BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
kehidupan sehari – hari kita sering bahkan selalu menggunakan bahan – bahan
kimia, seperti sabun, minyak wangi, pasta gigi, dan lain – lain. Bahan- bahan
kimia tersebut tidak dalam bentuk padatan maupun larutan, tetapi dalam bentuk
antara padatan dan larutan yaitu disebut koloid.
Sistem koloid perlu kita pelajarin karena berkaitan erat dengan hidup dan
kehidupan kita sehari – hari. Cairan tubuh, seperti adalah sistem koloid; bahan
makanan, seperti susu, keju, nasi dan roti adalah sistem koloid; cat, berbagai
jenis obat, bahan kosmetik, tanah pertanian juga merupakan sistem koloid
Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran dua atau lebih
zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup
besar (1 - 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel
terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya;
sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki
oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh
campuran biasa (suspensi).
Koloid
mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo, serta awan merupakan contoh-contoh koloid yang dpat
dijumpai sehari-hari. Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimia industri karena kepentingannya.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan sistem koloid ?
2.
Jelaskan
macam – macam sistem koloid ?
3.
Bagaimana
sifat – sifat koloid ?
4.
Bagaimana
proses pembuatan sistem koloid ?
5.
Apa
saja komponen sistem koloid, bentuk partikel dan kegunaannya dalam kehidupan
sehari – hari ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.
Agar
pembaca dapat mengetahui sistem koloid.
2.
Agar
pembaca mengetahui macam – macam sistem koloid.
3.
Agar
pembaca mengetahui sifat – sifat koloid.
4.
Agar
pembaca mengetahui proses pembuatan sistem koloid.
5.
Agar
pembaca mengetahui komponen sistem koloid, bentuk partikel dan kegunaannya
dalam kehidupan sehari – hari.
1.4 Manfaat Penulisan
1.
Pembaca
dapat mengetahui sistem koloid.
2.
Pembaca
mengetahui macam – macam sistem koloid.
3.
Pembaca
mengetahui sifat – sifat koloid.
4.
Pembaca
mengetahui proses pembuatan sistem koloid.
5.
pembaca
mengetahui komponen sistem koloid, bentuk partikel dan kegunaannya dalam
kehidupan sehari – hari
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Sejarah sistem Koloid
Pada tahun 1861, Thomas Graham,
seorang ahli kimia bangsa Inggris melakukan percobaan untuk menguji perbedaan
kemampuan aliran zat terlarut dengan menggunakan kantong perkamen, air, kristal
gula, lem perekat, dan tepung kanji. Mula – mula gula, lem perekat, dan tepung
kanji masing – masing dilarutkan ke dalam air. Kemudian larutannya dimasukkan
ke dalam kantong perkamen, ditutup rapat dan direndam dalam air.
Dari percobaan tersebut ternyata
molekul gula memiliki kemampuan untuk merembes keluar menembus pori – pori
perkamen sehingga keluar dari kantong. Akan tetapi partikel kanji tidak dapat
keluar dari kantong. Zat lain yang dicobakan oleh Thomas Graham adalah zat
perekat dengan percobaan yang sama. Ternyata zat perekat tersebut sifatnya sama
dengan sifat kanji, yaitu tidak mampu menembus membran perkamen.
Berdasarkan hasil percobaan
tersebut, Graham memberikan gagasan sebagai berikut.
1. Molekul
gula dapat lolos dari membran perkamen, sedangkan kanji dan perekat tidak dapat
lolos dari membran perkamen. Hal ini dimungkinkan karena ada perbedaan diameter
molekul antara molekul kanji dengan molekul gula. Molekul kanji mempunyai
diameter lebih besar dari diameter molekul gula.
2. Larutan
gula yang berasal dari kristal gula dan semacamnya disebut larutan yang
berdifusi cepat atau kristaloid, sedangkan zat perekat, kanji, dan susu,
atau semacamnya yang bersifat lekat dan kental disebut koloid.
