-tengah membangun rumah tangga baru ini,seseorang akan dihadapkan dengan
berbagai macam kewajiban . Inilah tahap awal seseorang dihadapkan dengan
belajar menjadi pemimpin “Ksatrya”.
Kekurangan atau kelebihan dalam
mewujudkan kesempurnaa hidup sebagai pemimpin dan dalam membangun rumah
tangga perlu mendapatkan pengalaman baru dengan belajar kembali melalui
pengasingan diri “Wanaprasatha Asrama” guna mewujudkan meningkatnya
kesejahteraan dan kebahagiaan diri sendiri,keluarga,masyarakat, bangsa,dan
negara (wesya warna)
Belum ada tanggapan untuk "Hubungan Catur Warna dengan Catur Asrama"
Post a Comment