Pada perkembangan selanjutnya, penggolongan zat menjadi
koloid dan kristaloid tidak dapat dipertahankan karena banyak koloid dapat
dikristalkan dan kristaloid dapat dibuat koloid.
Pada tahun 1907, Ostwald
mengemukakan istilah system terdispersi dan medium pendispersi.
System koloid terdiri dari fase terdispersi dengan ukuran tertentu dalam medium
pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi,
sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut medium
pendispersi. Analogi dalam larutan, fase terdispersi adalah zat terlarut
sedangkan medium pendispersi adalah zat pelarut. Pada contoh campuran susu dan
air, fase terdispersi adalah partikel susu dan medium pendispersinya adalah
air.
Seorang kimiawan Jerman bernama
Richard Zsigmondy, pada tahun 1912 mendesain mikroskop ultra untuk mengamati
partikel – partikel terlarut termasuk partikel koloid. Dari pengamatannya
tersebut ternyata partikel koloid mempunyai diameter molekul 10 cm - 10 cm. Mengapa harus menggunakan
mikroskop ultra? Karena hanya partikel yang ukuran diameternya lebih besar dari
10cm yang dapat dilihat dengan mikroskop
biasa.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian sistem Koloid
Sistem koloid adalah suatu bentuk
campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar).
Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dari sifat larutan
atau suspensi. Keadaan koloid bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat,
baik padat, cair, maupun gas, dapat dibuat dalam keadaan koloid
Sistem koloid (selanjutnya
disingkat "koloid" saja) merupakan suatu bentuk campuran (sistem
dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun
memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100
nm), sehingga terkena efek
Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak
terpengaruh oleh gaya gravitasiatau gaya lain yang dikenakan
kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga
dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh
campuran biasa (suspensi).
Koloid mudah dijumpai di
mana-mana: susu, agar-agar,tinta, sampo,
serta awan merupakan
contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai sehari-hari. Sitoplasma dalam sel juga
merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi
kajian tersendiri dalam kimia industri karena kepentingannya.
Di dalam koloid secara umum, ada 2
zat sebagai berikut :
- Zat terdispersi, yakni zat yang terlarut di dalam larutan koloid
- Zat Pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan koloid
Berdasarkan fase terdispersi maupun
fase pendispersi suatu koloid dibagi sebagai
berikut :
Fase
Terdispersi
|
Fase
Pendispersi
|
Nama
Koloid
|
Contoh
|
Gas
|
Cair
|
Busa
|
Buih, sabun, ombak, krim kocok,
|
Gas
|
Padat
|
Busa padat
|
Batu apung, busa jok
|
Cair
|
Gas
|
Aerosol cair
|
Obat seprot, kabut, hair spray di
udara, awan
|
Cair
|
Cair
|
Emulsi
Cair
|
Air
santan, air susu, mayones
|
Cair
|
Padat
|
Emulsi
Padat
|
Mentega,
jeli, keju, agar – agar
|
Padat
|
Gas
|
Aerosol
Padat
|
Debu
di udara, gas knalpot, asap
|
Padat
|
Cair
|
Sol
|
Cat,
tinta, lotion
|
Padat
|
Padat
|
Sol
Padat
|
Tanah,
kaca, lumpur, baja, perunggu
|
3.2 Macam – macam sistem koloid
Koloid
memiliki bentuk bermacam-macam, tergantung darifase zat
pendispersi dan zat terdispersinya. Beberapa jenis koloid:
Aerosol
yang memiliki zat pendispersi berupa gas. Aerosol yang memiliki zat
terdispersi cair disebut aerosol cair (contoh: kabut dan awan) sedangkan yang
memiliki zat terdispersi padat disebut aerosol padat (contoh: asap dan debu
dalam udara).
Sistem
koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: Air
sungai, sol sabun, sol detergen dan tinta).
No.
|
Hidrofob
|
Hidrofil
|
A
|
Tidak menarik molekul air tetapi
mengadsorbsi ion
|
Menarik molekul air hingga
menyelubungi partikel – partikel terdispersi
|
B
|
Tidak reversible, apabila
mengalami koagulasi sukar menjadi sol lagi
|
Reversibel, bila mengalami
koagulasi akan dapat membentuk sol lagi jika ditambah medium pendispersinya
|
C
|
Biasanyaterdiri atas zat anorganik
|
Biasanya terdiri atas zat organic
|
D
|
Kekentyalannya rendah
|
Kekentalannya tinggi
|
E
|
Gerak Brown terlihat jelas
|
Gerak Brown tidak jelas
|
F
|
Mudah dikoagulasikan oleh
elektrolit
|
Sukar dikoagulasikan oleh
elektrolit
|
G
|
Umumnya dibuat dengan cara
kondensasi
|
Umumnya dibuat dengan cara
disperse
|
H
|
Efek tyndall jelas
|
Efek tyndall kurang jelas
|
I
|
Contoh : Sol logam, sol belerang,
sol Fe(OH)3, sol As2S3, sol sulfide
|
Contoh : Sol kanji, sol protein,
sol sabun, sol gelatin
|
·
Emulsi
Emulsi adalah sistem koloid dimana zat terdispersi dan pendispersi
adalah zat cair yang tidak dapat bercampur. Misalnya : Emulsi minyak dalam air:
santan, susu, lateks, minyak ikan. Emulsi air dalam minyak: mentega, minyak
rambut, minyak bumi
Untuk membentuk emulsi digunakan zat pengemulsi atau emulgator
yaitu zat yang dapat tertarik oleh kedua zat cair tersebut.
Contoh : sabun uuntuk
mengemulsikan minyak dan air kasein sebagai emulgator pada susu
·
Buih
Sistem
Koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: pada pengolahan bijih
logam, alat pemadam kebakaran, kosmetik dan lainnya).
·
Buih
Cair (Buih)
Buih
cair adalah sistem koloid dengan fase terdisperasi gas dan dengan medium
pendisperasi zat cair. Fase terdisperasi gas pada umumnya berupa udara atao
karbondioksida yang terbetuk dari fermentasi. Kestabilan buih dapat diperoleh
dari adanya zat pembuih (surfaktan). Zat ini teradsorbsi ke daerah antar-fase
dan mengikat gelembung-gelembung gas sehingga diperoleh suatu kestabilan.
Ukuran
kolid buih bukanlah ukuran gelembung gas seperti pada sistem kolid umumnya,
tetapi adalah ketebalan film (lapisan tipis) pada daerah antar-fase dimana zat
pembuih teradsorbsi, ukuran kolid berkisar 0,0000010 cm. Buih cair memiliki
struktur yang tidak beraturan. Strukturnya ditentukan oleh kandungan zat
cairnya, bukan oleh komposisi kimia atau ukuran buih rata-rata. Jika fraksi zat
cair lebih dari 5%, gelembung gas akan mempunyai bentuk hamper seperti bola.
Jika kurang dari 5%, maka bentuk gelembung gas adalah polihedral.
Beberapa sifat buih cair yang
penting:
Ø Struktur buih cair dapat berubah
dengan waktu, karena: pemisahan medium pendispersi (zat cair) atau drainase,
karena kerapatan gas dan zat cair yang jauh berbeda,
Ø terjadinya difusi gelembung gas yang
kecil ke gelembung gas yang besar akibat tegangan permukaan, sehingga ukuran
gelembung gas menjadi lebih besar, rusaknya film antara dua gelembung gas.
Ø Struktur buih cair dapat berubah
jika diberi gaya dari luar. Bila gaya yang diberikan kecil, maka struktur buih
akan kembali ke bentuk awal setelah gaya tersebut ditiadakan. Jika gaya yang
diberikan cukup besar, maka akan terjadi deformasi.
Contoh buih cair:
Ø Buih hasil kocokan putih telur
Karena
audara di sekitar putih telur akan teraduk dan menggunakan zat pembuih, yaitu
protein dan glikoprotein yang berasal dari putih telur itu sendiri
untukmembentuk buih yang relative stabil. Sehingga putih telur yang dikocok
akan mengembang.
Ø Buih hasil akibat pemadam kebakaran
Alat
pemadam kebakaran mengandung campuran air, natrium bikarbonat, aluminium
sulfat, serta suatu zat pembuih. Karbondioksida yang dilepas akan membentuk
buih dengan bamtuam zat pembuih tersebut.
·
Buih
Padat
Buih
padat adalah sistem kolid dengan fase terdisperasi gas dan denganmedium
pendisperasi zat padat. Kestabilan buih ini dapat diperoleh dari zat pembuih
juga (surfaktan). Contoh-contoh buih padat yang mungkin kita ketahui:
Ø Roti
Proses
peragian yang melepas gas karbondioksida terlibat dalam proses pembuatan roti.
Zat pembuih protein gluten dari tepung kemudian akan membentuk lapisan tipis
mengelilimgi gelembung-gelembung karbondioksida untuk membentuk buih padat.
Ø Batu Apung
Dari proses solidifikasi gelas
vulkanik, maka terbentuklah batu apung
Ø Styrofoam
Styrofoam
memiliki fase terdisperasi karbondioksida dan udara, serta medium pendisperasi
polistirena.
Ø Gel
Gel merupakan sistem koloid kaku
atau setengah padat dan setengah cair. (Contoh: agar-agar, Lem).
3.3
Sifat – sifat Koloid
- Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah
gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal
ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini
ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893),
seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek
tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat
larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan
menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan.
hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel
yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada
larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang
terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
- Gerak Brown
Gerak Brown ialah
gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak
menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop
ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak
membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown.
Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat
bersifat acak seperti pada zat cair dan gas( dinamakan gerak brown), sedangkan
pada zat padat hanya beroszillasi di tempat ( tidak termasuk
gerak brown ). Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas,
pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan
partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala
arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi
cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang
menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau
gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel
koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi. Demikian pula, semakin besar
ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini
menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan
dalam campuran heterogen zat cair dengan zat padat (suspensi). Gerak Brown juga
dipengaruhi oleh suhu. Semakin
tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki
partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari
partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya,
semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
- Muatan Listrik pada Partikel – partikel Koloid
Ø Adsorpsi
Adsorpsi ialah
peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan
partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel.
(Catatan : Adsorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan
yang terjadi di dalam suatu partikel).
Sifat adsorbs digunakan dalam proses
:
- Pemutihan gula tebu
- Norit
- Penjernih air
Contoh :
ü koloid antara obat diare dan cairan
dalam usus yang akan menyerap kuman penyebab diare.
ü Koloid Fe(OH)3 akan
mengadsorbsi ion H+ sehingga menjadi bermuatan +. Adanya muatan
senama maka koloid Fe(OH), akan tolak-menolak sesamanya sehingga
partikel-partikel koloid tidak akan saling menggerombol.
ü Koloid As2S3 akan
mengadsorbsi ion OH- dalam larutan sehingga akan
bermuatan - dan tolak-menolak dengan sesamanya, maka koloid As2S3 tidak
akan menggerombol.
Ø Muatan
Koloid dan Elekroforesis
Koloid ditentukan oleh muatan ion terserap
permukaan koloid Elekroforesi adalah gerakan partikel koloid karena pengaruh
medan listrik. Karena partikel koloid mempunyai muatan maka dapat bergerak
dalam medan listrik. Jika ke dalam koloid dimasukkan arus searah melalui
elektroda, maka koloid bermuatan positif akan bergerak menuju elektroda negatif
dan sesampai di elektroda negatif akan terjadi penetralan muatan dan koloid
akan menggumpal (koagulasi)
Contoh :
Cerobong pabrik yang dipasangi lempeng logam yang brmuatan listrik dengan
tujuan untuk menggumpalkan debunya.
Ø Koagulasi koloid
Koagulasi
adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya
koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat
terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara
kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.Koagulasi
koloid merupakan penggumpalan koloid karena elektrolit yang muatannya
berlawanan.
Contoh:
kotoran pada air yang digumpalkan oleh tawas sehingga air menjadi jernih
Faktor – faktor yang menyebabkan
koagulasi :
ü Perubahan suhu.
ü Pengadukan.
ü Penambahan ion dengan muatan besar
(contoh: tawas).
ü Pencampuran koloid positif dan
koloid negatif.
Koloid akan mengalami koagulasi
dengan cara:
Ø Mekanik
Cara mekanik dilakukan dengan
pemanasan, pendinginan atau pengadukan cepat.
Ø Kimia
Dengan penambahan elektrolit (asam,
basa, atau garam).
Contoh:
Ø susu + sirup
masam —> menggumpal
Ø lumpur +
tawas —> menggumpal
Dengan mencampurkan 2 macam koloid
dengan muatan yang berlawanan.
Contoh:
Fe(OH)3 yang bermuatan positif akan menggumpal jika dicampur As2S3 yang
bermuatan negatif.
- Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Berdasarkan sifat adsorpsi dari
partikel koloid terhadap medium pendispersinya, kita mengenal dua macam koloid
:
Koloid liofil yaitu koloid yang ”senang cairan” (bahasa Yunani : liyo = cairan; philia = senang). Partikel koloid akan mengadsorpsi molekul cairan, sehingga terbentuk selubung di sekeliling partikel koloid itu. Contoh koloid liofil adalah kanji, protein, dan agar-agar.
Koloid liofob yaitu koloid yang ”benci cairan” (phobia = benci). Partikel koloid tidak mengadsorpsi molekul cairan. Contoh koloid liofob adalah sol sulfida dan sol logam.
Koloid liofil yaitu koloid yang ”senang cairan” (bahasa Yunani : liyo = cairan; philia = senang). Partikel koloid akan mengadsorpsi molekul cairan, sehingga terbentuk selubung di sekeliling partikel koloid itu. Contoh koloid liofil adalah kanji, protein, dan agar-agar.
Koloid liofob yaitu koloid yang ”benci cairan” (phobia = benci). Partikel koloid tidak mengadsorpsi molekul cairan. Contoh koloid liofob adalah sol sulfida dan sol logam.
Ciri – cirinya:
Ø Sol Liofil
- Dapat dibuat langsung dengan mencampurkan fase terdispersi dengan medium terdispersinya
- Mempunyai muatan yang kecil atau tidak bermuatan
- Partikel-partikel sol liofil mengadsorpsi medium pendispersinya. Terdapat proses solvasi/ hidrasi, yaitu terbentuknya lapisan medium pendispersi yang teradsorpsi di sekeliling partikel sehingga menyebabkan partikel sol liofil tidak saling bergabung
- Viskositas sol liofil > viskositas medium pendispersi
- Tidak mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit
- Reversibel, artinya fase terdispersi sol liofil dapat dipisahkan dengan koagulasi, kemudian dapat diubah kembali menjadi sol dengan penambahan medium pendispersinya.
- Memberikan efek Tyndall yang lemah
- Dapat bermigrasi ke anode, katode, atau tidak bermigrasi sama sekali
Ø Sol Liofob
- Tidak dapat dibuat hanya dengan mencampur fase terdispersi dan medium pendisperinya
- Memiliki muatan positif atau negative
- Partikel-partikel sol liofob tidak mengadsorpsi medium pendispersinya. Muatan partikel diperoleh dari adsorpsi partikel-partikel ion yang bermuatan listrik
- Viskositas sol hidrofob hampir sama dengan viskositas medium pendispersi
- Mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit karena mempunyai muatan
- Irreversibel artinya sol liofob yang telah menggumpal tidak dapat diubah menjadi sol
- Memberikan efek Tyndall yang jelas
- Akan bergerak ke anode atau katode, tergantung jenis muatan partikel
Ø Koloid Liofil
Koloid Liofil adalah koloid yang mengadsorbsi cairan,
sehingga terbentuk selubung disekeliling koloid.
Contoh : agar – agar
Ø Koloid Liofob
Koloid Liofob adalah kolid yang tidak mengadsorbsi cairan.
Agar muatan koloid stabil, cairan pendispersi harus bebas dari elektrolit
dengan cara dialisis, yakni pemurnian medium pendispersi dari elektrolit.
- Koloid dalam Penjernihan Air
Ø Pengambilan Endapan Pengotor
Gas atau udara yang dialirkan ke
dalam suatu proses industri seringkali mangandung zat-zat pengotor berupa
partikel-partikel koloid. Untukmemisahkan pengotor ini, digunakan alat
pengendap elektrostatik yang pelat logamnya yang bermuatan akan digunakan untuk
menarik partikel-partikel koloid.
Ø Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini
mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel
lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak
untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat
dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+
yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid
Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi:
Al3+ +
3H2O Al(OH)3 + 3H+
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif
dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur.
Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena
pengaruh gravitasi.
Ø Pemurnian koloid
Untuk memurnikan koloid yaitu menghilangkan
ion-ion yang mengganggu kestabilan koloid, dapat dilakukan cara dialysis.
Koloid yang akan dimurnika dimasukkan ke kantong yang terbuat dari selaput
semipermeabel yaitu selaput yang hanya dapat dilewati partikel ion saja dan
tidak dapat dilewati molekul koloid.
Contoh:
kertas perkamen, selopan atau kolodion.
Kantong
koloid dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir, maka ion-ion dalam
koloid akan keluar dari kantong dan keluar dari bejana dan koloid tertinggal
dalam kantong. Proses dialisis akan di percepat jika di dalam bejana diberikan
arus listrik yang disebut elektro dialisis.
Proses
pemisahan kotoran hasil metabolisme dari darah oleh ginjal termasuk proses
dialisis. Maka apabila seseorang menderita gagal ginjal, orangtersebut harus
menjalani “cuci darah” dengan mesin dialisator di rumah sakit. Koloid juga
dapat dimurnikan dengan penyaring ultra.
3.4
Bagaimana proses Pembuatan Sistem Koloid
v Cara Kondensasi
Pembuatan
sistem koloid dengan cara kondensasi dilakukan dengan cara penggumpalan
partikel yang sangat kecil. Penggumpalan partikel ini dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
Ø Reaksi
Pengendapan
Pembuatan
sistem koloid dengan cara ini dilakukan dengan mencampurkan larutan elektrolit
sehingga menghasilkan endapat.
Contoh : AgNO3 + NaCl
—>AgCl(s) + NaNO3
Ø Reaksi Hidrolisis
Reaksi
hidrolisi adalah reaksi suatu zat dengan air. Sistem koloid dapat dibuat dengan
mereaksikan suatu zat dengan air.
Contoh : AlCl3 +H2O —> Al(OH)3(s)
+ HCl
Ø Reaksi Redoks
Pembuatan koloid dapat terbentuk
dari hasil reaksi redoks.
Contoh : Pada larutan emas
Reaksi : AuCl3 + HCOH —> Au + HCl + HCOOH
Reaksi : Emas Formaldehid
Ø Pergeseran
Contoh : Pembuatan sol As2S3 dengan
cara mengalirkan gas H2S ke dalam larutan H3AsO3
encer pada suhu tertentu.
Reaksi : 2
H3AsO3 + 3 H2S —> 6 H2O
+ As2S3
Ø Reaksi Pergantian Pelarut
Contoh : Pembuatan gel kalsium asetat dengan cara
menambahkan alkohol 96% ke dalam larutan kalsium asetat jenuh.
v Cara
Dispersi
Pembuatan
sistem koloid dengan cara disperse dilakukan dengan memperkecil partikel
suspense yang terlalu besar menjadi partikel koloid, pemecahan partikel –
partikel kasar menjadi koloid.
Ø Cara Mekanik
Ukuran
partikel suspensi diperkecil dengan cara penggilingan zat padat, dengan
menghaluskan butiran besar kemudian diaduk dalam medium pendisper.
Contoh : Gumpalan tawas digiling,
dicampurkan ke dalam air akan membentuk koloid dengan kotoran air
Membuat tinta dengan menghaluskan
karbon pada penggiling koloid kemudian didispersikan air.
Membuat sol belerang dengan
menghaluskan belerang bersama gula pada penggiling koloid, kemudian dilarutkan
dalam air, gula akan larut dan belerang menjadi sol.
Ø Pembuatan koloid dengan cara
peptisasi adalah pembuatan koloid dengan menambahkan ion sejenis, sehingga
partikel endapan akan dipecah.
Contoh: Sol Fe(OH)3 dengan menambahkan FeC13.
Sol NiS dengan menambahkan H2S.
Karet dipeptisasi oleh bensin.
Agar-agar dipeptisasi oleh air.
Endapan A1(OH)3 dipeptisasi oleh
A1C13.
Ø Cara Busur Bredia/Bredig.
Pembuatan koloid dengan cara busur Bredia/Bredig dilakukan
dengan mencelupkan 2 kawat logam (elektroda) yang dialiri listrik ke dalam air,
sehingga kawat logam akan membentuk partikel koloid berupa debu di dalam air.
Ø Cara Ultrasonik
Yaitu penghancuran butiran besar dengan ultrasonic
(frekuensi >20.000 Hz)
Campuran heterogen
Campuran homogeny disebut larutan, contoh: larutan gula
dalam air. Campuran heterogen dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu: sistem
koloid termasuk dalam bentuk campuran. Campuran terbagi menjadi 2, yaitu:
- Suspensi, contoh: pasir dalam air.
- Koloid, contoh: susu dengan air.
3.5
Komponen Penyusun Koloid
Ø Fase kontinyu: medium pendispersi
jumlahnya lebih banyak.
Ø Fase diskontinyu: medium terdispersi
jumlahnya lebih banyak.
v Bentuk Partikel Koloid
·
Bulatan
: Misalnya virus, silica.
·
Batang :
Misalnya virus.
·
Piringan
: Misalnya globulin dalam darah.
·
Serat :
Misalnya selulosa.
v Penggunaan sistem Koloid
Sistem
koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu
dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan
secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.
·
Obat –
obat : salep, krim, minyak ikan
·
Makanan
: es krim, jelly, dan agar – agar
·
Kosmetik
: hair cream, skin spray, body lotion
·
Industri
: tinta, cat, pemutihan gula
Dengan
melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid
tanah diatomae atau karbon, partikel-partikel koloid kemudian akan mengadsorbsi
zat warna tersebut. Sehingga gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan.
·
Penggumpalan
Darah
Darah
mengandung sejumlah kolid protein yangbermuatan negative. Jika terdapat luka
kecil, maka luka tersebut dapat doibati dengan pensil stiptik atau tawas yang
mengandung ion-ion Al+3 dan Fe+3, dimana ion-ion tersebut akan membantu
menetralkan muatan-muatan partikel koloid protein danmembnatu penggumpalan
darah.
·
Pembentukan
Delta di Muara Sungai
Air
sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang bermuatan
negatif. Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan Ca+2 yang
bermuatan positif. Ketika air sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif dari
air laut akanmenetralkan muatan pasir dan tanah liat. Sehingga, terjadi koagulasi
yang akan membentuk suatu delta.
Kestabilan Koloid
Banyak koloid yang harus dipertahankan dalam bentuk koloid
untuk penggunaannya.
Contoh:
es krim, tinta, cat.
Untuk
itu digunakan koloid lain yang dapat membentuk lapisan di sekeliling koloid
tersebut. Koloid lain ini disebut koloid pelindung.
Contoh : Gelatin pada sol Fe(OH)3.
Untuk koloid yang berupa emulsi
dapat digunakan emulgator yaitu zat yang dapat tertari pada kedua cairan yang
membentuk emulsi.
Contoh: sabun deterjen sebagai
emulgator dari emulsi minyak dan air
- Koloid pelindung
Koloid
pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain dari
proses koagulasi.
- Dialisis
Dialisis
ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini disebut proses
dialisis. Yaitu dengan mengalirkan cairan yang tercampur dengan koloid melalui
membran semi permeable yang berfungsi sebagai penyaring. Membran semi permeable
ini dapat dilewati cairan tetapi tidak dapat dilewati koloid, sehingga koloid
dan cairan akan berpisah.
INFORMASI TERBARU!!!
SAYA PEMILIK BLOG JUNIA PURNAMI
MENJUAL PRODUK TIENS INTERNASIONAL (Produk Aman. Herbal Alami, Tanpa Efek Samping)
MENJUAL PRODUK TIENS INTERNASIONAL (Produk Aman. Herbal Alami, Tanpa Efek Samping)
Berdiri Tahun 1995 masuk Indonesia tahun 2000
Penghargaan Nasional dan Internasional
MENJUAL PRODUK:
1. Suplemen Kesehatan-Seri Pembersih :
Lihat Produk di Link Berikut ini : http://m.tiens.co.id/PilihProduk.php?TIPE=1
2. Suplemen Kesehatan- Seri Penyeimbang
Lihat Produk di Link Berikut ini : http://m.tiens.co.id/PilihProduk.php?TIPE=2
3. Suplemen Kesehatan Kesehatan – Seri Penguat
Lihat Produk di Link Berikut ini : http://m.tiens.co.id/PilihProduk.php?TIPE=3
4. Alat Kesehatan
Lihat Produk di Link Berikut ini : http://m.tiens.co.id/PilihProduk.php?TIPE=4
5. Perawatan Rumah Tangga
Lihat Produk di Link Berikut ini : http://m.tiens.co.id/PilihProduk.php?TIPE=5
6. Perawatan Pribadi
Lihat Produk di Link Berikut ini : http://m.tiens.co.id/PilihProduk.php?TIPE=6
7. Lainnya-Produk Otomatf
Lihat Produk di Link Berikut ini : http://m.tiens.co.id/PilihProduk.php?TIPE=7
8. Lainnya- Kebutuhan Pertanian
Lihat Produk di Link Berikut ini : http://m.tiens.co.id/PilihProduk.php?TIPE=8
PENJUALAN PRODUK TER-FAVORIT :
1. PAKET PENINGGI --> Klik Link Berikut ini : http://purnamiap.blogspot.co.id/2016/01/cara-alami-meninggikan-badan-1-bulan.html
2.PAKET PELANGSING--> Klik Link Berikut ini :
3. PAKET PENGGEMUK --> Klik Link Berikut ini :
4. KECANTIKAN/AWET MUDA : untuk masalah jerawat, flek hitam, alergi, merapakatkan vagina(lebih keset). --> Klik Link Berikut ini :
5. MASKER SPIRULINA : untuk mencerahkan, mencegah & mengatasi jerawat, flek &komedo, memperhalus tekstur kulit, mengencangkan, mengatasi kulit kering, --> Klik Link Berikut ini :
6. PAKET KESEHATAN LAINNYA(Ambeien, Asam Urat, Diabetes, Jantung, Ginjal, Tumor, Kista, Maag, Rheumatik, DLL)--> Klik Link Berikut ini :
Belum ada tanggapan untuk "contoh karya tulis kimia koloid"
Post a Comment